KAMPANYE LIBERAL DI BALIK SERANGAN PEMBIASAAN HIJAB


By : Ratna Sari Dewi
Desa Timbang Deli Kecamatan Galang

Kampanye liberalisme kian hari kian massif. Serangan kaun liberalisme ini ditujukan pada ajaran islam. Pendidikan dalam ketaatan dalam menutup aurat dipersoalkan, dianggap pemaksaan dan berakibat negatif bagi perkembangan anak.  

Media asal Jerman Deutch Welle (DW) dihujat sejumlah tokoh dan netizen karena membuat konten video yang mengulas tentang sisi negatif anak pakai jilbab sejak kecil.
Dalam video itu, DW Indonesia mewawancarai perempuan yang mewajibkan putrinya mengenakan hijab sejak kecil.

DW Indonesia juga mewawancarai psikolog Rahajeng Ika. Ia menanyakan dampak psikologis bagi anak-anak yang sejak kecil diharuskan memakai jilbab. 

"Menuturkan bahwa mereka menggunakan atau memakai sesuatu tapi belum paham betul konsekuensi dari pemakaiannya itu,” kata Rahaeng Ika.

“Permasalahannya apabila di kemudian hari bergaul dengan teman-temannya, kemudian agak punya pandangan yang mungkin berbeda, boleh jadi dia mengalami kebingungan, apakah dengan dia pakaian begitu berarti dia punya batasan tertentu untuk bergaul,” tambahnya. JURNALGAYA 26|september|2020.

Jika diperhatikan persoalan tersebut hanya untuk memperkokoh kampanye liberalisme di sistem kapitalis dan kampanye islamphobia yang menginginkan umat islam jauh dari aturan islam.

Kampanye liberlisme yang notabene kapitalis melahirkan empat kebebasan. Antara lain kebebasan beraqidah, kebebasan bertingkah laku, kebebasan berpendapat dan kebebasan hak milik.

Konteks  persoalannya disini kaum liberalisme itu menyerang ajaran islam dari sisi kebebasan bertingkah laku yang ditujukan pada pendidikan dan ketaatan untuk menutup aurat sejak dini. Menurut kaum liberal memaksa anak melakukan atau mengunakan sesuatu yang belum paham kosekuesinya, telah melanggar kebebasan bertingkah laku.

Dari opini melanggar kebebasan bertingkah laku, kemudian di giringlah opini umat ke islamphobia yang umat notabene umat yang pragmatis dan memiliki pradigma yang negatif terhadap ajaran islam.

Kendatinya umat harus memahami, kita ini umat islam yang seluruh amal perbuatannya terikat terhadap hukum islam. Baik hubungan kepada Allah, hubungan kepada diri sendiri dan hubungan kepada sesama manusia seluruhnya aturannya terikat terhadap seluruh aturan Allah SWT. 

Hasil dari pembiasaan ketaataan kepada aturan Allah akan membawa manusia menjadi pribadi yang baik. Contoh pembiasaan ketaatan sifat jujur dari kecil akan menghindarkan dari kecurangan dan korupsi saat dewasa. Pembiasanan ketaatan dalam menutup aurat akan menghindarkan dari dosa besar. Seperti zina dan eskploitasi aurat wanita maupun pria. Yang di sistem kapitalis digadang-gadang sebagai kebebasan bertingkah laku. Menghasilkan generasi liberal dan rusak moralnya. 

Rusaknya moral generasi muda akibat paham liberal ini membuat generasi kita di ambang kehancuran. Umat islam sejatinya umat yang terbaik kini umat islam menjadi umat yang paling buruk dan tertinggal jauh. 

Ibarat pepatah, tidak ada yang terlambat jikalau kita ingin memperbaikinya. Solusi dari permasalahan ini adalah kembali ke aturan Allah dengan menerapkan syariat islam dalam bingkai naungan daulah Khilafah.

Khilafah jaya 14 abad lamanya, dengan mengatur umat berlandaskan aqidah islam. Pastinya  aturannya sesuai fitrah manusia memuaskan akal dan menentramkan jiwa. Dari sistem pemerintahan, sistem pendidikan, sistem kesehatan, dan muamalah. Sarana dan prasarana yang berlandaskan syariat islam. Tujuan khilafah diterapkan adalah menjaga aqidah umat dari aqidah asing baik dari filsafah asing dan tsaqofah asing. Khilafah akan mengawasi setiap tsaqofah asing yang masuk kedalam daulah.  Daulah hanya mengizinkan tsaqofah asing masuk hanya berkenaan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi saja. Selebihnya tidak boleh masuk ke daulah. Dari sini umat yang telah di pimimpin oleh sistem islam akan terhindari dari pemahaman asing liberalisme yang merusak aqidah umat.

Dengan solusi yang ditawarkan oleh islam masihkah kita ragu akan hukum-hukum Allah SWT? 

Post a Comment

Previous Post Next Post