KELAHIRAN MANUSIA PALING MULIA PEMBAWA RISALAH KAFFAH


Oleh : Ummu Aqeela

 

Rabiul Awal atau bulan ketiga dalam kalender Hijriyah adalah bulan yang dimuliakan umat Islam. Sebab, di bulan ini Nabi Muhammad SAW lahir ke dunia sebagai manusia yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan ajaran-Nya. Jauh sebelum kelahiran Rasulullah, Allah sudah mengabarkan akan kehadiran Nabi akhir zaman. Kedatangan Rasulullah telah disebut-sebut dalam kitab sebelum Alquran, yakni dalam kitab Taurat dan Injil. Sehingga, para rabi Yahudi dan pendeta Nasrani telah mengenal Rasulullah dari gambaran tentang sifat-sifatnya.

 

Bahkan, Allah mengatur alam raya sedemikian rupa untuk menyongsong kedatangan misi kerasulan Nabi Muhammad. Terdapat tanda-tanda dan keajaiban yang mengiringi masa-masa menjelang kelahiran Nabi Muhammad. Nabi lahir pada Senin malam menjelang dini hari, 12 Rabiul Awal, pada tahun gajah atau bertepatan dengan 23 April 571 Masehi, tepatnya dua bulan setelah pasukan gajah menyerang kota Makkah. Sebagian ada yang berpendapat bahwa Nabi  lahir pada Senin, 9 Rabiu'l Awal bertepatan dengan 20 April 571 Masehi. Beliau lahir di kampung Bani Hasyim di kota Makkah.

 

Beberapa bulan menjelang kelahiran Nabi Muhammad, Abrahah dan pasukannya bergerak menuju Makkah hendak menghancurkan Ka'bah. Akan tetapi, Allah menggagalkan penyerbuan itu dengan mukjizat seperti dikisahkan dalam Alquran surah al-Fil. Saat itu Ka'bah tanpa perlindungan manusia sama sekali, lantaran penduduk Makkah mengungsi ke bukit-bukit. Saat hampir sampai ke kota Makkah, gajah-gajah itu berhenti dan berbalik mundur dengan izin Allah. Lalu, langit penuh dengan kawanan burung Ababil yang datang dengan melemparkan batu-batu kerikil panas ke arah Abrahah dan pasukannya. Sehingga, Abrahah dan pasukannya hancur. Abrahah sendiri dikatakan lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal dunia.

 

Selain itu, menjelang detik-detik kelahiran Nabi, benteng-benteng kezaliman mengalami keguncangan. Misalnya, api suci yang dipuja-puja oleh orang Majusi atau zoroaster di kuil pemujaan di Persia tiba-tiba padam. Api Majusi itu dikisahkan selalu menyala hingga hampir seribu tahun. Di tempat lain, air Danau 'A' yang dikultuskan orang-orang Persia tiba-tiba surut dan akhirnya kering. Sementara serambi-serambi istana Kisra (raja Persia) yang merupakan pusat kezaliman dan kekafiran dunia tiba-tiba retak dan runtuh. Sementara itu, diriwayatkan bahwa pada malam kelahiran Nabi, bumi mengguncang sehingga berhala-berhala yang terpancang di sekitar Ka'bah jatuh bergelimpangan dan berhancuran. Dalam waktu yang sama, pada malam kelahiran Nabi Muhammad, Tasik Sava atau semenanjung yang dianggap suci oleh orang Persia, tenggelam ke dalam tanah.

