(Tenaga Medis dan Pengamat Politik)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investigasi Luhut Binsar Pandjaitan menginginkan alat deteksi buatan dalam negeri itu digunakan di berbagai fasilitas umum, mulai dari ruang lingkup administrasi masyarakt setingkat RT/RW hingga fasilitas umum. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyetujui alat pendeteksi Covid 19 ini dan berharap bisa diproduksi pada bulan Januari ini, masalahnya walaupun GeNose sudah mendapatkan izin edar Kementerian Kesehatan RI tapi ada kendala dalam kapasitas produksi. Sehingga akhirnya pemerintah melakukan pendekatan kepada perusahaan swasta seperti PT Len Industry dan PT Pindad untuk membantu produksi massal GeNose C19.
Dapat kita tebak jika perusahaan swasta ikut memproduksi alat GeNose ini maka akan ada bisnis didalam produksi alat ini yang akan berdampak kepada rakyat juga, rakyat akan diminta mengeluarkan biaya untuk mendapatkan fasilitas GeNose ini padahal kewajiban negara dalam menjamin keselamatan dan kesehatan rakyatnya ini merupakan kebutuhan dasar setiap individu. Akhirnya komersialisasi dalam fasilitas kesehatan terjadi lagi ini adalah bentuk ketidakmampuan negara dalam menjamin kebutuhan rakyatnya. Yang sudah menjadi rahsaia umum untuk mendapatkan hasil SWAB PCR yang cepat 1-2 hari harus berbayar sedangkan untuk mendapatkan hasil SWAB PCR yang tidak berbayar memerlukan waktu hingga seminggu bahkan lebih. Maka tak heran jika aroma komersil sangat tercium. Dalam islam Negara speti perisai bagi rakyatnya dan hubungannya seperti ibu dan anak. Tidak ada ibu yang akan meminta bayaran kepada anaknya, namun rezim saat ini memperlakukan rakyat seperti pembeli dan penjual bahkan lebih seperti tuan dan bawahan. Inilah hasil dari buah busuk kapitalis sekuler yang melahirkan tatanan kehidupan yang rusak. Hanya islam dan sistem khilafah yang hanya bisa memberikan kemaslahatan bagi setiap rakyatnya. Wallahualam bishawab[]
Post a Comment