Refleksi Hari Laut Sedunia dengan Peningkatan Literasi Bahari

Oleh : Rina Devina

Tepat pada hari ini, 08 Juni diperingati sebagai Hari Laut Sedunia dalam rangka menghargai keberadaan laut-laut di berbagai belahan dunia. Peringatan hari laut sedunia adalah salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kesadaran banyak pihak akan keberadaan, manfaat dan fungsi laut sebagai penyedia bahan pangan, farmasi, energi, sumber daya mineral, tempat wisata, dan sekaligus berbagai jalur pergerakan pelayaran maupun perdagangan dunia.

Bangsa Indonesia adalah Negara kepulauan yang 2/3 datarannnya adalah laut, sehingga banyak yang menyebut Negara kita adalah Negara maritim. Dengan adanya peringatan Hari Laut Sedunia (HLS) ini, sedianya menjadi refleksi bagi kita bangsa Indonesia untuk menjadikan laut sebagai landasan pembagunan ekonomi,sosial-budaya dan politik sebagai sebuah bangsa yang memiliki kekayaan dan sumber daya maritim yang melimpah.

Pakar Ekonomi Maritim kita yang juga merupakan Guru Besar pada Fakultas Perikanan dan kelautan IPB, Prof. Rokhmin Dahuri pernah berujar bahwa selama ini Indonesia sebagai Negara dengan garis pantai yang panjang dan terbesar kedua di dunia masih jauh dari menjadikan laut sebagai landasan pembangunan bangsa.

Selain menjadikan laut sebagai landasan pembangunan ekonomi bangsa, laut kita juga berpotensi memiliki berbagai kekayaan dan sumber daya laut lainnya yang dapat dimanfaatkan demi kelangsungan hidup masyarakat sekitar laut yang dalam keseharian hidupnya mencari rezeki dari hasil melaut. Namun masyarakat kecil ini, apakah nelayan atau para pengrajin aneka hasil laut terancam punah dan berkurang penghasilannya diakibatkan oleh rusaknya biota laut yang selalu menjadi ‘tempat sampah dunia’ ini.

Pusat Data dan Informasi dari koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) pada Mei 2018 mencatat sedikitnya 1,29 juta ton sampah di buang ke sungai dan bermuara di laut setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 adalah sampah plastik yang mengapung di tiap kilometer persegi laut kita. Sampah jenis ini tidak mudah terurai dan umurnya bisa mencapai ratusan tahun mengotori dan mencemari di perairan lautan kita.

Indonesiapun dinobatkan menjadi runner-up setelah Cina dari 20 negara yang paling banyak membuang sampah plastik ke laut setiap tahunnya yang kemudian disusul oleh Filipina, Vietnam, Sri Lanka, Thailand, Mesir, Malaysia, Nigeria, dan Bangladesh. Ada berbagai macam sampah yang dibuang sembarangan yang akhirnya bermuara ke laut, diantaranya adalah jenis kemasan sampah plastic, Styrofoam, popok, dll.

Sudah banyak pihak yang membicarakan kegundahannya tentang keadaan laut Indonesia, mulai dari berbagai elemen masyarakat, komunitas pecinta laut sampai komunitas sekelas dunia seperti green peace juga selalu menghimbau agar seluruh masyarakat dan pemerintah bersatu untuk mengurangi penggunaan sampah plastik yang telah terbukti mengakibatkan dampak terburuk bagi ekosistem laut.

Demi melihat kondisi kelautan Indonesia yang semakin rusak dan mengacam hajat hidup orang banyak, diperlukan pendidkan dan upaya penyadaran bagi segenap elemen masyarakat mengenai berbagai hal tentang kelautan, sumber daya laut, dan berbagai ancaman dan gangguan yang menyertainya. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan keberadaan laut, salah satunya adalah dengan literasi Bahari/Kelautan.

Literasi Bahari/Kelautan
Kegiatan literasi bahari/kelautan masih jarang dilakukan di Indonesia, kalaupun ada, masih sedikit masyarakat yang mengetahuinya, bahkan banyak masyarakat yang buta dan baru tahu akan arti penting literasi bahari/kelautan. Berangkat dari hal ini sungguh diperlukan berbagai edukasi, advokasi, sosialisasi, motivasi bahkan promosi untuk melakukan kegiatan semacam literasi bahari/kelautan ini. 

