Benarkah, RI Dalam Resesi ?

By : Ratna Sari 
Desa Timbang Deli Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

Pandemi corona belum juga redah. Sejak di terapkan kebijakan new normal life bukannya menurun jumlah korban covid-19, ini malah semakin menjulang tinggi. Jumlah kasus virus corona secara global masih menunjukkan peningkatan.
Hingga Jumat (7/8/2020) pagi, melansir Worldometers, jumlah kasus Covid-19 tercatat 19.223.471 kasus,

Dari jumlah itu, sebanyak 716.280 orang meninggal dunia, dan 12.337.543 orang sembuh. Dan Amerika termasuk negara yang paling banyak jumlah korbannya.

Indonesia sendiri dalam urutan 23 kasus positif Covid-19 global. Di Indonesia hari ini bertambah 2.473 kasus baru. Secara kumulatif, pada hari ini Jumat (7/8), kasus terkonfirmasi positif mencapai 121.226. Kasus sembuh bertambah 1.912 orang. Jumlah akumulatif kasus sembuh menjadi 77.577 orang. Angka kematian bertambah 72 orang. Total kasus kematian kini mencapai 5.593 orang.

Tingginya jumlah korban selama diterapkan new normal life dengan dalih pemulihan ekonomi dunia. Kebijakan new normal life yang diambil bertujuan ingin memulihkan perekonomian dunia ini malah masuk ke jurang resesi. Kebijakan lockdown yang telah diterapkan telah melumpuhkan perekonomian dunia. Pembatasan aktivitas komunal di seluruh dunia menyebabkan roda perekonomian seluruh negara macet. 

Kelima negara tersebut meliputi Amerika Serikat (AS), Jerman, Hongkong, Singapura dan Korea Selatan.

Bagaimana dengan Indonesia? 

Perekonomian Indonesia sebelun pandemi tidak cukup baik. keadaan perekonomian Indonesia sebelum pandemi. Utang luar negeri pada September 2019 mencapai Rp 5.569 trilyun. Sedangkan pada Nopember 2019, utang luar negeri meningkat mencapai Rp 5.619 trilyun (www.cnbcindonesia.com, 15 Januari 2020).

Adapun pertumbuhan ekonomi di 2019 adalah 5,02 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya 5,17 persen. Angka 5,02 persen itu sama besarannya dengan di tahun 2016 yang berkisar 5,03 persen. Artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan. Cenderung terpuruk. Realnya kita bisa melihat angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Jumlah penduduk miskin pada September 2019 sebesar 24,79 juta. Standar yang dipakai dengan penghasilan sekitar Rp 440 ribu per kapita per bulan. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju jurang resesi.

Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 lebih buruk dari proyeksi pemerintah maupun ekspektasi pasar. Badan Pusat Statistik ( BPS) baru saja mengumumkanpertumbuhan ekonomi RI di kuartal II 2020 minus hingga 5,32 persen.
Secara kuartalan, ekonomi terkontraksi 4,19 persen dan secara kumulatif terkontraksi 1,26 persen. 

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini pun menilai, kinerja perekonomian RI sulit membaik di kuartal III mendatang. (Kamis, 6 agustus 2020, Jakarta, Kompas.com) 

Analisa penyebab resesi Indonesia

Sejak seluruh negara mengambil sistem yang salah, sistem kapitalis liberal yang selalu membawa kerusakan. Sejak saat itulah seluruh aspek kehidupan hancur dan rusak, termasuk aspek perekonomiaannya.

Sistem perekonomian yang berdasarkan kapitalis dan liberal mengambil sistem ekonomi ribawi yang sangat di murkai Allah. Yang membawa kesengsaraan bagi seluruh manusia. Gaya liberalnya sistem kapitalis membuat kekayaan alam yang seharusnya dikelolah oleh negara dan di manfaatkan untuk kesejahteraan rakyat ini dapat dikuasai oleh individu tanpa melihat aturan dari Allah SWT. Tergantungnya perekonomian kapitalis dari sektor nonrill ini membuat tidak setabilnya perekonomian dunia dikala penanganan pandemi dan sangat berpengarug kepada sektor rill. Tidak stabilnya nilai tukar Uang kertas yang dipakai juga berpotensi terjadinya resesi. Lambannya penanganan wabah yang dilakukan pemerintah menambah buruk perekonomian Indonesia. Akibatnya dapat dipastikan Indonesia akan masuk jurang resesi. 

Melihat dari masalah yang ditimbulkan sistem yang salah. Sudah seharusnya kita bangkit dan menggali permasalahan sampai keakarnya dan didapati sistem kapitalis telah gagal mengatur manusia sesuai fitrahnya dan malah membawa kepada kesengsaraannya. Jadi segera gantilah sistem kapitalis dengan sistem islam dalam penerpan syariah secara menyeluruh dengan bingkai syariah Khilafah. Sistem islam telah terbukti oleh sejarah sistem yang terbaik telah memimpin dunia 14 abad lamanya. Masalah  resesi yang dialami seluruh dunia termasuk Indonesia dapat diselesaikan oleh sistem islam dengan mengikuti seluruh aturan yang Allah turunkan sesuai Al quran dan As sunah.

