YUK PACARAN (Pakai Cara Ajaran Nabi)


By : Lubna Khanza

Sampai saat ini aktivitas pacaran masih menjadi hal yang lumrah dimasyarakat, bahkan anak SD pun saat disodorkan dengan kata pacaran pasti sudah tahu apa maksudnya. Semua tidak terlepas dari perkembangan teknologi dan informasi yang tak sedikit memberi informasi yang mampu membentuk pemahaman yang keliru. 

Entah tua ataupun muda belia, ketika muncul dalam diri tuntutan untuk memenuhi gharizatun nau atau yang bisa kita sebut dengan rasa suka/cinta tak jarang masih memilih alternatif ini sebagai objek penyaluran. Ada juga yang melakukannya dengan niat main-main, inilah akibat dari informasi yang salah yang kemudian diserap dan diterapkan dalam kehidupan. 

Padahal kata pacar yang merupakan dasar kata pacaran sebenarnya berasal dari daun pacar atau inai (dalam bahasa melayu) yang dipakai pada jari untuk menandakan bahwa 2 orang muda mudi sudah ada ikatan dan tinggal menunggu waktu. (ayfachri.wordpress.com). Nah dalam aktivitas pacaran yang sebenarnya itu, bukan berarti bahwa 2 orang muda mudi ini bebas bertemu dan melakukan aktivitas lainnya sebelum menikah. Setelah dipacari mereka harus menunggu 3 bulan (masa luntur warna daun pacar) sampai akhirnya sang pria datang untuk meminangnya setelah siap. Mirip-mirip ta’aruf ya? ^_^

Lalu sekarang artinya jadi semakin luas diikuti dengan perkembangan zaman dan teknologi informasi.

Sampai saat ini pun masih banyak yang berdalih bahwa pacaran ini dibutuhkan untuk mengenal pasangan kita sebelum ketahap yang serius ataupun sekedar ajang untuk menikmati masa muda. Nyatanya segala kemudharatan bisa mengalir dari aktivitas ini, posesif yang salah, pegangan tangan, pelukan, mengorbankan hal yang tak semestinya, bahkan hal lainnya, ini dikarenakan kita merasa bahwa pasangan kita adalah milik kita, maka hal-hal itu tak masalah, tak masalah memang, jika pasangan itu halal bagi kita. 

Ada juga yang berdalih seperti ini “kami tak pernah melakukan hal buruk, karena kami saling menghormati, kami hanya saling terbuka dengan perasaan kami”, maka saudariku jawablah ini “jika saling menghormati, lantas kenapa jalan itu yang kau pilih!?, padahal telah hadir bagimu suri tauladan yang harus kau ikuti, pernahkah ia mengajarkan itu kepadamu?.” Sebenarnya kita hanya tak mampu menahan nafsu dan terlanjur memandang bahwa Islam itu kaku, padahal kitalah yang terlalu kaku menerima kebaikan dari apa yang Nabi ajarkan, dari apa yang telah Allah turunkan. 

 “Tidak ada solusi bagi dua orang yang saling mencintai selain menikah.” (H.R. Ibnu Majah)
“…dan barang siapa tidak mampu menikah hendaklah ia berpuasa. Sebab puasa itu penjaga baginya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Lantas bagaimana kita mengenal pasangan sebelum memutuskan untuk dinikahi?. Islam pun memiliki jawabannya yaitu TA’ARUF, jika prosesnya dijalankan dengan benar, tentu akan Allah rahmati dengan rumah tangga yang Sakinah, Mawadah, Warahmah, bukan dengan jalan “pacaran”. Ibarat orang yang mandi tapi tidak basah, mustahil dan tidak mungkin. Selamanya dalam Islam tidak akan ada istilah pacaran Islami/Syar’i. (www.berdakwah.net) 

So… YUK PACARAN!^_^
Eitss.. bukan jadian tapi YUK PAkai CAra ajaRan Nabi ^_^
Semoga bermanfaat…

Post a Comment

Previous Post Next Post