Konsisten Dalam Kebenaran

Oleh : Khanza Humaira

Para pengemban dakwah melakukan perubahan mendasar (taghyir) ketika berada di dalam Darul Kufr (Negara Kufur) seperti saat ini. Disebut Darul Islam apabila dasar negara tersebut berdasarkan aqidah Islam, menerapkan hukum-hukum Islam dan keamanaannya berdasarkan Islam. Disebut Darul Kufr apabila dasar negara tersebut berdasar selain Islam, tidak menerapkan hukum-hukum Islam dan keamanannya berdasar kepada selain Islam.

Namun, ketika para pengemban dakwah berada di dalam darul Islam, maka mereka akan melakukan kritik dan koreksi (muhasabah) dan amar makruf nahyu munkar.

Para pengemban dakwah mengalami banyak mengalami berbagai rintangan dan halangan dalam berdakwah, baik dari para penguasa itu di dalam negeri itu sendiri juga dari piihak asing. Di antara uslub (cara) yang digunakan oleh Kafir Mekkah untuk merintangi jalan dakwah tersebut adalah sebagai berikut : 
Penyiksaan (pemukulan)
Al-Hâkim dalam al-Mustadrak telah mengeluarkan sebuah hadits, ia berkata, “Hadits ini shahih isnadnya memenuhi syarat Muslim, dan Imam Muslim pun menyetujui hadits ini dalam  al-Talkhîsh.” Dari Anas ra., ia berkata : Kafir Quraisy telah memukuli Rasullullah saw. Hingga beliau pingsan. Kemudian Abû Bakar ra. Berdiri dan berteriak, “Binasa kalian!, Apakah kalian akan membunuh orang yang mengatakan, ‘Tuhanku adalah Allah?’” Mereka berkata, “Siapa orang ini?.” Mereka berkata lagi, “Orang ini adalah anak Abi Kuhafah yang gila.”

• Mengikat
Al-Bukhâri meriwayatkan dari Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dari Masjid Kufah, ia berkata :
“Demi Allah, aku melihat diriku sendiri, ketika Umar telah mengikatku karena keislamanku, sebelum dia masuk Islam. Andai saja gunung Uhud hilang dari tempatnya, disebabkan oleh apa yang kalian lakukan terhadap ‘Utsmân, pasti dia pun akan tetap konsisten seperti itu. Dalam riwayat al-Hâkim dikatakan, “Ia mengikatku dan ibuku.” Ia berkata, “Hadits ini shahih memenuhi syarat Muslim.

Tekanan dari Ibu
Ibnu Hibban meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Mus’ab bin Sa’ad dari bapaknya, berkata, “Berkata Ummu Sa’ad,” “Bukankah Allah telah memerintahkanmu untuk berbuat baik kepada orang tua? Demi Allah, aku tidak akan makan dan tidak akan minum hingga aku mati atau engkau kufur (dari agama Muhammad).” Sa’ad berkata,” “ jika mereka hendak memberi makan kepadanya, maka mereka membuka mulutnya dengan paksa.”  “Kemudian turunlah ayat:
“Dan Aku telah memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuannya. (TQS. Al-Ankabut : 8).”
Melempar kotoran, seperti kotoran unta dan lainnya.

Ibnu Sa’ad telah meriwayatkan dalam ath-Thabaqat dari dari ‘Aisyah ra., ia berkata; Rasulullah saw. Bersabda:“Aku berada di antara kejahatan dua tetangga, yaitu Abû Lahab dan ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Keduanya suka membawa kotoran unta kemudian dilemparkan ke pintu rumahku. Bahkan mereka (orang Quraisy) pun suka membawa sebagian kotoran kemudian dilemparkan ke rumahku.”

Kemudian Rasul saw. Keluar membawa kotoran itu seraya berkata, “Wahai bani Abdu Manaf, pertetanggaan seperti apakah ini?” Kemudian Nabi saw. Melemparkannya ke jalan.

Penyiksaan tanpa diceritakan uslubnya
Al-Hâkim telah mengeluarkan dalam kitab al-Mustadrak, ia berkata, “Hadits ini shahih, memenuhi syarat Muslim”, adz-Dzahabi menyetujuinya dalam kitab at-Talkhîsh dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw. Menghampiri Amar dan keluarganya yang sedang disiksa. Kemudian Rasul saw. Bersabda:
“Bergembiralah wahai keluarga Amar dan keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang dijanjikan kepada kalian adalah surga.”
Ahmad telah meriwayatkan dengan isnad yang perawinya terpercaya dari Utsman ra., ia berkata, aku datang bersama Rasul saw. Beliau memegang tanganku. Kami berjalan-jalan di Batha hingga beliau mendatangi bapak dan ibunya Amar dan keluarganya yang sedang disiksa. Abû Amar berkata, “Wahai Rasulullah!, Apakah seperti ini?” Kemudian Rasulullah saw. Bersabda:
Bersabarlah! Kemudian beliau bersabda, “Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir! (Yasir berkata,) “Aku akan tetap bersabar.”