Solusi Islam menghadapi resesi


Pertama, mengubah perilaku buruk pelaku ekonomi. Untuk mengubah pola pikir dan pola sikap para pelaku ekonomi ada beberapa langkah:
Diperkenalkan dan ditanamkan pada diri seseorang adalah akidah Islam. Dengan itu ia sadar bahwa dirinya adalah seorang Muslim, bukan sekularis atau yang lainnya.
Bertekad menjadikan akidah Islam sebagai landasan dalam berpikir atau menilai segala sesuatu serta landasan dalam bersikap dan berperilaku. Dengan tekad itu, seorang memiliki cara berpikir islami dan bersikap islami.
Meningkatkan pengetahuannya tentang ilmu-ilmu Islam, yang terkait akidah Islam: al-Quran, as-Sunnah, Tafsir al-Quran, Fikih, Hadis, Sirah, bahasa Arab dan lain-lain. Semua itu diperlukan untuk meningkatkan kualitas cara berpikirnya yang senantiasa menghubungkan segala sesuatu yang dipikirkannya dengan informasi yang ia dapat sebelumnya[10].
Pelaku ekonomi semestinya hidup dalam suasana keimanan. Bergaul dengan orang-orang yang shalih, memilih teman yang baik, serta menjauhi orang-orang yang berbuat maksiat; menciptakan suasana keimanan dengan jalan memperbanyak amalan-amalan nafilah seperti membaca al-Quran, zikir, menghayati dan mengkaji Sirah Rasul, khusyuk dalam shalat, banyak berdoa dan qiyamul lail untuk meningkatkan ruhiyahnya. Dengan itu, ketika hubungannya dengan Allah dekat, Insya Allah ia akan merasa mudah untuk menjalankan Islam dalam kehidupan sehari-hari secara kaffah. Tidak ada rasa keberatan sedikit pun dan tidak ada rasa malas lagi.

Kedua, tata kelola pemerintahan sesuai syariah. Politik Ekonomi  Islam bertujuan  untuk memberikan jaminan pemenuhan pokok setiap warga negara (Muslim dan non-Muslim) sekaligus mendorong mereka agar dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier sesuai dengan kadar individu yang bersangkutan yang hidup dalam masyarakat tertentu. Dengan demikian titik berat sasaran pemecahan permasalahan dalam ekonomi Islam terletak pada permasalahan individu manusia, bukan pada tingkat kolektif (negara dan masyarakat).

Menurut al-Maliki ada empat perkara yang menjadi asas politik ekonomi Islam: (1) Setiap orang adalah individu yang memerlukan pemenuhan kebutuhan; (2) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok dilakukan secara menyeluruh; (3) Mubah (boleh) hukumnya bagi individu mencari rezeki (bekerja) dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan dan meningkatkan kemakmuran hidupnya; (4) Nilai-nilai luhur syariah Islam harus mendominasi (menjadi aturan yang diterapkan) seluruh interaksi yang melibatkan individu-individu dalam masyarakat.

Ketiga, kestabilan sosial dan politik. Berdasarkan tata kelola pemerintahan dalam Islam, Khilafah akan melaksanakan dan memantau perkembangan pembangunan dan perekonomian dengan menggunakan indikator-indikator yang menyentuh tingkat kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya, bukan hanya pertumbuhan ekonomi. Karena itulah indikator ekonomi tidak bisa dilepaskan dari indikator sosial dan hukum; misalnya indikator terpenuhi atau tidaknya kebutuhan primer setiap warga negara yang meliputi sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan, indikator tingkat kemiskinan, ketenagakerjaan, pengangguran, serta kriminalitas. Jadi pertumbuhan ekonomi bukan indikator utama, tidak menjadi target utama dan bukan asas pembangunan. Utamanya dalam hal ini adalah kestabilan sosial dan politik.

Keempat, menstabilkan sistem moneter. Upaya menstabilkan sistem moneter dengan dua cara:

