Negeri di Ujung Tanduk

By : Ummu Azka

Pemerintah memastikan tidak akan mengambil langkah lockdown di tengah penyebaran virus Corona (COVID-19) yang semakin masif. Hal itu disampaikan oleh Kepala BNPB sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo.

Doni menyatakan Jokowi telah memberikan interuksi kepada dirinya untuk tidak tidak mengambil langkah lockdown. Menurutnya, pernyataan itu sudah menjadi keputusan pemerintah Indonesia. (detiknews.com). 

Tindakan tersebut menuai kontroversi banyak pihak. Wartawan senior Hersubeno Arif mengatakan bahwa pemerintah terlihat gagap menghadapi bencana wabah ini. 

Dari awal Indonesia terpapar virus ini, Pemerintah telah mengeluarkan pernyataan yang mengkhawatirkan, serta pernyataan beberapa pejabat yang cenderung kontroversial. Budi Karya Sumadi contohnya pernah mengatakan bahwa Negara ini tak akan terinfeksi corona selama masih suka jajan nasi kucing. Sementara, Menteri Perekonomian Airlangga Hartanto sempat berkelakar bahwa virus corona tak mungkin masuk ke Indonesia karena birokrasi yang rumit. Sementara itu, ditengah kondisi mencekam wabah covid 19 di China kala itu, pemerintah malah mengeluarkan kebijakan gegabah dengan mengobral tarif pariwisata dengan memberikan diskon sebesar 30-50 persen bagi para wisman dalam maupun luar negeri yang pguyonan atau candaan. Saat ini rakyat membutuhkan pertolongan nyata. Tak semata retorika pemanis media. Rakyat membutuhkan negara dan kebijakan yang benar benar bisa menyelamatkan mereka. Pelayanan yang optimal serta pengadaan sarana prasarana kesehatan sebagai alat pendukung agar wabah bisa ditangani dengan mudah. 

Tapi nampaknya, harapan itu jauh panggang dari api. Negara kini limbung karena paparan virus yang semakin cepat. Sementara amunisi untuk menanganinya sangat minim. Jika diibaratkan, negara kita sedang berperang tanpa pasukan, dan minim perbekalan. Kondisi ini bisa dilihat dari fakta yang beredar. Dilansir dari cnnindonesia.com, Persediaan alat pelindung diri (APD) yang dikenakan dokter dan perawat untuk menangani pasien infeksi virus corona (COVID-19) di Indonesia semakin berkurang. Para perawat bahkan harus menggunakan masker dan alat pelindung diri yang sama untuk banyak pasien selama satu hari atau satu shift kerja.

Idealnya, satu masker digunakan untuk menangani satu pasien. Setelah selesai, masker harus diganti saat tenaga medis akan menangani pasien lain.

"Persediaan masker sangat terbatas. Harusnya masker untuk satu tindakan atau pasien lalu buang. Karena sangat terbatas, saat ini disiasati dengan satu masker, satu shift," kata Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhillah kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/3).

Sementara berdiam di rumah pun dihantui kecemasan. Jika digambarkan meminjam istilah tokoh senior Jawa Barat, Tje Tje Hidayat Padmadibata, negara ini seperti "A Nation Without A Leader",  . Pernyataan yang dipopulerkan oleh Bapak Rizal Ramli dalam akun twitternya itu menggambarkan kondisi bangsa  saat ini, melawan wabah tanpa  komando pasti dari negara. Jika dibiarkan terus menerus seperti ini bukan tak mungkin negara akan berada di ujung tanduk kehancurannya. Satu hal yang pasti tak diinginkan semua pihak. 

Respon pemerintah yang lambat terhadap penanganan wabah menunjukkan bahwa negara kapitalis hanya beretorika soal prioritas keselamatan rakyat, namun kebijakannya nyata tidak memberi jaminan. Perhitungan materi masih menjadi pertimbangan dominan pengambilan keputusannya. 

Perlu langkah nyata agar pandemi segera tertangani. Mustahil terus berharap pada Sekukerisme kapitalis, yang saat ini telah abai mengurusi umat. Kembali pada Islam adalah jawaban agar negara bisa tangguh dalam mengahadapi permasalahan pandemi ini. Islam memberikan tuntunan saat sebuah wilayah terkena wabah. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda : 



إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari

Dalam hadits tersebut, syariat menuntun kita untuk menangani wabah dengan kebijakan isolasi. Kebijakan ini membutuhkan kekuatan dan kesiapan negara. Sistem Islam mendorong sebuah negara menjadi kuat dan mandiri. Optimalisasi Sumber Daya Alam (SDA) serta segenap potensi yang dimiliki agar bermanfaat sepenuhnya bagi rakyat. Kekuatan ini yang dibutuhkan saat negeri harus menghadapi bencana besar seperti pandemi. Bukan lagi bergantung kepada negara lain, atau malah meminta donasi dari rakyatnya sendiri. Pemerintah harus siap mengambil langkah besar berupa (lockdown isolasi)  wilayah. Satu satunya kebijakan yang diperintahkan syara saat wabah melanda. Wallahu alam bishshowab. 

Post a Comment

Previous Post Next Post