Muhasabah dari Wabah, Ambil Hikmahnya



Oleh : Nur Fitriyah Asri
Pengurus BKMT Kab. Jember, Member AMK

Sejak Desember 2019, di Wuhan China mewabah Virus Corona (Covid-19). Penyebarannya begitu masif sehingga cepat meluas. Oleh sebab itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah meningkatkan status Covid-19 secara global menjadi pandemi pada Kamis (2/3/2020). Pandemi artinya bisa menyerang negara mana saja. Kini telah menyebar dan menjangkiti 141 negara, dengan jumlah meninggal 5.826 orang.

Adapun Indonesia melalui juru bicara penanganan virus Corona, Ahmad Yurianto menyebutkan hingga Selasa,17/3/2020 sudah ada 174 orang pasien positif Corona. Sumber: CNN.TV.Bersatu melawan Corona, Selasa, (17/3/2020).

Ketika terdengar wabah Virus Corona yang begitu menggila, semua negara dengan sigap melakukan penanggulangan penyebaran wabah dengan karantina atau isolasi kepada warganya (lockdown: Ditutup, tidak boleh masuk dan keluar), agar penyebaran tidak meluas. 

Berbeda dengan di Indonesia. Justru terkesan abai, sibuk mengurusi investasi   dan menggenjot pariwisata dengan membuka keran lebar-lebar untuk TKA China. Padahal isu Corona sudah merebak seantero dunia. Tapi, rezim menganggapnya sepi. Mosi tidak percaya pun dari negara-negara tetangga diabaikan. Tampaknya ada  aroma kebohongan yang disembunyikan. Muncul tudingan tidak peduli, abai kepada kesehatan  dan keselamatan rakyatnya. Sehingga  muncul rumor di medsos, " Indonesia seperti tidak mempunyai Presiden."

Di tengah keinginan publik agar penyebaran Virus Corana (Covid-9) tidak ditutup-tutupi, akhirnya pemerintah buka mulut. Ternyata pemerintah sengaja membohongi publik. Jokowi sendiri yang mengungkapkan itu, "Memang ada yang kita sampaikan dan ada yang tidak kita sampaikan. Karena kita tidak ingin menimbulkan keresahan dan kepanikan di tengah masyarakat," kata Presiden Jokowi di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (13/3/2020).

Alasan itu dinilai ceroboh dan tidak bisa diterima akal sehat. Justru menimbulkan kepanikan luar biasa, begitu tanggal 2 Maret 2020 Jokowi menyatakan  Indonesia  terinfeksi Virus Corona. Karena sebelumnya tidak dikondisikan dan disosialisasikan sebagaimana seharusnya. Wajar jika semua tampak panik, gagap, bingung, dan tidak siap, baik penguasanya apalagi rakyatnya. 

Waktu tiga bulanan diabaikan, tidak digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan dan bagaimana cara mencarikan solusi yang terintegrasi dan memberikan informasi yang akurat tentang penanganan terpadu yang terkoordinasi. 

Baru hari Senin,16/3 Presiden mengambil komando bahwa, "Indonesia tidak mengambil opsi lockdown, semua koordinasi harus melalui satu pintu jadi terpusat." Itupun dilakukan setelah rezim mendapatkan tekanan dari kalangan luas, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta Indonesia agar mendeklarasikan darurat corona dan tidak menyembunyikan semua informasi terkait virus corona. (Faktakini.net.15/3/2020)

Kebohongan itu merupakan tabiat rezim selama berkuasa, tebar janji  kampanye yang tidak ditepati. Suka
memanipulasi data dan fakta, dan itu merupakan hal biasa. 

Bisa diprediksi, pemerintah tidak akan mengambil opsi lockdown, mengapa? Karena kondisi Negara Indonesia sedang dalam keadaan tidak baik, bangkrut, pailit, utangnya selangit, dan defisit.

Bengkak, defisit APBN 2019 tembus Rp353 Triliun (CNN Indonesia, Selasa, 7/1/2020). 
Adapun Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus menggunung. Bank Indonesia (BI) mencatat pada akhir Januari 2020 mencapai US$ 410,8 miliar atau Rp 6.079 triliun (Kurs US$ 1 = Rp 14.800).

Itulah salah satu sebab tidak dilakukan lockdown, karena dibutuhkan biaya besar. Padahal, untuk mengembalikan bunga ribanya saja kesulitan. Negara kita kondisinya sangat memprihatinkan buruk. Artinya kita tidak bisa berharap banyak kepada penguasa zalim tentang lockdown yang merupakan sunah Rasulullah saw.

Berlepas dari itu semua, ibarat nasi sudah menjadi bubur. Namun, masih ada yang bisa kita lakukan  sebagai umat  Muhammad saw. Jika mendapatkan musibah seharusnya bersabar dan muhasabah,  kemudian diambil hikmahnya. Jangan lupakan sejarah. Ingatkah akan musibah yang menimpa Fir'aun, kaum Nabi Luth, Namrud  dan lainnya? Itu semua karena disebabkan perbuatan mereka yang sungguh melampaui batas.