 

Saat ini menyambut hari kelahirannya yang jatuh pada 29 Oktober 2020 peristiwa menggeramkanpun terjadi. Kisah bermula ketika seorang guru sejarah dan geografi di sebuah sekolah pinggiran di kota Paris, bernama Samuel Paty (47 tahun) menunjukkan karikatur tokoh panutan umat Islam Nabi Muhammad SAW dalam kelas pada 6 Oktober lalu. Ini mendapat kecaman dari sejumlah wali murid. Namun sang guru mengatakan hal tersebut merupakan bagian dari kebebasan berekspresi. Sepuluh hari berselang, kejadian buruk menimpa Paty. Seorang remaja kelahiran Rusia bersuku Chechen membunuhnya. Hal ini membuat publik gempar. Tak disangka pelajaran yang ditujukan berbuntut pada kejadian tragis dan menimbulkan perpecahan serta keresahan di masyarakat. Kemarahan umat Islam menyeruak ke permukaan setelah Presiden Prancis Emanuel Macron mengatakan tak akan menarik karikatur tersebut.

 

Prancis yang beraliran sekuler pun mendapat protes keras dari banyak pihak terutama komunitas muslim dan para pemimpinnya. Para aktivis di media sosial menyerukan berbagai tagar seperti #Boycottfrance #Boycott_French_products #ProphetMuhammad. Tak hanya di media sosial, isu boikot produk-produk Prancis pun diserukan oleh para pemimpin negara-negara Islam. Di Kuwait, beberapa jaringan supermarket mulai mengeluarkan semua produk Prancis dari rak sebagai bentuk aksi protes. Di Qatar, Alwajba Dairy Company dan Almeera Consumer Goods Company mengatakan mereka akan memboikot produk Perancis dan akan memberikan alternatif lain.

Kampanye lain juga dilaporkan di Yordania, Palestina hingga Israel. Universitas Qatar juga bergabung dalam kampanye boikot, mengumumkan bahwa mereka memutuskan untuk menunda Pekan Budaya Prancis sebagai protes atas penghinaan anti-Islam. Pada hari Sabtu, Presiden Turki Erdogan mengatakan Macron membutuhkan 'pemeriksaan mental' karena cara dia memperlakukan Muslim. Di Arab Saudi, seruan untuk memboikot jaringan supermarket Prancis, Carrefour, menjadi tren di media sosial. Sementara merek mewah seperti L'Oréal, Garnier, dan Lancôme menjadi target dalam daftar merek yang harus dihindari di pos media sosial.

( https://www.cnbcindonesia.com/news/20201027143131-4-197464/heboh-boikot-produk-prancis-negeri-macron-berdarah-darah )

 

Kemarahan umat Islam tidak dapat dielakkan, diberbagai negara gelombang protes umat Islam menggelora. Hal ini adalah wajar adanya, dalam Islam, Nabi Muhammad shallalahu alaihi wasallam adalah junjungan tertinggi umat Islam, manusia pilihan, suri tauladan yang sempurna. Namun dia tetap manusia biasa yang tidak boleh disembah. Itu sebabnya setiap penggambaran Nabi dilarang dalam Islam, demi mencegah penyembahan. Tidak ada larangan yang gamblang di Al-Quran soal hal ini, namun disebutkan dalam hadits—perkataan dan perbuatan Nabi, yang merupakan rujukan selain kitab suci. Umat Islam wajib mencintai Nabinya. Bahkan disebutkan bahwa mencintai Nabi adalah salah satu bentuk kesempurnaan iman, sebuah perilaku yang telah dicontohkan oleh para Sahabat dan orang soleh terdahulu (Salafush Sholih).


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ  أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ. “Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka “. Karenanya ketika muncul kemarahan jika ada yang melecehkan orangtua, istri atau anak, bagi ummat Islam akan lebih marah lagi jika ada yang menghina Nabi Muhammad.

 

Sebuah pertanyaan muncul dari hati yang paling dalam, Mengapa makin banyak penghina dan pelecehan Islam dan Rasulullah? Meskipun Umat marah dan geram karenanya, namun pelecehan dan penghinaan tidak sekalipun menghilang, makin lama makin bertambah berani dan nyata.

Telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa antara Muslimin dan orang-orang kafir akan terus berperang. Tidak hanya di medan tempur beradu senjata dan nyawa, tetapi juga di segala lini bidang kehidupan.

