Penyempurna Pahala

Oleh: Binti Muzayyanah 
(Indramayu) 

Alhamdulillah hari ini sampai di penghujung Ramadhan. 30 hari digembleng dengan berbagai rupa ujian puasa. Semoga Allah sampaikan kita hingga saat berbuka. 

Ramadhan, yang 10 hari pertamanya adalah rahmat. 10 hari keduanya adalah ampunan. 10 hari ketiganya adalah terbebas dari api neraka. 

Balasan luar biasa yang Allah sediakan bagi orang yang berpuasa tentu harus ditebus dengan berbagai pembuktian. Bukti ketaatan, bukti keikhlasan, bukti kesabaran. Yang semua itu semata karena iman dan mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta'aala. 

Ramadhan tahun ini makin istimewa dengan adanya wabah corona. Berbagai pembatasan yang diberlakukan menjadi ujian bagi insan beriman. Menghiasi siang dan malam Ramadhan dengan taqarrub kepada Allah, atau dibiarkan Ramadhan berlalu dengan sia-sia. 

Kini di penghujung Ramadhan, termasuk yang manakah diri kita? Yang makin dekat kepada Allah, sebab qiyamul lail yang tak pernah terlewat, tsaqafah Islam yang bertambah,  makin cinta akhirat, hafalan ayat Qur'an meningkat... Atau... hanya beroleh lapar dan dahaga dari puasanya? Sebab hari-hari Ramadhan hanya diisi dengan rebahan, waktu bangunnya diisi dengan menonton tontonan unfaedah atau tiktokan... Na'uudzu billahi tsumma na'uudzu billahi. 

Yah, di akhir Ramadhan ini ujian memang terasa makin berat. Wajar memang karena balasan yang Allah janjikan juga bukan balasan yang ecek-ecek. Apalagi di 1/3 akhir Ramadhan ini ada satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Anugerah bagi hamba Allah yang begitu mendambakan perjumpaan dengannya dan berpayah-payah ikhtiar meraihnya. Dialah Lailatul Qadar. 

Cuaca panas begitu terasa menyengat  hingga perjuangan puasa lebih terasa berat dari sebelumnya. Memang beberapa hari diselingi juga dengan cuaca yang teduh, nyaman di badan. Bahkan di beberapa daerah di Nusantara ini Allah berikan tambahan ujian puasa dengan bencana alam.

Angin puting beliung melanda kawasan Tulang Bawang Lampung hingga menimbulkan korban harta bahkan jiwa. Angin kencang melanda di hampir seluruh negeri sepertinya. Bahkan di daerah Pantura angin kencang ini menimbulkan banjir rob yang sempat menimbulkan kepanikan warga karena isunya berpotensi tsunami. Warga sekitar pantai panik meninggalkan rumahnya di tengah  gelapnya malam dengan sepeda motornya. Bahkan mereka melewati sahur di balai desa, tempat mereka mengungsi. Sebelumnya, tersiar kabar gempa di daerah Banjar Jawa Barat, meski tak terlalu besar. 

Semoga ujian-ujian di saat puasa ini menambah pahala bagi yang tertimpa. Pahala atas ridha terhadap qadhaNya, atas sabar dalam menjalaninya. Atas ketaatan kepada perintahNya, dengan tetap menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan, atas tarawih dan tadarusnya, dan semua ibadah selama Ramadhan meski di tengah berbagai musibah yang menimpa. 

Kini, Ramadhan tinggal hitungan jam menemani kita. Tak lama lagi dia kan pergi meninggalkan kita. Berganti dengan Idul Fitri. Hari yang fitri, hari suka cita yang Allah hadiahkan bagi hambaNya yang telah menyelesaikan kewajibannya sebulan berpuasa. 

Namun lagi-lagi Idul Fitri yang dinanti ini tak bisa leluasa dinikmati sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Mudik dilarang. Jamaah sholat Id di masjid atau di lapangan tak boleh diadakan. Pintu-pintu rumah dianjurkan ditutup, tak boleh menerima kunjungan tamu. Semua gara-gara wabah coronavirus yang masih menakutkan. 

Suka cita Idul Fitri terasa kurang sempurna. Syiar Islam melalui gema takbir di jalanan, di masjid-masjid, di lapangan, mungkin tak semeriah biasanya. Namun semua itu tentu harus disikapi dengan kesabaran. 

Idul Fitri tetaplah harus disambut dengan gembira. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi syiar Islam tetap bisa digemakan. Jalinan silaturahmi dengan keluarga dan kerabat tak boleh terhambat. Meski tangan tak berjabat,  tubuh tak berpeluk erat. Tapi wajah yang bertatap meski di balik layar cukuplah menjadi obat. Begitupun persaudaraan dengan para sahabat. 

'Ala kulli hal, tetaplah bergembira menyambut Idul Fitri. Meski kesedihan masih membayang. Sedih berpisah dengan Ramadhan, bulan mulia nan istimewa. Karena kita tak tahu apakah tahun depan masih Allah pertemukan dengan Ramadhan. 

Melepas Ramadhan dengan segenap harapan, semoga Allah menerima semua amalan kita. Memasukkan kita menjadi golongan orang-orang yang bertakwa. Mengekalkan amal ibadah di bulan Ramadhan menjadi kebiasaan kita di sepanjang hidup kita. 

TaqabbalaLlahu minna wa minkum. Shiyamana wa shiyaamakum. Kullu 'aamin wa antum bikhairin. Mohon maaf lahir dan batin.

Post a Comment

Previous Post Next Post