Penaganan Covid-19 Dalam Sudut Pandang Islam


Oleh : Diana Amir

Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pandemi Covid-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir. WHO juga menuturkan upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia "ditakdirkan" tanpa mengatasi perubahan iklim dan kesejahteraan hewan.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengutuk siklus "berpandangan sempit dan berbahaya" dari membuang uang tunai pada wabah, tetapi tidak melakukan apa pun untuk mempersiapkan kemungkinan pandemi berikutnya.

Dia mengatakan, sudah waktunya untuk belajar dari pandemi Covid-19. "Sudah terlalu lama, dunia telah beroperasi dalam siklus kepanikan dan pengabaian," katanya, seperti dilansir Channel News Asia pada Minggu (27/12/2020).

Laporan tahunan pertama Dewan Pengawasan Kesiapsiagaan Global September 2019 tentang kesiapan dunia untuk keadaan darurat kesehatan, yang diterbitkan beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19 muncul, mengatakan bahwa planet ini sangat tidak siap untuk pandemi yang berpotensi menghancurkan.
Pandemi Corona benar-benar telah membongkar cacat sistem kapitalisme demokrasi dengan begitu sempurna. Menghancurkan semua sendi kehidupan manusia. Mulai dari aspek politik dan kekuasaan, ekonomi dan keuangan, sosial dan hankam, serta hukum dan yang lainnya.

Pandemi ini menjadi salah satu bukti bahwa sistem ini hanya pandai menjanjikan angan-angan soal hidup bahagia dan sejahtera. Apalagi faktanya, negara sebesar dan sekuat apa pun di dunia, ternyata tidak mampu mengatasi serangan wabah yang tiba-tiba. 

Bahkan para penguasa negara-negara ini menampakkan ketidakpedulian pada nyawa rakyatnya. Mereka justru sibuk memanfaatkan situasi untuk mempertajam persaingan internasional. Sekaligus mengukuhkan penjajahan melalui cengkeraman skema utang yang justru kian memperburuk krisis global. 

Hingga hari ini, tidak satu pun negara di dunia pada era peradaban kapitalisme dengan sistem politik demokrasinya yang benar-benar mampu membebaskan diri dari bahaya Covid-19. Tidak Cina, juga AS sekalipun. Meski Amerika menyatakan pada dunia, komitmen dan dana 0 bantuan luar negeri yang baru terus mendukung kepemimpinan global Amerika Serikat yang tidak tertandingi dalam penanganan Covid-19. 

Kegagalan respons itu juga tegas pada otoritas global badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) yang selama ini hanya bekerja bagi eksistensi peradaban sekularisme kapitalisme.

Kegagalan respons kapitalisme dalam melakukan intervensi bagi pemutusan rantai penularan secara efektif, tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan kapitalisme itu sendiri. Khususnya sistem ekonomi kapitalisme, sistem politik demokrasi, dan sistem kesehatan yang terbentuk darinya. Karena ia tidak compatible (serasi) dengan upaya penanggulangan pandemi yang efektif.

Puncak kegagalan respons sistem kehidupan sekularisme-kapitalisme ditandai dengan pengarusan agenda New Normal oleh PBB. Ini berakibat fatal, karena membawa dunia pada kondisi psikologis dan tindak aksi menormalkan sesuatu yang nyata-nyata tidak normal. Tampak dari pelonggaran pembatasan sosial dan penguncian yang tidak pada waktunya.

Semua ini lebih dari cukup untuk membuktikan pada dunia akan kegagalan rezim berkuasa dan sistem kehidupan kapitalisme yang diterapkan. Khususnya dalam merespons pandemi Covid-19 secara benar, berupa pemutusan rantai penularan segera dengan seminimal mungkin angka kesakitan dan kematian.

Kebijakan Praktis Islam 
Dalam hal ini, pendekatan dilakukan secara komprehensif, yaitu dari sisi negara dan dari sisi rakyat.
Dari sisi negara, negara dan pemimpin harus memainkan peran yang paling penting. Pemimpin dan negara harus mengacu pada syariah Islam yang sudah sangat jelas.

Kebijakan-kebijakan yang dapat ditempuh  negara diantaranya, menentukan tes dan tracing dengan cepat. Kedua Pusat wabah harus segera ditentukan dengan cepat dan menjaga secara ketat agar wabah tidak meluas. Ketiga, menjamin semua kebutuhan dasar masyarakat di daerah yang diisolasi. Keempat, merawat, mengobati dan melayani orang-orang yang sakit di daerah wabah. Kelima, menjaga wilayah lain yang tidak masuk zona tetap produktif.

Keenam,Memperkuat dan meningkatkan sistem kesehatan: fasilitas, obatan-obatan, SDM, dan lain. Ketujuh,Mendorong para ilmuwan untuk menemukan obat/vaksin dengan cepat. Delapan, dilakukan secara gratis.

Jika ajaran Islam benar-benar diamalkan, insya Allah dalam waktu singkat wabah akan segera berakhir. Bukan hanya itu, baik masyarakat atau para pemimpinnya juga mendapat pahala yang besar karena kesabaran dan iktiar mereka berdasarkan syariah Allah.

Wallahu a’lam bishawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post