Telah terbukti di masa lalu, yakni masa nubuwah (kenabian) dan khilafah, umat Islam tidak bisa ditaklukkan dengan senjata dan peperangan di medan jihad. Justru masa-masa keemasan yang belum pernah diraih oleh umat lain, dapat dilampaui oleh kaum Muslimin hingga membentuk satu peradaban keemasan.

Ayat di atas menyiratkan bahwa orang kafir tahu sumber kekuatan umat Islam, yaitu Al-Quran. Mereka tahu, selama umat Islam berpegang teguh kepada Al-Quran, selama itu pula Muslimin tidak akan bisa dikalahkan. Maka mereka pun tahu, satu-satunya cara mengalahkan umat Islam adalah menjauhkan Muslimin dari sumber kekuatannya, yaitu menjauhkannya dari Al-Quran.

 

Pada zaman sekarang ini, kita bisa lihat dengan terang bagaimana umat terus-menerus disibukkan dengan sajian berbagai macam hiburan meliputi Food, Fun, and Fashion.

Upaya-upaya orang kafir untuk mengalihkan perhatian umat Islam dari jalan yang diperintahkan Allah selaras dengan firman-Nya,

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡتَرِى لَهۡوَ ٱلۡحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٍ۬ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ۬ مُّهِينٌ۬

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Lukman [31] ayat 6)

Tidak jarang, dalam sejumlah acara hiburan dimunculkan perbuatan dan perkataan yang sering melecehkan Allah, Rasul-Nya, dan ajaran Islam. Dengan jauhnya Muslimin dari Al-Quran, maka mereka akan menjadi kaum yang kehidupannya berakidah rapuh, tidak berbekal ilmu agama dan rendah akhlaknya.

 

Untuk itu cinta makna cinta yang sesungguhnya bukan berdasar pada amarah dan sholawat dalam doa semata. Namun ada hal yang lebih utama yaitu, mengikuti dan berjuang menegakkan risalahnya. Rasulullah mengajarkan bagaimana kesungguhan beribadah kepada Allah. Meski beliau kekasih Allah, tak serta merta membuatnya lembek dalam beribadah. Bahkan kaki beliau sampai bengkak saat salat karena banyaknya taubat dan istighfar yang dilakukannya.

Rasulullah mengajarkan kepemimpinan luhur dengan mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar dalam satu ikatan akidah Islam yang kokoh. Rasulullah menyemat pesan hijrahnya bahwa Islam akan tegak bersama orang-orang yang ikhlas dan rela berkorban. Rasulullah selalu berikhtiar dalam memenangkan agama Allah. Diantaranya beliau sering terlibat dalam peperangan dengan orang-orang kafir. Rasulullah tak hanya memberi teladan sebagai individu, berkeluarga, dan bersosial semata. Namun, beliau juga mengajarkan berpolitik dan bernegara sesuai tuntunan Islam. Rasulullah memberi keteladanan tentang keberagaman tanpa menyalahi syariat Islam. Hal itu tercermin dari isi piagam Madinah. Menyatu tanpa mencampuradukkan ajaran Islam dengan selainnya. 

Sebagai kepala negara di Madinah, Rasulullah menerapkan syariat  Islam secara menyeluruh. Hal itu tertuang nyata di dalam Shahîfah atau Watsîqah al-Madînah (Piagam Madinah): “Bilamana kalian berselisih dalam suatu perkara, tempat kembali (keputusan)-nya adalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan kepada Muhammad saw…Apapun yang terjadi di antara pihak-pihak yang menyepakati piagam ini, berupa suatu kasus atau persengketaan yang dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan, tempat kembali (keputusan)-nya adalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan kepada Muhammad Rasulullah saw.” (Ibnu Hisyam, As-Sîrah an-Nabawiyyah, I/503-504).

Wallahu’alam bishowab

Post a Comment

Previous Post Next Post