Meminimalisir Stress Akademik Peserta Didik Saat Pandemi Covid-19


By : Andini Sabela
Mahasiswi IAIN SAS Bangka Belitung

PENDAHULUAN
Negara Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Indonesia juga disebut sebagai negara yang mempunyai keberagaman suku, bangsa, budaya, adat, bahasa, dan agama. Sehingga tali persatuan dan kesatuan yang dimilki sangat kuat dan erat. 
Namun, pada awal tahun 2020 negara Indonesia mengalami keterpurukan yang disebabkan oleh datangnya serangan sebuah virus dari Wuhan, Tiongkok yaitu coronavirus (covid 19) hingga sampai sekarang ini. Coronavirus (covid 19) ini adalah salah satu penyakit yang sangat mematikan, tidak sedikit korban jiwa yang bisa dilenyapkan dengan waktu sekilap mata. Oleh karena itu, pemerintah negara indonesia menindaklanjutinya dengan menetapkan sebuah kebijakan yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku untuk semua kalangan. 
Hal ini menyebabkan hampir semua kegiatan harus dilakukan dari rumah saja. Akibatnya dapat menambah beban kehidupan yang berujungkan stress dan kondisi negara Indonesia pun melemah, baik itu kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Bisa kita rasakan sendiri akibatnya yaitu dalam kegiatan belajar-mengajar maupun kegiatan lainnya, semuanya dilakukan secara online.
Namun, sebagian besar dari kita ada yang tidak bisa melakukan kegiatan belajar-mengajar secara online. Padahal pendidikan sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Hal ini dapat ditempuh melalui jalur pendidikan dalam menerapkan sikap yang kreatif dan inovatif.


PEMBAHASAN
Stress 
Menurut Garniwa, I. 2007, Sarafino. 2006, Wardi, R. dan Ifdil, I. 2016 (dalam Mufadhal Barseli, dkk. 2017) menyatakan bahwasannya stress merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis, atau sistem sosial individu.
Menurut McGrath dalam Weinberg dan gould (2003:81) dalam Sukadiyanto (2010) stress didefinisikan sebagai “a substantial imbalance between demand (physical and/or psychological) and response capability, under conditions where failure to meet that demands has importance consequences” artinya, stress akan muncul pada individu bila ada ketidakseimbangan atau kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasannya stress adalah tekanan yang terjadi akibat ketidaksesuain antara situasi yang diinginkan dengan harapan.
Stress Akademik
Menurut Desmita. 2010 (dalam Mufadhal Barseli, dkk. 2017) stress akademik adalah stress yang disebabkan oleh academic stressor. Academic stressor adalah stress yang dialami siswa yang bersumber dari proses pembelajaran atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar seperti: tekanan untuk naik kelas, lama belajar, mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, keputusan menentukan jurusan atau karier serta kecemasan ujian dan manajemen stress.
Menurut Rahmawati. 2012 (dalam Mufadhal Barseli, dkk. 2017) menyatakan bahwasannya stress akademik adalah suatu kondisi atau keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan.

Faktor-faktor stress akademik
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi stress akademik, menurut Puspitasari, W. 2013, Gunawati, R, Hartati, S, dan Listiara, A. 2010 (dalam Mufadhal barseli. 2017): 
Faktor internal
Pola pikir adalah individu yang berpikir tidak dapat mengendalikan situasi, cenderung mengalami stress lebih besar.
Kepribadian adalah tingkat stress siswa yang optimis biasanya lebih kecil dibandingkan siswa yang sifatnya pesimis.
Keyakinan adalah terhadap diri memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan situasi-situasi di sekitar individu.
Faktor Eksternal
Tekanan untuk berprestasi tinggi adalah tekanan ini terutama datang  dari orangtua, keluarga, guru, tetangga, teman sebaya, dan diri sendiri.
Dorongan status sosial merupakan Pendidikan selalu menjadi simbol status sosial
Orangtua saling berlomba adalah pada kalangan orang tua yang lebih terdidik dan kaya informasi akan melakukan persaingan untuk menghasilkan anak-anak yang terdidik pula. 

Gejala stress akademik
Menurut Hermawati, N. 2006, Inayatillah, V. 2015 (dalam Mufahdal Barseli. 2017) individu yang mengalami stress akademik gejala emosional dan fisik:
Gejala emosi
Ditandai dengan depresi, murung, cepat marah, gelisah, mudah menangis
Gejala fisik
Ditandai dengan sakit kepala, susah tidur, sakit punggung, mencret.

KESIMPULAN
Stress yang terjadi di lingkungan sekolah disebut dengan stress akademik dengan tekanan berupa reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi.

SARAN
Semoga peningkatan dan pengembangan dalam menurunkan level stress yang dialami siswa dioptimalkan.

DAFTAR PUSTAKA
Mufadhal, Barseli, dkk. (2017). Jurnal Konseling dan Pendidikan konsep Stress Akademik Siswa. Retrieved from: http://jurnal.konselingindonesia.com
Sukadiyanto. (2010). Stress dan cara menguranginya. Retrieved from: eprints.uny.ac.id

Post a Comment

Previous Post Next Post