KONSTRUKSI PERAN MAHASISWA DALAM ARUS PERUBAHAN BANGSA


By : Elin Nurlina

Sebagai akibat dari ketidaksetujuannya atas UU Owmnibus law ciptaker yang di sahkan tanggal 5 oktober lalu, banyak dari kalangan mahasiswa di berbagai daerah menggelar aksi unjuk rasa. Tak ayal berbagai yel yel, poster-poster dan tulisan-tulisan lainnya dibikin sedemikian rupa, sebagai opini menyatakan ketidak setujuannya atas kinerja pemerintah dan wakil rakyatnya atas pengesahan UU yang di nilai akan banyak merugikan rakyat.

Namun sayangnya, dalam penyampaian aspirasi diantara mereka, ada peserta aksi tolak Omnibus Law Cipta Kerja di Gresik yang membentangkan poster dengan tulisan seronok. Tulisan itu ditujukan untuk DPR RI yang ditulis di kardus. Tentu saja hal tersebut membuat mahasiswa berhasil di ciduk oleh aparat kodim setempat karena menyalahi etika dalam beraspirasi. 

Banyaknya peserta aksi dari kalangan mahasiswa, Pengusaha merespons langkah mahasiswa yang menggelar demo menolak Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker). Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, UU 'Sapu Jagat' ini dibuat untuk menciptakan lapangan kerja yang manfaatnya bisa dirasakan para mahasiswa. Sebab menurutnya, mahasiswa setelah lulus tentu membutuhkan pekerjaan (detik.com).

Bukan hanya dari pengusaha saja yang merespon aksi mahasiswa tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengeluarkan surat edaran tentang pelarangan mahasiswa untuk tidak ikut aksi demo Omnibus Law Undang Undang Cipta Kerja resmi. Bahkan ada yang menganggap bahwa gelombang massa yang melakukan aksi menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja yang semakin besar itu ada yang mensponsorinya, ibarat kata ada dalang dibalik itu semua. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV seperti dikutip Kamis (8/10/2020). Dia mengaku tahu pihak-pihak yang membiayai aksi demo itu.

Banyaknya Mahasiswa yang demo tolak UU Ciptaker diancam nilai akademis hingga kehilangan kesempatan kerja. Hal tersebut menunjukkan tiadanya independensi mahasiswa dalam menyuarakan perubahan bangsa, padahal seharusnya aksi tersebut diapresiasi sebagai wujud aspirasi dan ekspresi mereka karena kepeduliannya terhadap nasib bangsa kedepannya dan sebagai salah satu perannya dalam arus perubahan bangsa. Lalu dimana kebebasan berpendapat sebagai jargon dari sistem demokrasi yang di agungkan tersebut bila rakyat berpendapat saja dibatasi.

Begitulah dalam sistem kapitalis-sekuler-demokrasi, intelektual muda (mahasiswa) dikerdilkan potensinya untuk memikirkan kemaslahatan pribadinya. Gerakan perubahannya dimandulkan sekedar memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan, tidak sampai menghantar pada perubahan mendasar. Padahal peran pemuda dalam perubahan sungguh sangat besar perannya.

Islam menyorot besarnya potensi pemuda. Generasi pemuda islam terdahulu sangat luar biasa. Catatan-catatan sejarah membuktikan, di mana Islam selalu mampu melahirkan generasi-generasi hebat dambaan umat, yang walau di usia belia telah mampu menorehkan tinta emas dalam sejarah, mengharumkan nama Islam, dan membuat Islam memenangkan peradaban. Merekalah yang dengan ribuan pemuda dan remaja lainnya memperjuangkan dan mendakwahkan Islam dengan dorongan iman, menghabiskan waktunya siang dan malam untuk kepentingan Islam, hingga kini kita tetap mampu mereguk manisnya iman dan damainya Islam saat ini. Sistem pemerintahan dengan khilafahnya mampu menata peran pemuda-pemudi menjadi pelaku utama perubahan dan penjaga peradaban islam. Namun sayangnya saat ini, peran pemuda sangat minim sekali dalam perubahah bangsa. Mereka banyak yang terjebak dalam gaya yang ditawarkan barat menjadi budaknya dunia. Tak ayal, mereka kehilangan potensinya sebagai penggerak perubahan. Maka hanya dengan system islamlah satu-satunya solusi yang akan mengembalikan peran pemuda yang sesungguhnya, menjadi penegak kebenaran, penggerak perubahan demi kejayaan islam tegak Kembali.

Wallohu ‘alam bi showwab

Post a Comment

Previous Post Next Post