Lockdown, Cara Taat Dalam Lingkaran Pandemi

By : Beti Nurbaeti

Ditengah kebosanan tinggal di rumah, karena wabah yang terjadi. Hal yang cukup sering dilakukan adalah berselancar di dunia maya. Mencari kabar terbaru atau hanya sekedar hiburan. Agak heran juga ketika ada larangan jangan sering lihat berita, takut stress. Nanti banyak berita yang membuat kita malah jadi sakit, atau terlalu panik. Larangan yang sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. 

Wajar memang kalau kita hanya ingin mendengar berita baik saja, sudah fitrah manusia hanya ingin hidup bahagia. Terkadang menafikan kenyataan bahwa hidup adalah bahagia dan duka. Seringkali kita melupakan, bahwa hidup tergantung kita mengelolanya. Memilih tenang atau panik. Memilih benar atau salah. Memilih berjuang atau terdiam. Memilih jadi pemenang atau pecundang. 

Sejujurnya, negara ini sudah sering memberi kejutan pada rakyatnya. Mulai kenaikan harga barang dan jasa, hingga wacana pindah ibukota. Rakyat seakan sudah biasa dengan kejutan yang notabene menyakitkan. Rakyat sudah biasa menerima kenyataan bahwa Kepekaan negara pada kesulitan masyarakat kelas bawah amat kecil. Hingga wabah yang datang mengancam pun tak dianggap menakutkan.

Wabah yang terjadi seharusnya membuat pihak-pihak berwenang waspada sejak awal. Negara harusnya mengantisipasi penyebaran wabah dengan mengisolasi atau mengkarantina wilayah sumber wabah. Sehingga  orang-orang di luar wilayah wabah beraktivitas seperti biasa. Jika sumbernya dari Wuhan maka seharusnya dari awal negara segera menutup akses dari China ke indonesia. 

Sayangnya negara tak kunjung memutuskan menutup akses. Yang terjadi sekarang, wabah sudah terlanjur menyebar masif ke berbagai wilayah tanpa bisa dikendalikan. Lockdown menjadi pilihan sulit yang harus diambil. Sayangnya Negara tak siap mengambil keputusan lockdown dengan segala konsekuensinya. Alhasil, masyarakat yang harusnya diam di rumah tetap bebas berkeliaran. Kurangnya edukasi juga membuat mereka tak paham, tindakan yang harus diambil berikut resikonya jika lalai terhadap hal ini. Alhasil potensi penyebaran semakin tinggi, semoga tidak sampai tak terkendali. 
Berbeda nya kebijakan seringkali membuat masyarakat bingung. Memilih di rumah saja atau tetap keluar. Ditambah kebutuhan hidup  yang memang harus dipenuhi. Ajakan untuk tetap di rumah dan tidak berkumpul dianggap angin lalu. Yang lebih miris, keyakinan  pada Allah yang Maha Tahu seakan menjadi dalil untuk keputusan  sebagian orang untuk tetap santai menghadapi wabah ini. Anjuran Sosial Distancing dirasa sedang menjauhkan mereka dari ladang pahala. Entah perbedaan penafsiran atau karena memang belum paham hingga seakan sedang melanggar perintah Allah yang disampaikan nabi dalam  hadits tentang wabah. Peristiwa Pandemi pernah terjadi di masa pemerintahan sahabat Nabi, dan lockdown adalah pilihan yang diambil, ketika karantina wilayah sudah tak sanggup menahan penyebaran wabah. 

Anehnya, ketika lockdown tak diterapkan dalam menghadapi pandemi. Ada sekelompok orang yang percaya diri menyampaikan konsep Herd Immunity. Seakan menggiring bangsa ini untuk bersiap menerimanya. Menghentikan wabah dengan mengandalkan kekebalan kelompok terhadap infeksi. Kekebalan didapat setelah mereka terpapar virus. Yang terbayang didepan mata adalah  hukum rimba, siapa kuat dia menang. Siapa yang imunitas tubuhnya kuat, dia yang bertahan. Siapa yang lemah, dia yang kalah. Bermain-main dengan nyawa manusia, itu jelas kedzaliman.  

Dalam sistem Islam,  ketika wabah terjadi negara segera melakukan berbagai upaya untuk mengurangi bahkan menghentikan penyebaran wabah. Negara juga memastikan tercukupinya kebutuhan dasar rakyat. Memastikan umat terjaga keselamatan nya. Segala upaya dilakukan dalam mengurus kepentingan rakyat. Keputusan akan ditaati umat karena merupakan bagian ketaatan pada Allah, sama-sama berikhtiar dalam keridhoan Allah SWT. Ketaatan  pada Allah Pemilik Hukum mengantarkan rakyat dan penguasa kompak dalam menghadapi wabah. 

Kesehatan adalah hak pokok rakyat. Pemerintahan Islam di masa lalu memberi pelayanan istimewa agar rakyat yang sakit segera terbebas dari penyakitnya. Rumah sakit dibangun dengan fasilitas yang memadai demi kenyamanan pasien. Hingga tak ada kabar, rumah sakit menolak pasien karena kekurangan tempat atau pasilitas. Sementara rakyat yang sehat dijaga agar tak tertular penyakit dari yang sakit. Negara sangat ketat dalam menjaga penyebaran penyakit. Kesehatan rakyat menjadi perhatian penting diatas kepentingan lain, apalagi sekedar masalah pariwisata atau lainnya. 

Lockdown adalah konsep islam ketika wabah terjadi. Itu jelas perintah Allah. Rakyat disiapkan untuk patuh dan tetap tenang tanpa khawatir dengan urusan pemenuhan kebutuhan dasar. Jangan ganti dengan konsep apapun yang tidak sesuai dengan ajaran umat ini. Jangan pernah katakan negeri ini takkan siap. Bagaimana bisa kita meragukan titah Allah yang memiliki langit dan bumi. Sementara titah penguasa negeri kita bisa begitu taat.  Seharusnya kita meyakini, ada maslahat dalam setiap perintah yang ditetapkan Allah. Dan pasti ada mudharat ketika kita melanggar ketentuanNya. 

 Seberapa sering kita membaca surat  Al fatihah? Dalam ayat ini kita minta agar Allah memberi petunjuk. Dalam sehari, berkali-kali kita minta  petunjuk. Namun ketika Allah tunjukkan jalan, kita malah memilih  jalan lain karena dianggap lebih baik oleh sebagian manusia. Melupakan fitrah manusia yang lemah dan terbatas, takkan pernah bisa membuat aturan sesempurna Allah Sang Pembuat Hukum. Sayangnya masih saja ada yang meragukan bahwa kebenaran absolut hanya milik Allah Swt. 

Bukankah awal surat Albaqoroh menjelaskan Laa roiba fiihaa. Tak ada keraguan dalam Alquran. Jangan pernah ada setitikpun ragu pada semua yang Allah perintahkan. Seorang Muslim harus memiliki keyakinan penuh pada Alquran. Tak boleh ada setitik pun keraguan pada semua yang diperintahkanNya. Sayangnya, masih banyak yang mengaku Muslim, tapi masih ragu dalam menjalankan isinya. 

Covid19, dia bagian tentara Allah yang sedang menguji kita atau memberi peringatan pada kita. Jalan apa yang akan kita ambil ketika Allah turunkan tentaraNya? MengikutiNya atau mengambil jalan selainNya. Butuh kekuatan iman dan ilmu yang kuat agar tetap bertahan, ditengah goncangan berbagai pemikiran. Islam memberi solusi bukan sekedar janji penuh mimpi.

Post a Comment

Previous Post Next Post