Sama halnya dengan Presiden China Xi Jinping dalam pidato peringatan 70 tahun berdirinya Negara China, (Oktober 2019), berkata penuh kesombongan:
“Tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan rakyat China dan negara China untuk terus maju,” ujar pemimpin China. Begitu angkuh dan sombongnya. Karena merasa unggul disemua bidang, bahkan bisa mengalahkan AS dalam hal jumlah kemiliteran dan dalam perang dagang.

Namun, tidak berselang lama sekitar dua bulan, di akhir Desember 2019 mereka harus menerima kenyataan pahit. Dengan begitu cepatnya, Allah menurunkan tentaranya bernama Corona. Makhluk kecil ini yang menumbangkan kesombongan,  kebengisan China,  terhadap muslim Uyghur, dimana 1.5 juta dipenjara, disiksa, diperkosa, dieksekusi dan dinistakan agamanya. Masyaallah, doa kaum terzalimi diijabah, Allah Maha Pembalas.

Setali tiga uang dengan rezim  refresif anti Islam, mengkriminalisasikan ulama, khilafah ajaran Islam dan aktivis-aktivisnya. Serta menistakan agama Islam yang justru dilakukan oleh para pejabat tinggi negara,  tokoh-tokoh agama dan politikus.

Saatnya seluruh manusia membuka mata, menyaksikan, dan ketakutan luar biasa dengan makhluk kecil ciptaan Allah yang bernama Corona. Sudah sunahtullah, Allah menunjukkan kuasa-Nya dan kekuatan-Nya untuk menghancurkan kesombongan dunia, hanya dengan Corona.  Mereka dibuat tidak berdaya. Bagi orang yang beriman dan berakal, akan mengambil hikmahnya. Tentunya hanya takut kepada Allah Pencipta Corona, kembali tunduk patuh kepada syariat-Nya.

Bagaimana kita menyikapinya

1. Saatnya kita muhasabah diri,  bahwa musibah atau wabah berasal dari Allah, cara untuk menegur dan mengingatkan serta menguji kita. Oleh sebab itu yang pertama dilakukan adalah menguatkan keimanan kepada Allah. Agar tidak ketakutan berlebihan dan yakin bahwa musibah berasal dari Allah. Sebagaimana firman-Nya:
Ù…َآ Ø£َصَابَ Ù…ِÙ† Ù…ُّصِيبَØ©ٍ Ø¥ِÙ„َّا بِØ¥ِØ°ْÙ†ِ ٱللَّÙ‡ِ ۗ ÙˆَÙ…َÙ† ÙŠُؤْÙ…ِÙ†ۢ بِٱللَّÙ‡ِ ÙŠَÙ‡ْدِ Ù‚َÙ„ْبَÙ‡ُÛ¥ ۚ ÙˆَٱللَّÙ‡ُ بِÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙ‰ْØ¡ٍ عَÙ„ِيمٌ

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. at-Taghabun: 11)

2. Meyakini bahwa kematian, sakit adalah takdir Allah. Islam menetapkan bahwa, sebab kematian hanya satu yakni ajal. Bukan virus atau yang lain.

3.Jika umat muslim bisa bersabar dan tawakal menghadapi wabah penyakit, maka dijanjikan surga dan pahala yang besar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.

‏ الطَّاعُونُ Ø´َÙ‡َادَØ©ٌ Ù„ِÙƒُÙ„ِّ Ù…ُسْÙ„ِÙ…ٍ

Artinya: "Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal, mendapat pahala syahid). (HR Bukhori)

4. Kita diwajibkan untuk berikhtiar, istilah sekarang lockdown. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. "Jika kamu melihat bumi tempat wabah, maka jangan memasukinya. Jika kamu berada disana maka jangan keluar darinya." (HR. Bukhari)

4. Ikut mencegah penularan virus dengan menjaga jarak satu meter, hidup sehat, makanan bergizi, istirahat cukup, sering cuci tangan dengan sabun, dan jika sakit pakai masker. Juga penting untuk menghindar dari tempat-tempat kerumunan. 

Seperti yang dilakukan Umar bin Khatthab meminta masukan 'Amru bin Ash' sarannya memisahkan interaksi. Maka tak lama kemudian wabah itu selesai.

5. Negara wajib memberikan pelayanan kesehatan yang memadai. Bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya.
Rasulullah saw. bersabda:
...الإِÙ…َامُ رَاعٍ Ùˆَ Ù…َسْؤُÙˆْÙ„ٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ
“Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)” (HR. Imam al- Bukhari  dan Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Umar r.a.).

Kalau seorang pemimpin diibaratkan seorang penggembala, itu artinya ia harus mampu membawa rakyatnya (gembalaannya) ke padang rumput yang hijau, agar mereka sehat dan 
sejahtera.

Wallahu a'lam bish shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post