Plandemic, Konspirasi, Dan Propaganda Amerika Serikat


Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)

Film dokumenter Plandemic menyita perhatian publik. Film ini diunggah oleh akun facebook Cerdas Geopolitik. Dibintangi oleh ahli virus, Dr. Judy Mikovits, yang menjadi narasumber di suatu wawancara.

Pembicaraannya seputar konspirasi virus Corona dan beberapa hal lainnya. Apakah virus itu dibuat di lab. Wuhan China atau di North Carolina Amerika Serikat? Masih berupa dugaan sang narasumber yang belum pasti kebenarannya. Dan telah banyak media massa yang mencoba menggali kebenaran pernyataan Dr. Mikovits. Misalnya Tempo.co pada tanggal 11 Mei 2020 menelusurinya dengan judul berita, "[Fakta atau Hoaks] Benarkah klaim Judy Mikovits Soal Virus Corona dalam Film Dokumenter Plandemic?".

Setidaknya ada tujuh pernyataan Mikovits yang dianggap keliru menurut media massa tersebut. Dan juga tidak ada bukti kuat bahwa wabah Corona ini adalah konspirasi.

Sampai detik ini belum ada info bahwa Amerika Serikat atau China telah menemukan bukti kuat adanya pembuatan senjata biologis dalam bentuk mutasi Covud 19 oleh salahsatu dari kedua negara. Keduanya harus mampu membuktikan tuduhannya di pengadilan internasional yang belum juga digelar.

Malah AS, menurut sumber Reuters (10 Mei 2020), berubah pikiran untuk tidak membawa China ke meja pengadilan. AS  dan China bersama-sama mendukung rancangan resolusi keamanan PBB untuk melawan pandemi Corona pada hari Kamis. Diplomat China kaget pihak Washington berubah pikiran.

Jika ini konspirasi mengapa keduanya tidak ngotot untuk menyelasaikannya secara hukum? Amerika harus punya bukti yang kuat tentang lokasi laboratorium dan rekaman kejadian bocornya covid 19 (baca: senjata biologis). Dan sebaliknya China harus mampu menjelaskan pembuatan covid-19 di AS dan cara memasukannya ke AS.

China memang harus disalahkan karena ketidaktransparannya tentang info wabah dan terlambat lock down. Membiarkan negara lain menjemput warganya yang akhirnya ada yang positif Corona. Bukan dituduh membuat senjata biologis yang belum jelas bukti kebenarannya. China harus bertanggungjawab dalam kerugian material yang dialami oleh dunia.

Memang tidak semua teori konspirasi itu benar dan tidak semua salah. Yang paling mengerikan bukanlah mencari kebenaran teori konspirasi, tetapi propaganda Amerika Serikat dibaliknya.

Sebelumnya ingatan publik kembali pada teori konspirasi 911. Teori ini bisa dikatakan telah menjadi kebenaran. Seorang ahli asal Perancis dalam unggahannya di Youtube menjelaskan dengan gamblang dan dengan bukti yang nyata bahwa peristiwa 911 pada tahun 2001 adalah rekayasa intelijen Amerika Serikat.

Video yang diunggah kemudian dibuat slow motion. Tampak  ada ledakan mikro atom sebelum pesawat menabrak gedung kembar WTC.  Ledakan mikro atom itu membuat gedungnya ambruk. Gedung itu terbuat dari bahan baja yang tak mungkin meleleh oleh bahan bakar pesawat. Anehnya disekeliling WTC telah dipasangi radar pendeteksi pesawat, namun pesawat yang menabrak gedung itu dibiarkan lewat begitu saja.

Kejanggalan terjadi pula di penabrakan gedung militer Pentagon oleh pesawat di tanggal yang sama dengan kejadian WTC 911. Ketika itu waktu kejadian dengan tanggal yang ada di rekaman CCTV berbeda. Tidak juga ditemukan puing pesawat di area Pentagon.

Inilah teori konspirasi yang memiliki bukti kuat namun propagandanya lebih mengerikan. Sejak kejadian itu AS melegalkan serangannya ke negeri-negeri Kaum Muslimin. Dengan propaganda populer George Bush jr. mengatakan kepada dunia, "You are with us or with terrorist? (baca: Islam)"

Dengan tuduhan menyimpan teroris Al Qaedah dan Senjata Pemusnah massal, AS menyerang Irak dan mendudukinya. Tuduhan ini kemudian diralat oleh AS dibarengu dengan permintaan maaf. Kemudian dengan tuduhan teroris, AS menduduki Suriah dan Afganistan. Banyak pengamat mengatakan AS tetap bertahan di Timur Tengah demi kepentingan minyak bumi.

Itulah propaganda sesat AS. Sekarang dengan teori konspirasi pembuatan senjata biologis Covid-19, AS membuat propaganda sesatnya untuk tetap menguasai dunia. Namun keadaan menjadi lebih rumit.

Tak segampang kejadian 911, banyak propaganda AS yang diluar ekspetasinya. AS terlambat melakukan Lock Down yang sebenarnya bisa dilakukan Trump pada bulan Januari tapi tak dilakukan. Ketika Lock Down dilakukan sekarang, 30 juta pekerja AS terancam PHK. Industri manufaktur dan kesehatan terpukul berat.

Belum ada tanda kapan Corona akan berakhir di AS. Dan pemerintahan Trump tampaknya masih kebingungan dalam melawan Corona.

Apakah akan membuat vaksin? Berapa dana nya? Siapakah ilmuwan yang terpecaya? Atau akan terus menggandeng China yang dianggap telah sukses keluar dari Corona untuk bersama-sama melawan pandemi demi keamanan dunia?

Sedangkan yang nampak dari aksi luar negeri AS adalah AS lebih memandang China sebagai lawan bisnis ketimbang parnert. Trump tidak tertarik dengan rencana penurunan tarif impor produk China. Namun opsi bekerjasama dengan China dalam bidang kesehatan lebih baik daripada mengeluarkan biaya pengadilan atau perang militer ke China.

Trump juga risau dengan turunnya permintaan minyak dari AS dari banyak negara akibat lock down. Sehingga harga minyak bumi menjadi minus. Dan dollar dikhawatirkan melemah kemudian ditinggalkan. Trump pun mengancam Arab Saudi untuk memangkas produksi minyak demi stabilnya harga minyak. Ini menunjukkan bahwa AS tanpa negara lain juga rapuh bagaikan butiran debu.

Propaganda AS untuk menjatuhkan China telah gagal. Keduanya saling bergantung. Jika salahsatu runtuh maka keduanya akan kehilangan hubungan ekspor impor. Beginilah cara pandang negara yang berasaskan kapitalisme. Apakah masalah pengangguran dan Corona akan segera berakhir di AS? Ataukah akan semakin bertambah buruk? Sehingga dunia memerlukan negara baru dengan ideologi yang anti kapitalisme dan Komunisme? []

Bumi Allah SWT, 13 Mei 2020

#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan

Post a Comment

Previous Post Next Post