Mengubah dominasi dolar dengan sistem moneter berbasis dinar dan dirham. Ada beberapa keunggulan sistem dinar-dirham di antaranya: 1) Dinar-dirham merupakan alat tukar yang adil bagi semua pihak, terukur dan stabil. Dalam perjalanan sejarah penerapannya, dinar-dirham sudah terbukti sebagai mata uang yang nilainya stabil karena didukung oleh nilai intrinsiknya. 2) Tiap mata uang emas yang dipergunakan di dunia ditentukan dengan standar emas. Ini akan memudahkan arus barang, uang dan orang sehingga hilanglah problem kelangkaan mata uang kuat (hard currency) serta dominasinya. Selama ini mata uang dolar sering dijadikan alat oleh Amerika Serikat untuk mempermainkan ekonomi dan moneter suatu negara. Bahkan Amerika sebagai pencetak dolar bisa dengan mudahnya bisa membeli barang-barang dari negara-negara berkembang dengan mata uang dolar yang mereka miliki. Inilah yang dikritik oleh Rakadz, Ekonom Amerika, yang juga salah seorang intelijen ekonomi Amerika. Ia menyatakan dalam artikelnya, “Apa yang terjadi pada dunia di ambang tahun 2015? Ambang fase baru dari depresi besar ekonomi.” Dia menyatakan, Bank Federal telah mencetak uang dengan sembarangan, bahkan triliunan dolar AS.
Mengganti perputaran kekayaan di sektor non-riil atau sektor moneter yang menjadikan uang sebagai komoditas menjadi ke arah sektor riil.  Sektor ini, selain diharamkan karena mengandung unsur riba dan judi, juga menyebabkan sektor riil tidak bisa berjalan secara optimal. Menurut penelitian Prof. Maurice Allais, peraih Nobel tahun 1997 dalam tulisannya, “The Monetery Condition of an Economiy of Market,” yang menyebut hasil penelitiannya yang melibatkan 21 negara besar, bahwa uang yang beredar disektor non-riil tiap hari mencapai lebih dari 440 miliar US$; sedangkan disektor riil hanya sekitar 30 miliar US$ atau kurang dari 10%. Inilah penyebab utama krisis keuangan global. Karena itulah uang hanya dijadikan semata-mata sebagai alat tukar dalam perekonomian. Karena itu ketika sektor ini ditutup atau dihentikan oleh Khilafah maka semua uang akan bergerak disektor riil sehingga roda ekonomi akan berputar secara optimal.
Kelima, menstabilkan sistem fiskal. Dalam sistem ekonomi Islam dikenal tiga jenis kepemilikan: kepemilkan pribadi; kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Seluruh barang yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak dan masing-masing saling membutuhkan, dalam sistem ekonomi Islam, terkategori sebagai barang milik umum. Benda-benda tersebut tampak dalam tiga hal: (1) yang merupakan fasilitas umum; (2) barang tambang yang tidak terbatas; (3) sumberdaya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki oleh individu. Kepemilikan umum ini dalam sistem ekonomi Islam wajib dikelola oleh negara dan haram diserahkan ke swasta atau privatisasi.

Dalam sistem Islam, Pemerintah akan melaksanakan politik dalam negeri dan politik luar negeri. Politik dalam negeri adalah melaksanakan hukum-hukum Islam termasuk pengelolaan sumberdaya alam, sedangkan politik luar negeri menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia.

Pelaksanaan politik dalam negeri dan politik luar negeri mengharuskan Khilafah menjadi negara yang kuat dari sisi militer sehingga mampu mencegah upaya negara-negara imperialis untuk menguasai wilayah Islam dan SDA yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian penguasaan dan penghelolaan SDA di tangan negara tidak hanya akan berkontribusi pada kemananan penyedian komoditas primer untuk keperluan pertahanan dan perekonomian Khilafah, tetapi juga menjadi sumber pemasukan negara yang melimpah pada pos harta milik umum. Karena itulah dalam sistem ekonomi Islam yang akan diterapkan oleh Khilafah, setiap warga Negara, baik Muslim maupun ahludz-dzimmah, akan mendapatkan jaminan untuk mendapatkan kebutuhan pokok barang seperti sandang, pangan dan papan; juga kebutuhan pokok dalam bentuk jasa seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan secara murah bahkan bisa gratis.

Khilafah yang direpresentasikan oleh negeri negeri-negeri Muslim saat ini memilik sumberdaya alam yang luar biasa melimpahnya. Menurut Abu Abdullah dalam bukunya, Emerging World Order The Islamic Khilafah State, Khilafah masa depan memiliki atau menguasai 72% cadangan minyak bumi. Di antaranya di Arab Saudi 19,47%, Iran 9,88%, Irak 8,34% dan sisanya di negeri-negeri Muslim yang lain. Dari sisi produksi, pada tahun 2009 Dunia Islam menguasai 48,15% dari produksi minyak  dunia. Gas memiliki cadangan 107,75 triliun meter kubik atau 61,45% total deposit gas dunia. Uranium memiliki 22,6% deposit uranium dunia. Bijih besi memiliki 17,23% cadangan  dunia.

Sumber Daya Alam (SDA) merupakan faktor penting bagi kehidupan umat manusia, yang saat ini dikuasai oleh negara-negara penjajah baik secara langsung maupun melalui korporasi-korporasi mereka. Karena itu untuk mengembalikan kedaulatan umat atas kekayaan SDA yang mereka miliki harus ditempuh dengan menegakkan kembali Khilafah. Karena itu pula, kalau saat ini ada penolakan terhadap penegakan negara Khilafah dan kriminalisasi ide khilafah yang dilakukan oleh rezim-rezim negeri negeri Islam, bisa diduga kuat bahwa di belakang mereka adalah para kapitalis dan negara-negara penjajah. 
Previous Post Next Post