MENGATASI COVID TAK BISA ANDALKAN VAKSIN


Oleh: Yuliyati, S.Pd

Vaksinasi nyatanya menjadi perbincangan hangat, bahkan kontroversi dikalangan masyarakat kian mengundang perhatian. Bagaimana tidak vaksinasi digadang-gadang akan menyelesaikan penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Saat ini, total sudah ada tiga juta dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac di Indonesia yang sedang menunggu emergency used authorization (EUA) dari Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) untuk digunakan dalam program Vaksinasi.
(nasional.kontan.co.id,19/01/2021)

Vaksinasi Covid-19 dijadwalkan dimulai pertengahan Januari 2021 dan dibagi dua periode, di mana tenaga kesehatan dan lansia menjadi prioritas. Bahkan program vaksinasi massal pada Tahun 2021 diharapkan bisa menjadi “game changer” atau mengubah permainan agar Indonesia bisa keluar dari situasi kelam pandemi covid.

Untuk itu, sejak akhir Desember 2020, kementrian kesehatan telah mengirimkan pemberitahuan melalui pesan singkat (short messaging service/sms) kepada kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19. SMS pemeberitahuan ini telah terhubung dengan aplikasi “pedulilindungi” dan merupakan bagian dari tahap persiapan program vaksinasi yang dimulai pada Januari 2021. 

Mentri kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, vaksinasi Covid-19 akan dirampung dalam 15 bulan atau selesai pada Maret 2022 mendatang. Pihaknya menargetkan penerima vaksin sampai periode tersebut bisa mencapai 181,5 juta orang yaitu sekitar 67-70 persen penduduk Indonesia.

Hal itu dilakukan untuk memunculkan herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap virus corona. Untuk mencapai target herd immunity, pemerintah menyiapkan 426 juta dosis vaksin (tribunnews.com, 19/01/2021) 

Pakar Epideimolog Griffith University, Dicky Budiman menyebut situasi saat ini akan memasuki masa kritis. Langkah pemerintahan dalam beberapa waktu ke depan dinilai sangat menentukan nasib rakyat. Menurutnya, kondisi Indonesia saat ini dan dalam 3 sampai 6 bulan ke depan mamasuki masa kritis mengingat semua indikator termasuk angka kematian semakin meningkat.

Dicky mengatakan ada pemahaman yang keliru jika masyarakat mengira dengan adanya vaksin semua akan selesai. Sebab vaksin bukan solusi ajaib, melainkan hanya salah satu cara membangun kekebalan individual dan perlindungan masyarakat.

Ia menyebutkan berdasarkan data sejarah sejauh ini tidak ada pandemi yang selesai dengan vaksin. Ia mencontohkan pandemi cacar, walau sudah ada vaksin, akan tetapi selesainya dalam 200 tahun. Kemudian polio baru selesai dalam 50 tahun. Covid-19 pun sama, bukan berarti setelah disuntik langsung hilang. Perlu bertahun-tahun untuk mencapai tujuan herd immunity (tirto.id, 19/01/2021)

Berita terbaru, kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah 6.753 orang per Senin (4/01/2021). Dengan begitu, total orang terinfeksi virus corona mencapai 772.103 orang (cnnindonesia.com, 19/01/2021)

Gencarnya pemerintah dalam penanganan covid-19, tenyata tidak sampai pada tingkat solusi yang fundamental. Dan upaya yang dilakukanpun tidak terlepas dari untung-rugi dalam meraup pundi-pundi rupiah yang akan berdampak pada kemelaratan rakyat.

Dalam sudut pandang Islam, Islam sebagai pedoman hidup manusia secara menyeluruh (kaffah) memiliki solusi untuk masalah kehidupan, bukan hanya mengurusi masalah ibadah ritual (ibadah mahdah), akan tetapi mampu mengatasi masalah sosial seperti halnya yang terjadi pada pandemi penyakit menural.

Pertama, sejak awal sebelum sebuah penyakit mewabah dan menyebar tak terkendali, Islam mengajarkan untuk melakukan karantina. Dulu di zama Rasulullah SAW masih hidup, terjadi wabah pes dan lepra. Saat itu Rasulullah SAW melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah, baik itu pes, lepra, maupu penyakit menular lainya.

Rasulullah SAW bersabda, "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalain meninggalkan tempat itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Ini merupakan metode karantina yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk mencegah wabah tersebut menjalar ke negeri-negeri yang lain.

Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Nabi Muhammad mendirikan tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah dan menjanjikan mereka yang bersabar dan tinggal akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sedangkan mereka melarikan diri dari daerah tersebut diancam mala petaka dan kehinaaan.

Peringatan kehati-hatian pada penyakit lepra juga dikenal luas pada masa hidup Nabi Muhammad SAW. Rasulullah menasehati masyarakat agar menghindari penyakit lepra. Dari hadits Abu Hurairah, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,” Jauhilah orang yang yang terkena lepra, sperti kamu menjauhilah singa.”

Kedua, Islam memberikan panduan untuk senantiasa disiplin melakukan 3T (Testing, tracing, and treatment) dan 3M (Mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak).sebagaimana jamak yang kita ketahui.

Aksi 3T hendaknya dilakukan secara otoritas terkait untuk melakukan pengujian, pelacaka, kemudian tindakan pengobatan atau perawatan kepada orang yang terpapar Covid-19. Maka sebagai sebuah sistem kehidupan yang syariatnya diterapkan institusi negara, Islam mengatur penanganan orang sakit yang terpapar virus menular agar tidak menular ke orang sehat. Wallahu a'lam

Post a Comment

Previous Post Next Post