Ayah, Hadirmu Dirindu

Oleh: Parti Wasiyatun, S.Pd
(Praktisi Pendidikan)

Memiliki anak sholih adalah dambaan tiap keluarga muslim. Mereka akan menyejukkan pandangan orangtua, birrul wa lidain dan doa mereka akan terus mengalir meski kita meninggal. Namun anak anak sholih tidak  tercetak secara otomatis. Mereka membutuhkan pengasuh, pembimbing dan pendidik yang hadir untuk mereka dengan penuh cinta. Pendidik yang utama adalah orangtua, terutama ayah. 

Ayah disebut dalam Al Qur’an sebagai pemimpin dalam keluarga (QS An-Nisa: 34). Ia yang  bertanggungjawab terhadap kesuksesan sebuah keluarga, tentu dengan standar Islam.  Sebagaimana Sabda Rasulullah ﷺ :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ اْلإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ  
"Setiap engkau adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya,  Seorang pemimpin adalah pemelihara, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya."  [HR. al-Bukhâri].

Mendidik anak bukan hanya kewajiban ibu, namun ayah mempunyai peran yang besar. Bahkan tercantum dalam Al Qur’an, dialog antara ayah dengan anaknya disebutkan sebanyak 14 kali. Sedangkan dialog ibu dan anaknya sebanyak 2 kali dan dialog dengan keduanya sebanyak sekali.  Ini bermakna bahwa ayah mempunyai tanggungjawab paling besar mendidik buah hati. Ayah harus hadir untuk menstimulasi perkembangan anak, mengenalkan Allah, membimbing dan mendidik agar kelak taat kepada syari’at Allah. 

Ayah harus membimbing dengan kasih sayang, mendidik sesuai tahapan usianya. Ajaklah anak anak bermain saat usia dini, ini akan menstimulasi perkembangan anak.  

Seperti yang dicontohkan Nabi ﷺ dan para sahabat.
Nabi pernah bercanda dengan Hasan dan Husain. Beliau bergurau dan duduk bersama mereka berdua, menggendong mereka berdua dipunggung beliau. Beliau juga pernah menjulurkan lidahnya ke Husain, dan ketika Husain melihat, ia pun tertawa. 

Begitupun Umar bin Khaththab Radhiallahu Anhu, pernah merangkak, sedangkan anak-anaknya naik dipunggungnya sambil bermain. Umar berjalan seperti kuda. Orang-orangpun masuk dan melihat Khalifah mereka sedang melakukan hal itu. Mereka berkata : “Apa engkau pantas melakukan hal itu, wahai Amirul Mukminin ?”, Umar menjawab, “Ya, benar”. Umar juga pernah berkata : “Seorang ayah seharusnya menjadi seperti anak-anak (yaitu dalam kelembutan dan keterbukaan) dalam keluarganya. Beginilah seharusnya sikap seorang ayah bersama anak-anaknya dirumah. Sedangkan, bila bersama khalayak, ia harus menjadi laki-laki (yang tegas).” (Ahmad Al-Qhathan, hal. 24).

Ibarat sekolah, ayah adalah kepala sekolah dan ibu adalah guru. Keduanya harus bekerjasama dengan baik. Kepala sekolah harus menguasai kurikulum, strategi dan segala sesuatu   yang dieprlukan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan. Begitupun ayah, harus merancang kurikulum untuk anak anaknya, strategi yang tepat dan menyiapkan berbagai fasilitias yang dibutuhkan.  

*Kiat-kiat yang perlu dilakukan seorang ayah*:
_Pertama_, Beriman kepada Allah dan paham betul kenapa berislam. Sehingga mampu membentuk keimanan anak dengan kuat. Keimanan yang terbentuk kepada anak bukan semata-mata warisan, tapi dilandasi dengan tasdiqul jazm (pembenaran yang pasti).

_Kedua_, Memahami tujuan hidup. Sehingga mampu mengarahkan anak anak menuju tujuan yang benar.

_Ketiga_, Menguasai tsaqofah Islam. Dengan ini, ayah mampu mengenalkan syariat kepada anak anak. Pada saat anak mencapai baligh, mereka telah siap menjalankan aturan Allah.

_Keempat_, Memahami tahap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Ayah ikut berperan dalam menstimulasi tumbuh kembang anak sedini mungkin dengan tepat. Keberhasilan atau kegagalan dalam perkembangan awal akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

_Kelima_, Menjalin komunikasi efektif yang dilandasi mahabbah. Bekerjasama dengan istri untuk menjalankan amanah bersama dalam mengasuh, membimbing dan mendidik anak-anak, semata mata untuk mencapai ridlo-Nya.Termasuk bekerjasama merancang kurikulum dan strategi agar tujuan pendidikan anak tercapai. Penyusunan tujuan, kurikulum dan strategi ini merujuk kepada kiat 1-4.

_Keenam_, Berusaha menjadi teladan bagi istri dan anak anak. 

_Ketujuh_, Senantiasa mendekat kepada Allah dan berdoa, sebab Allah jualah yang membolak balikkan hati manusia. Ayah, tidak mungkin selalu bersama anak karena ia harus mencari nafkah dan mengurusi umat. Namun karena kesholihan dan kedekatan ayah dengan Allah, maka Allah akan menjaga anak-anak.
Wallahu a’lam bi ashshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post