Lebaran Virtual, Pembakar Ukhuwah

Oleh : Nikmatus Sholiha Subekti, S.Kep, Ners

Senin, 25 Mei 2020. Khilafah channel melakukan agenda live streaming perdana pagelaran akbar lebaran virtual di youtube mengusung tema #LebaranKitaIstimewa dengan judul Bahagia dalam Kemenangan, Semangat dalam Dakwah! The New spirit of lebatan 1441H. Ditonton lebih dari 25rb penonton diseluruh penjuru Nusantara. Masyaallah.. luar biasa bukan!

Tak heran jika pagelaran ini banyak peminatnya. Pasalnya ada 2 tokoh yang turut hadir memberikan semangat kemenangan yaitu KH. Rahmat S. Labib dan Ustadz H. M. Ismail Yusanto serta Host beken dengan pantun khas nya, bunga mawar, bunga melati, Karebet Wijaya Kusuma. Dimeriahkan pula dengan puluhan tokoh umat yang mewakili kaum muslimin diseluruh penjuru Nusantara. Kurang lebih 34 perwakilan tokoh umat muslim yang ikut hadir secara virtual diacara tersebut.

KH. Rahmat S. Labib sebagai pemateri pertama menyampaikan bahwa Ramadhan sebagai momentum transformasi dari yang sebelumnya bermaksiat menjadi taubat dan taat beribadah, dari yang sebelumnya taat menjadi semakin taat dan patuh memenuhi syariat islam. Harapannya setelah lebaran tetap membawa kebiasaan waktu ramadhan dengan senantiasa menghidupkan puasa sunah, tadarus Al-Qur'an bersedekah dan melakukan amal sholih lainnya terutama senantiasa tetap istiqomah berdakwah demi tegaknya syariah di Bumi Allah. Untuk menjaga ketaatan yang telah terbentuk di individu bahkan masyarakat selama ramadhan butuh pula negara yang senantiasa menjaga ketaatanya pada Sang pencipta. Agar tercipta individu, masyarakat dan negara yang senantiasa taat terhadap aturannya Allah. Maka kewajiban kita bagi pengemban dakwah haruslah senantiasa istiqomah berdakwah demi tegaknya syariah dan khilafah di Bumi Allah ini. Pemaparan yang luarbiasa dari KH. Rahmat S. Labib agar senantiasa menjaga ketaatan dan kepatuhan memenuhi syariat islam bagi kaum muslimin seluruh penjuru nusantara.

Nusantara dengan beragam suku budaya didalamnya. Tak pernah lekat dari adat istiadat ditengah masyarakatnya. Ustadz H. M. Ismail Yusanto mengatakan bahwa kenapa dulu lebaran itu lekat dengan ketan, kolak dan apem. Ternyata ketiga makanan tersebut ada filosofinya yaitu ketan berarti kesalahan, kolak berarti yang lalu dan apem berarti mohon dimaafkan. Masyaallah begitu luarbiasanya ulama dimasa lalu mengemas dakwah islam dengan epiknya sehingga mudah diterima masyarakat Nusantara. Itulah menjadi bukti bahwa islam itu sesuai dimanapun tempatnya dan islam merupakan budaya nusantara yang tak terelakkan. Selain itu lebaran kali ini terasa istimewa. Ya betul, adanya pandemi covid-19 menimbulkan banyak sekali problematika yang terjadi didunia terutama di nusantara ditambah dengan buruknya penanganan penguasa terhadap pandemi ini menambah deretan problematika yang tak kunjung terselesaikan. Hadirnya bulan Ramadhan ditengah wabah pandemi merupakan Rahmat yang diturunkan Allah kepada kaum muslimin. Bagaimana tidak, secara fisik orang berpuasa mungkin memang mengalami penurunan namun justru dengan berpuasa manusia mampu melejitkan spiritual emosionalnya untuk memantapkan ketaqwaan diri kepada Allah. Apalagi ramadhan kali ini ditengah wabah pandemi covid 19 ibarat sedang terjadi inkubasi spiritual kaum muslimin. Oleh karenanya kaum muslim harus memaksimalkan ketaatannya untuk meraih ketaqwaan bahkan setelah lebaran.

Acara akbar ini dikemas dengan begitu epiknya. Dimana para tokoh perwakilan dari seluruh penjuru Nusantara satu persatu memberikan ucapan taqobalallahu minna wa minkum taqobbal yaa kariim bagi seluruh kaum muslimin di Nusantara. Yang mampu memberikan efek membakar ukhuwah bagi para penontonnya. Oleh karena itu harapan dari lebaran ini mampu menjadikan kaum muslim melejitkan ketaqwaan dan ketundukkan total hanya kepada Allah. Sehingga Allah akan segera mencabut segala problematika hidup yang terjadi akibat kemaksiatan manusia yang enggan tunduk pada hukum Allah.

Post a Comment

Previous Post Next Post