Membuat kelaparan
Ibnu Hibban telah mengeluarkan dalam kitab Shahih-nya dari Anas, ia bekata; Rasulullah saw. Bersabda:
“ Aku telah disiksa karena Allah, dan tidak ada seorang pun yang dianiaya. Aku telah ditakut-takuti karena Allah, dan tidak ada seorang pun yang ditakut-takuti. Aku telah diboikot selama tiga hari tiga malam, dan aku tidak melihat makanan sedikit pun kecuali yang tersembunyi di balik ketiak Bilal.”

Pemboikotan
Ibnu Sa’ad telah meriwayatkan dalam  ath-Thabaqat dari al-Waqidi’ dari Ibnu Abbas, dan Abû Bakar bin Abdurrahman bin al-Haris bin Hisyam, dan Utsman bin Abi Sulaiman bin Jubair bin Muth’im, hadits sebagian mereka masuk kepada sebagian yang lain: “Orang Quraisy telah menulis surat kepada Bani Hasyim agar mereka tidak menikah, berjual-beli dan bergaul dengan kaumQuraisy” Mereka telah memutuskan bantuan barang dagangan dari Bani Hasyim. Bani Hasyim tidak keluar kecuali dari satu musim ke musim yang lain hingga ditimpa kepayahan dan terdengar suara tangisan anak-anak mereka dari balik lembah. Di antara orang Quraisy ada yang senang melihat hal itu dan ada yang tidak senang” Mereka tinggal di lembah itu selama tiga tahun” Adz-Dzahabi dalam at-Tarikh telah menceritakan kabar pemboikotan ini dari Musa bin Uqbah dari Az-Zuhri.

Meskipun di caci maki, di boikot, dilempari kotoran dan lain sebagainya seperti yang diatas, namun Rosulullah dan para sahabat tidak menghentikan langkah dakwahnya. Beliau tetap konsisten dalam kebenatab karena itu adalah bukti ketaatan kepada Allah SWT. 

Begitu juga seperti kita pada saat ini, meskipun kita di kecam, difitnah, diboikot, dan dibubarkan majelis-majelis kajian. Namun kita harus tetap konsisten dalam ketaatan kepada Allah SWT dan harus tetap menyampaikan kebenaran. Jalan dakwah merupakan jalan yang panjang dan penuh kesukaran. Namun, setiap kita hendaknya sabar melaluinya untuk membuktikan keimanan kita kepada Allah Ta’ala. 
Allah SWT berfirman: 
“Alif laam miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 1-3).

Di jalan ini, para pengemban dakwah pasti akan berhadapan dengan gangguan dan penyiksaan, atau tuduhan-tuduhan dan tekanan-tekanan.  Bahkan kadangkala harus siap mengorbankan jiwa dan raganya.

Oleh karena itu,  di  jalan dakwah ini kita membutuhkan: kesabaran dan ketekunan; pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera; serta usaha dan kerja berkelanjutan yang hasilnya terserah kepada Allah Ta’ala semata.Jika kita bersabar dan bertaqwa di jalan dakwah ini, pada akhirnya Allah Ta’ala akan memberikan kemenangan dan kesudahan yang baik.  Dakwah betapa pun susahnya, derita dan pahit yang dialami, tetapi terjamin hasilnya.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”  (QS. Al-Baqarah: 214).

Tujuan yang ingin dicapai dengan dakwah ini adalah membentuk individu, rumah tangga, masyarakat muslim, dan daulah Islamiyah. Hingga daulah itu bersatu di bawah satu Khilafah Islamiyah. Ia kemudian bertanggung jawab memimpin dunia dengan panduan Al-Qur’an.
Menjadi pejuang atau penonton adalah pilihan, ketika kau tidak mau berada dibarisan dakwah setidaknya jangan menjadi penentang dakwah. Jika memilih sebagai pejuang maka harus mau benar-benar menyampaikan kebenaran, bersabar, dan tetap konsisten dalam menyampaikan kebenaran. Hadiah untuk para pejuang, Allah SWT telah menjamin surga, MasyaAllah.
Previous Post Next Post