Kemiskinan Sulit Diatasi Stunting pun Terjadi

Oleh : Reni Asmara
(Komunitas Pena Islam)

Stunting merupakan masalah gizi buruk kronis karena kurangnya asupan gizi dalam waktu lama. Terutama pada 1000 hari pertama kelahiran. Di Indonesia kasus stunting sangat mengkhawatirkan. Laporan WHO sekitar 7,8 juta dari 23 juta balita di Indonesia menderita stunting. 

Stunting pada anak sangat serius karena akan berpengaruh pada turunnya kualitas generasi masa depan. Anak yang menderita stunting mengalami tumbuh kerdil. Ketika dewasa berpeluang terjangkit penyakit kronis (diabetes, kanker, strok dan hipertensi). Juga kemungkinan mengalami penurunan produktivitas kerja pada usia produktifnya.

Butuh negara untuk meriayah kondisi ini. Maka, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pemerintah berupaya melakukan pencegahan stunting. Dengan menyediakan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi. Di wilayah Sumedang melalui Program Sanitasi Pedesaan Padat Karya, sebanyak 35 Kepala Keluarga (KK) akan menerima bantuan WC gratis (Kabarpriangan.com, 7/05/2020).

Pencegahan stunting tidak cukup hanya dengan memberi sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi saja. Negara juga harus mengedukasi semua lapisan masyarakat agar berperilaku hidup sehat. Memberikan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan murah. Bahkan gratis jika memungkinkan, bukan dalam bentuk asuransi berbayar yang memberatkan seperti saat ini. 

Faktor utama penyebab stunting adalah masalah ekonomi yaitu kemiskinan. Stunting biasa terjadi pada keluarga menengah ke bawah atau rakyat miskin. Karena minimnya pendapatan dan sulitnya lapangan pekerjaan menjadikannya tak mampu mencukupi asupan gizi anak. Apalagi dalam kondisi pandemi saat in, rakyat pun abai terhadap sanitasi dan kesehatan karena rendahnya pengetahuan dan tidak adanya biaya.

Maka, negara harus mengatasinya dengan menerapkan sistem ekonomi yang tepat. Memanfaatkan SDA (Sumber Daya Alam) melimpah yang dikaruniakan Sang Khalik dengan benar dan tepat. Sebagai sumber pendapatan yang sangat besar hanya untuk meriayah rakyat. Karena janggal, stunting terjadi pada balita yang hidup dikelilingi oleh SDA yang berlimpah seperti Indonesia. Jika pengelolaannya benar dan tepat, maka melimpahnya SDA seharusnya berkorelasi dengan besarnya sumber pendapatan negara. Sumber pendapatan ini dapat digunakan untuk menyejahterakan rakyat.

Fakta di tengah SDA melimpah kemiskinan masih terjadi. Sistem ekonomi kapitalisme patut dicurigai sebagai biang keladi. Sistem ini mengondisikan SDA sebagai alat tawar jaminan politik transaksional calon penguasa bagi korporat (lokal dan asing) yang bersedia mendukungnya hingga berhasil jadi penguasa. Dengan dalih investasi banyak SDA potensial yang dikuasakan kepada korporat, bahkan dijual sebagai komoditi kompensasi. Seperti tambang emas freefort, minyak bumi, batu bara, nikel, tembaga dll. Dan SDA yang lainnya. Sehingga pendapatan dari sektor ini jauh lebih kecil, dibanding jika negara mengelolanya sendiri. Walaupun sumber pemasukan sedikit, rakyat menjerit, yang penting balas budi pada korporat. Wajar masalah kemiskinan sulit diatasi dan stunting pun bisa terjadi. 

Berbeda dengan sistem Islam yang mewajibkan negara meriayah rakyatnya. Dalam Sistem Ekonomi Islam, SDA ditetapkan sebagai kepemilikan umum milik seluruh rakyat. Rasulullah SAW bersabda, “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal, padang rumput, air dan api.” (HR Sunan Abu Daud, no 3745). Negara harus mengelolanya sebagai sumber pendapatan yang besar untuk menyejahterakan rakyat. Bukan dikuasakan atau dijual kepada korporat lokal maupun asing. 

Selain dari SDA, dalam sistem ekonomi Islam ada kewajiban zakat bagi orang kaya untuk fakir miskin. Negara mendorong kaum muslim yang kaya ikut serta menolong orang miskin membantu mengentaskan kemiskinan. Sehingga negara mampu memenuhi kewajibannya meriayah rakyat. Negara mampu menyantuni orang miskin. Memberikan pendidikan yang memadai. Menyediakan lapangan kerja yang cukup  dengan standar gaji memadai. Mampu memenuhi semua sarana yang dibutuhkan rakyat termasuk sanitasi yang baik, sarana kesehatan gratis dan mudah dijangkau. 

Saatnya bagi rakyat dan negara sadar dan bersama-sama mengganti sistim kapitalisme dengan sistim Islam. Yang mewajibkan riayah bagi rakyat. Fokus pada kesejahteraan rakyat. Jika rakyat sejahtera stunting dapat dipastikan tiada. Wallahu a’lam bi shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post