Kontroversi Film Pendek My Flag: Nasionalisme Berkedok Radikalisme


Oleh: Hamsina Halisi Alfatih

Dalam menyambut perayaan Hari Santri Nasional Tanggal 22 Oktober 2020, publik kembali dihebohkan dengan film pendek berjudul My Flag. Spoiler film pendek tersebut telah berwara wiri diberbagai media sosial hingga kritikan publik pun sampai saat ini masih membanjiri film besutan Nahdatul Ulama (NU) tersebut.

Dari pantauan Suara.com, Senin (26/10/2020), film yang telah dibuat untuk merayakan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2020 itu telah disaksikan lebih dari 135 ribu kali. Film yang diperankan oleh Gus Muwaffiq dan beberapa santri itu disiarkan melalui kanal YouTube NU Channel pada Jumat (23/10/2020).

Kontroversial film besutan NU sebenarnya bukan kali ini saja, tahun lalu publik juga dibuat geram dengan film The Santri yang dibuat khusus untuk menyambut perayaan Hari Santri Nasional yang menampilkan adegan pelanggaran syari'at. Sayangnya,  film The Flag pun tak kalah parahnya dengan 'modus' memperjuangkan merah putih namun adegan yang ditampilkan justru perkelahian antar santri hingga pelecehan terhadap syari'at.

Umat Islam saat ini sudah semakin hari di bentur dan diadu domba oleh pihak-pihak yang hendak mencari keuntungan atasnya. Isu radikalisme telah menjadi bom waktu yang setiap waktu menghancurkan kaum muslim. Disisi lain, orang-orang liberal semakin tak gentar mencekoki para pemuda dengan doktrin memperjuangkan nasionalisme. Pada faktanya, hal ini justru menghantarkan kepada unsur adu domba antar sesama muslim.

Motif dari orang-orang liberal ini pun tak jauh hanya ingin memecah belah umat Islam dari dalam. Hal yang menandakan bahwa dibelakang orang-orang liberal ini tak lain adalah kapitalis Barat yang memang memiliki tujuan menghancurkan umat Islam. Maka jelas siapa lagi yang membiayai film-film kontroversi yang mengandung unsur radikalisme jika bukan para kapitalis yang menjadi bos pengusaha bagi para kaki tangan mereka.

Dari sinilah kita bisa melihat, adanya upaya meruntuhkan bangunan ajaran Islam dan umat Islam. Maka lahirnya pemikiran Islam liberal adalah sebagai upaya untuk mendoktrin pemikiran kaum muslim yang masih awam hingga tak segan mencekoki ajaran pandangan-pandangan yang bertentangan dengan Islam. Untuk menyempurnakan penyamaran supaya pemikiran umat Islam bertambah maju, seiring dengan kemajuan sekularisme Barat. Maka didoktrinlah kaum muslim terhadap cinta tanah air dan lambang negara sebagai wujud sikap patriotisme dan nasionalisme.

Padahal pandangan-pandangan yang berasal dari luar ajaran Islam inilah yang menjadikan permusuhan antar umat Islam. Adu domba hingga pelecehan terhadap syari'at semakin menguatkan para pembenci Islam membumikan isu radikalisme. Maka hal ini haruslah menjadi pusat perhatian kita sebagai umat Islam agar menentang segala bentuk paham liberalisme, patriotisme, nasionalisme dan sebagainya.

Penentangan ini didasari bahwa nasionalisme bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip Islam. Misalnya, kesatuan umat Islam wajib didasarkan pada ikatan aqidah, bukan sebatas pada ikatan kebangsaan dan batas geografis. Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman:

Ø¥ِÙ†َّÙ…َا ٱلۡÙ…ُؤۡÙ…ِÙ†ُونَ Ø¥ِØ®ۡÙˆَØ©ٞ ١٠

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara."( QR. Surah Al Hujurat[49]:10)

Ayat di atas menunjukan bahwa umat Islam adalah bersaudara. Mereka diikat oleh kesamaan aqidah (ideologi) Islam, bukan oleh kesamaan bangsa. Rasulullah saw bahkan mengharamkan ikatan ‘ashabiyah (fanatisme golongan), yaitu setiap ikatan pemersatu yang bertentangan dengan Islam, termasuk nasionalisme:

Ù„َÙŠْسَ Ù…ِÙ†َّا Ù…َÙ†ْ دَعَا Ø¥ِÙ„َÙ‰ عَصَبِÙŠَّØ©ٍ ÙˆَÙ„َÙŠْسَ Ù…ِÙ†َّا Ù…َÙ†ْ Ù‚َاتَÙ„َ عَÙ„َÙ‰ عَصَبِÙŠَّØ©ٍ ÙˆَÙ„َÙŠْسَ Ù…ِÙ†َّا Ù…َÙ†ْ Ù…َاتَ عَÙ„َÙ‰ عَصَبِÙŠَّØ©ٍ

"Tidak tergolong umatku orang yang menyerukan ‘ashabiyah (fanatisme golongan), saling berperang atas dasar ‘ashabiyah dan mati karena ‘ashabiyah." (HR Abu Dawud).

Kemudian, Islam tidak mengenal adanya paham liberalisme yang memberikan kebebasan setiap individu untuk melanggar aturan. Baik aturan negara maupun aturan Islam. Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dalam syari'at Islam yang berasal dari Al Qur'an dan Hadist. Karenanya, bahaya dari paham liberalisme maupun adanya ikatan nasionalisme hanyalah memecah belah kaum muslim dan memberikan kebebasan untuk melanggar syari'at.

Oleh karena itu, dalam Islam tidak mengenal adanya kepentingan individu,kelompok, maupun mahdzab. Sebab hal ini bisa memicu adanya sikap 'ashobiyah yang membawa pada pertikaian antar sesama kaum muslim. Inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw untuk menghindari adanya sikap 'ashobiyah yang lahir dari paham nasionalisme.

Sikap ‘ashabiyah itulah bisa menyebabkan berbagai persoalan besar di tengah umat. ‘Ashabiyah bisa membuat orang menolak kebenaran, merendahkan orang atau pihak lain. Bisa merusak ukhuwah islamiyah. Bahkan ‘ashabiyah itu bisa menyebabkan orang atau kelompok mempersekusi orang lain atau kelompok lain. Bahkan lebih dari itu, ‘ashabiyah bisa membuat kelompok bahkan bangsa saling berperang dan saling bunuh tanpa alasan yang dibenarkan. Maka ‘ashabiyah menuntun kepada kehidupan jahiliyah.

Wallahu A'lam Bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post