Basah
Luka meganga
Pedih jangan ditanya
Setitik garam pun semakin menyiksa
Tertatih raga melangkah
Menjejak kaki telusuri harapan
Akankah sejahtera menyapa
Jika janji Tuan dustakan
Malam kelam menyaksikan
Diam-diam tuan bergerak
Usik jiwa jengah oleh tipu daya
Entah berapa kali lagi hendak kau toreh luka
Tuanku sayang
Kau dipilih dengan keyakinan
Bahwa janji bukan sekedar ucapan
Terikat jawab pada sang pemilik kehidupan
Tuanku malang
Kau dipilih bukan untuk diam dalam kelalaian
Apa lagi menyelam dalam kubangan kebohongan
Mencakik kami diam-diam
Tapi, kau anggap diri sebagai pembela
Pejuang jiwa lemah yang penuh siksa
Penyambung harap
Pada penguasa
Kenapa?
Luka ini begitu nyata
Tak kah dapat kau indera
Tak kah terasa oleh rasamu yang tersisa?
Kembalilah, Tuan
Jangan kau buang kesetiaan
Kau punya pilihan
Mengutuk ketidak adilan
Atau menjadi sumber ketidak adilan
Tapi Tuan,
Bila kau berpaling dari segala harapan
Bukan hanya kami merapalkan umpat dan harap
Ingatlah balas akan janji yang tak tertunai
Tuan-tuan yang duduk karena pilihan
Jangan siakan pilihan
Kau takkan tahan saat kelak harus menghadap sang pemberi pilihan
Sebab kelak tak lagi punya pilihan
Post a Comment