Setidaknya ada beberapa konsep utama dalam literasi bahari/kelautan yang wajib kita ketahui dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah: 1) Masyarakat perlu mengenal karakteristik geologi dan klimatologi laut sebagai sumber kehidupan (Santoro et al, 2017). 2) Prinsip atau kerangka acuan sangat diperlukan dalam penyampaian literasi bahari/kelautan (Strang et al,2007).

Dalam arti yang sederhana, masyarakat dapat melakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian laut dengan cara :

1. Semua komponen masyarakat perlu menjadi pembelajar, penjelajah dan pedagang yang inovatif untuk produk bahari/kelautan, sehingga menguasai wahana laut serta dapat terbantu dalam melakukan pertukaran barang, jasa dan budaya.

2. Kekayaan laut, baik hayati maupun non-hayati agar supaya dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan melalui literasi bahari/kelautan yang kuat dan ditanamkan sejak pendidikan anak usia dini.

3. Berbagai kegiatan dari literasi bahari/kelautan ini harus sejalan dengan budaya dan kearifan lokal di setiap daerah di seluruh kepulauan Indonesia.

4. Memanfaatkan keanekaragaman hayati atau biodiversitas serta keunggulan komparatif sebagai modal dasar kita dalam membangun negeri.

Memperhatikan beberapa aspek literasi bahari/kelautan diatas, masyarakat dapat diajak untuk turut andil dalam setiap kegiatan literasi bahari/kelautan, yang juga dapat di bantu oleh berbagai pihak, salah satunya adalah pemerintah. Masyarakat Bahari terutama masyarakat pesisir berharap agar pemerintah dapat turun langsung dan berihktiar bersama masyarakat dalam berbagai program literasi bahari/kelautan. 

Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh elemen pemerintahan adalah :

a. Perkuat Kedaulatan Kelautan/Bahari, artinya adalah agar pemerintah bersama masyarakat bersama-sama menjadi bagian dari berbagai usaha edukasi, advokasi, sosialisasi, motivasi bahkan memberikan motivasi dalam tata kelola pesisir dan laut.

b. Ada upaya-upaya konkrit pemerintah dan masyarakat untuk mengubah stigma buruk yang ada di masyarakat bahwa laut adalah tempat sampah besar atau Tempat Pembuangan Akhir.

c. Harus ada penegakan hukum yang tegas dan optimal dari pemerintah sebagai pengambil keputusan  yang legal  bagi pelaku pelanggar atau perusak sumber daya laut atau bahari pesisir kita.

Ada beberapa usaha kecil yang dapat kita lakukan sebagai masyarakat luas yang walaupun kecil tapi sangat bermanfaat dan berdampak bagi kelangsungan kelautan/bahari kita, yaitu:
1. Gerakan menanam Mangrove untuk mencegah abrasi pantai dan menjaga ekosistem pesisir dan biota laut.
2. Jangan buang sampah sembarangan, selalu jaga kebersihan apalagi ketika wisata ke laut, saling mengingatkan kepada pengunjung yang kurang sadar ligkungan.
3. Lindungi terumbu karang dengan mengurangi penggunaan kantong plastik, styrofoam dan bahan lain yang sulit terurai.
4. Gerakan makan ikan dan hasil laut lainnya yang akan menolong para nelayan kecil kita.
5. Memanfaatkan dan membudidayakan rumput laut agar menjadi sumber pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan pelestarian laut.
6. Dan masih banyak gerakan atau langkah kecil lainnya yang sangat bermanfaat bagi kita, masyarakat dan dunia dalam menyelamatkan laut..

Akhir kata, inti dari refeleksi peringatan Hari Laut Sedunia ini adalah bahwa “laut kita bukanlah keranjang sampah, laut kita juga kaya akan hasil laut yang melimpah, mari kita perkuat diplomasi dan budaya literasi bahari/kelautan demi mewujudkan masyarakat yang cinta dan peduli dengan Bahari/kelautan”. Sehingga kita dapat mewujudkan semboyan dari angkatan laut kita yaitu “Jalesveva Jayamahe”.Salam Literasi.
Penulis adalah Pustakawan pada Kanwil Kemenkumham Sumut

Post a Comment

Previous Post Next Post