Islam Memuliakan Perempuan


Oleh: Erna Ummu Azizah

Kejam! kata yang pantas disematkan untuk mengungkapkan perilaku seorang suami yang tega membelek perut sang istri hanya karena mengandung anak perempuan lagi. Seperti dikutip dari laman media online viva.co.id, 25 September 2020 :

"Seorang pria berusia 34 tahun di Bareilly, India, tega 'menyambit' perut istrinya yang hamil empat bulan setelah seorang pendeta memberi tahu mereka bahwa sang istri sedang mengandung bayi perempuan yang ke-enam."

Beruntung bayi di dalam kandungan tidak terluka, tetapi kesehatan korban memburuk karena kerusakan organ yang parah akibat pendarahan hebat. Akibat perbuatannya, sang suami telah ditangkap polisi karena melanggar hukum dianggap melakukan upaya pembunuhan.

Miris, di beberapa daerah di belahan dunia, kelahiran bayi perempuan masih dianggap "aib", luka, dan sebuah tragedi. Pandangan kuat seperti itu tak lain karena perempuan masih dianggap makhluk tak penting, tak bisa meneruskan kepemimpinan sang ayah dan dinilai tak membawa masa depan keluarga di kemudian hari.

Tak hanya hari ini, bahkan belasan abad silam sebelum datangnya Islam, nasib perempuan bagaikan sebuah benda yang bebas diperlakukan apa saja oleh para pria. Dan posisinya pun menjadi kelompok kelas dua. Perempuan tugasnya hanya melayani lelaki dan harus siap kapanpun saat diperlukan. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan. Bahkan, kesan misogynist (kebencian terhadap perempuan) begitu kental mewarnai kehidupan manusia di zaman jahiliyah.

Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi-Nya untuk membimbing umat menuju keselamatan dunia dan akhirat. Namun, Islam tidak hanya menekankan pada aspek ibadah semata, tetapi merangkum seluruh aspek kehidupan termasuk politik, sosial, kebudayaan, dan lain-lain.

Islam tidak pernah merendahkan derajat manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Islam hanya memiliki satu aturan yang berlaku dalam membeda-bedakan manusia, yaitu ketakwaan kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS al-Hujurat [49]: 13).

Dalam Islam, perempuan begitu dimuliakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan memuliakan kaum perempuan. Di antara sabdanya:

 اِسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

 “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729)

 خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)

Setelah sebelumnya orang-orang jahiliyah memandang perempuan sebagai aib dan musibah, Islam memandang bahwa perempuan adalah karunia Allah. Bersamanya kaum laki-laki akan mendapat ketenangan, lahir maupun batinnya. Darinya akan muncul energi positif yang sangat bermanfaat berupa rasa cinta, kasih sayang dan motivasi hidup.

Laki-laki dan perempuan menjadi satu entitas dalam bingkai rumah tangga. Keduanya saling membantu dalam mewujudkan hidup yang nyaman dan penuh kebahagiaan, mendidik dan membimbing generasi manusia yang akan datang. Masya Allah, betapa indah dan sesuai dengan fitrah. 

Hari ini, saat aturan Sang Pencipta disingkirkan, lalu diterapkan aturan buatan akal manusia yang lemah dan terbatas. Maka, kerusakan demi kerusakan terjadi. Membuat naluri seakan mati, hingga berbagai fakta ngeri menjadi fenomena yang tiada henti.

Sistem sekuler meniscayakan semua ini terjadi. Bagaimana tidak, saat agama hanya dibatasi semata urusan pribadi, maka ketika mengatur kehidupan, peran Tuhan diabaikan. Kata 'dosa' tak lagi menakutkan. Apapun dilakukan asal nafsu terpuaskan. Na'udzubillahi min dzalik.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita kembali kepada aturan yang menjadikan manusia hidup sesuai fitrahnya. Tentunya aturan itu harus datang dari Sang Pencipta sekaligus Pengatur manusia. Dialah Allah SWT. 

Sungguh Allah telah menurunkan Islam sebagai agama sekaligus aturan kehidupan yang begitu sempurna dan paripurna. Syariah Islam terbukti selama belasan abad membawa rahmat dan kebaikan bagi seluruh alam, tidak hanya bagi muslim, tapi juga non muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Semoga Syariah-Nya yang kaffah (menyeluruh) segera terwujud kembali hingga kaum perempuan betul-betul dapat dimuliakan. Aamiin.

Post a Comment

Previous Post Next Post