Rapuhnya Ketahanan Keluarga di Era Pandemi


Oleh: Citra Ningrum

Pandemi belum juga berakhir. Para pakar kesehatan mengungkapkan akan berlangsung terus hingga akhir tahun 2021. Tentu, banyak elemen masyarakat yang berharap pandemi segera hilang dari bumi ini. Dikarenakan, dampaknya semakin begitu terasa dan nyata di setiap sendi kehidupan. 

Salah satunya, faktor ekonomi di tengah keluarga yang mengancam keharmonisan rumah tangga. Banyak sekali, para ayah/suami terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) akibat pandemi. Ini berakibat kehilangan penghasilan demi mencukupi keluarganya. 

Akibat lainnya, tingginya angka perceraian. Terbukti di daerah Kabupaten Cirebon, banya ibu-ibu mudah menggugat cerai suaminya. Hampir 5.177 perkara sudah masuk ke Pengadilan Agama Kelas I A Sumber per tahun 2020. Sungguh memilukan, mereka memilih untuk menjadi janda karena lilitan ekonomi (www.cirebonraya-pikiranrakyat.com, 16Jan2021). 

Kejadian ini tentu menjadi hal luar biasa. Penyebabnya bukanlah adanya pandemi, namun ada hal lain yang perlu diperhatikan. Tetapi, tak dapat dipungkiri akibat pandemi yang berkepanjangan menjadikan istri mengalami tingkat stres tinggi. Ini dikarenakan, kaum perempuan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. 

Seperti membantu anak-anaknya selama belajar daring, mengurus rumah tangga yang tak ada selesainya. Seolah beban yang dipikul sudah terlalu berat, maka perceraianlah menjadi solusi terbaik. Inilah potret keluarga muslim hari ini. 

Penyebab utamanya adanya kehidupan sekuler dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga. Dari kehidupan sekuler inilah muncul akidah sekuler yang membangun keluarga dengan pondasi iman tak kokoh. Hasilnya, pasti akan merapuhkan keimanan pada segala lini. Sehingga, ketika ujian melanda tak dihadapi dengan sikap sabar, melainkan adanya keegoisan dan kemarahan. 

Selain berakibat pada akidah yang sekuler, adapula prinsip kebebasan. Prinsip ini melahirkan ide kesetaraan gender salah satunya. Maka, tak heran pula, banyak perempuan yang tak kuat dengan berdiam diri saja di rumah mengurusi tugas domestik. Keinginannya selalu menuntut kesetaraan dengan laki-laki. Sehingga, penerapan kehidupan sekulerlah biang dari segala permasalah rumah tangga. 

Rapuhnya benteng keluarga ini perlulah diperkuat kembali. Dikarenakan saat penting dalam pembangunan nasional. Menurut, Staf Ahli Menko PMK bidang Pembangunan Berkelanjutan, Ghafur Akbar Dharmaputra menjelaskan terdapat delapan fungsi keluarga yang harus dilakukan pada masa pandemi. Yaitu berhubungan dengan kuatnya pondasi agama, kultur sosial budaya, serta cinta dan kasih sayang. Ditambah lagi berkaitan dengan perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi  dan lingkungan. 

Maka, seyogianya sudah saatnya kembali kepada fungsi keluarga yaitu menjadi pondasi masyarakat dan pilar peradaban. Darinya akan ada benih lahirnya generasi berkualitas. Dan jelas setiap keluarga tentu menginginkan keutuhan, ketentraman, dan ketenangan. Sebab, akan mempengaruhi tumbuh kembang anak-anak. 

Islam Menjaga Ketahanan Keluarga

Berbeda dengan Islam, keluarga merupakan pertahanan terakhir. Di dalamnya harus diperkuat dengan akidah yang kuat. Selain itu, Islam membagi tugas antara suami dan istri dengan jelas dan sesuai fitrahnya. 

Peran suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Sementara peran ibu adalah mendidik anak dan mengurus rumah. Sehingga, suami wajib mencari nafkah bagi istri dan anak-anaknya.  Sedangkan, istri mencari nafkah bukanlah perkara wajib, melainkan mubah.  

Jika peran ini berjalan dengan baik, maka harmonisasi keluarga  akan tercipta. Suami dan istri memhami hak dan kewajiban masing-masing. Saling membersamai dalam suka dan duka. Saling mendukung dalam melaksanakan kewajibannya. Dan saling memahami dengan menjalin komunikasi yang baik antar pasangan.

Hubungannya dibangun atas dasar persahabatan dan kasih sayang. Dengan begitu, situasi pandemi seperti saat ini akan merekatkan hubungan yang mungkin sempat merenggang. Bukan malah memicu perceraian  dan kekerasan.

Maka, sudah semestinya menghadirkan Allah dalam menghadapi ujian ini. Jika suami kehilangan pekerjaan, maka istri harus memberikan motivasi. Selain itu, peran negara sangatlah penting untuk megurangi beban ekonomi rakyat. Dikarenakan dalam Islam,  Negara akan menyelesaikan wabah dengan efektif dan cepat, sehingga tidak akan menimbulkan  efek domino berkepanjangan. 

Hasilnya kegiatan perekonomian tetap berjalan dengan baik. Para suami tetap akan bekerja, karena negara menyediakan lapangan pekerjaan atau memberikan modal usaha bagi yang sudah tidak bekerja. Maka, saatnya kembali pada akidah Islam yang akan menyejahterakan keluarga muslim. 

Wallahu'alam bi shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post