Opini


Islam Solusi Tuntas Banjir di Banua

Oleh : Siti Hajar (Aktivis Dakwah Islam)

Kalimantan Selatan beberapa hari ini menjadi berita dan perbincangan hangat warganet, pasalnya banjir telah menyapu bersih hampir disuruh wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan, berdasarkan berita yang ditulis ANTARANEWS (10/01/21) "bencana banjir terjadi di sejumlah wilayah Kalimantan Selatan pada Ahad, setelah hujan deras mengguyur sejak sabtu malam hingga ahad dini hari, "hingga saat ini dilaporkan ada tiga kabupaten dan kota yang terdampak banjir yaitu Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut" kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kalsel Abriansyah Alam di Martapura.
Hingga hari ini Senin, 18 Januari 2021 banjir masih terus terjadi di wilayah KalSel apabila dihitung sejak Ahad 10 Januari 2021 berdasarkan berita diatas maka banjir di Kalimantan Selatan sudah terjadi sekitar satu pekan. Berita terjadinya banjir di Kalimantan Selatan mencuat dan mendapat perhatian pemerintah pusat maupun daerah setelah ramai trending di jejaring sosial media dengan tagar #KalSelJugaIndonesia, trending tagar #KalSelJugaIndonesia terjadi karena banjir besar yang terjadi di Kalimantan Selatan seolah luput dari perhatian pemerintah.
Banjir kali ini merupakan banjir terbesar yang terjadi di Kalimantan Selatan, air seolah tidak lagi mampu terbendung tak ada tempat untuk air singgah sehingga masuk lah air dengan begitu banyak ke wilayah kering, membuat rumah, pohon, hingga jalan menjadi tumbang ribuan warga harus mengungsi, relawan pun kewalahan memberikan evakuasi dan bantuan. Ada yang menangis ada yang kelaparan bahkan warga sampai meminta bantuan dengan paksa dan kasar kepada relawan karena sudah sangat terbatasnya persediaan kebutuhan mereka, tak mudah bagi relawan pun tak mudah bagi warga yang menjadi korban banjir.
Dikutip dari Bisnis.com (18/01/21) "Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional  Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan 10 Kabupaten/Kota terdampak banjir di Provinsi Kalimantan Selatan" daerah tersebut adalah Kabupaten Tapin,  Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola. selanjutnya dalam Bisnis.com dituliskan "tercatat sebanyak 24.379 rumah terendam banjir dan 39.549 warga mengungsi selain itu terdapat korban meninggal dunia total sebanyak 15 orang".
Lalu, banjir terparah yang dirasakan warga Kalimantan Selatan yang menenggelamkan ribuan rumah yang menggenangi hampir seluruh bagian kota, yang membuat semuanya cemas baik yang terdampak maupun yang tidak, benar kah banjir separah ini bisa terjadi hanya karena cuaca ekstrim ?
"Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) kembali blakblakan soal banjir yang menerjang Kalimantan Selatan diawal tahun ini "selain karena cuaca ekstrim banjir tak lepas akibat degradasi lingkungan, jelas Direktur Eksekutif Walhi KalSel Kisworo Dwi Cahyono" dari laporan Walhi, Kalimantan Selatan terdapat 814 lubang milik 157 perusahaan tambang batu bara sebagian lubang berstatus aktif dan sebagian lagi telah ditinggalkan tanpa reklamasi, dari 3.7 juta hektar total luas lahan di Kalimantan Selatan nyaris 50% diantaranya sudah dikuasai oleh perizinan tambang dan kelapa sawit, jelas Kis" dikutip dari Apahabar.com 

Pada dasarnya masyarakat sudah mengetahui bahwa di Kalimantan Selatan banyak sekali terdapat aktivitas penambangan, tak hanya batu bara tetapi juga minyak bumi, emas, intan dan yang lainnya. Sedang penambangan seperti yang kita tahu banyak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan apabila dilakukan secara berlebihan, aktivitas tambang menyebabkan  berkurangnya areal serapan air sehingga bisa menyebabkan banjir ketika musim hujan. penambangan yang dilakukan di lahan hutan dapat merusak hutan padahal hutan dengan segala pohon dan tumbuhannya berfungsi untuk mencegah air banjir, akar pohon di hutan merupakan penahan air ketika hujan lebat, akar-akar pohon di hutan membantu tanah untuk menyerap laju air, hutan juga berfungsi mengurangi resiko kehilangan tanah seperti tanah longsor. 
Namun, meski berpotensi merusak lingkungan dan sudah nyata sekali dampak yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat, pemerintah tetap saja memberikan izin penambangan kepada perusahaan-perusahaan tambang besar dengan dalih investasi, masyarakat sekitar tambang nampak senang karena memungkinkan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar padahal kerugian yang didapat lebih banyak dari gaji yang diberikan. 
"Perhatikan alam dan bangsamu, jika disuatu bangsa yang beriman, mereka mengaku sebagai pemimpin yang baik, namun jika terjadi kerusakan akibat bencana alam yang berturut-turut maka itu pertanda rusak pemimpinmu, jika rusak pemimpinmu maka rusaklah tatanan masyarakatmu mereka saling memfitnah, saling menghujat, saling mencela tak terhindarkan, disaat itu Allah memberi peringatan bagimu dengan berupa musibah yang tiada henti". Nasihat dari KH. Ahmad Dahlan.
Semua terjadi karena sistem ekonomi kapitalis yang terus ingin meraup uang dan keuntungan sebanyak-banyaknya sampai kapan pun mereka tidak akan pernah merasa puas meski gunung emas sudah dimiliki, wabah kapitalisme ini harus dihentikan dan diganti dengan sistem Islam yang jelas memberikan rahmat bagi seluruh alam kecuali bagi orang-orang zholim bagi orang-orang dengki dan bagi orang-orang yang tidak suka dengan Islam.
"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang ? Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku " (TQS Al Mulk : 16-17). 
Oleh karena itu, bencana banjir di Banua ini bukan hanyalah Qadha oleh Allah Swt namun ini akibat ulah tangan manusia. Para kapital yang begitu serakah mengeruk sumber daya alam hanya untuk memperkaya hidupnya tetapi tidak memperhatikan kondisi lingkungan dan juga masyarakat, sebab mereka pun juga didukung oleh aturan dan sistem rusak yakni kapitalisme – demokrasi yang memudahkan mereka dalam menjalankannya. Maka, masih kah kita berharap dengan sistem ini? Enggankah kita untuk hijrah kepada Islam yang jelas menjadi solusi tuntas bagi persoalan banjir ini? 

Wallaahu ‘alam bishowab. [].

Post a Comment

Previous Post Next Post