Hewan Berparas Rupawan


Oleh : Elfia Prihastuti
  Praktisi Pendidikan

Allah Swt telah menganugerahkan manusia ghorizah nau' (naluri seksual) untuk melestarikan keturunan mereka. Manifestasinya memunculkan rasa sayang pada keluarga dan anak-anak.

Namun, apa yang terjadi

pada manusia-manusia saat ini? Naluri seksual menjadi rusak akibat diterapkannya kapitalisme liberal. Pemenuhan naluri yang seharusnya dipenuhi dengan cara menikah saja menjadi pemenuhan yang liar.

Dunia pergaulan yang tak lagi berbatas dipenuhi oleh daya pikat guna menarik siapapun yang akan dipikat. Cara seperti ini mirip insting hewan pada saat musim kawin tiba. Ayam jago dan kucing akan mengejar kemanapun betinanya berlari. Burung merak akan mengembangkan bulunya, merekah, indah. Singa akan berjalan gagah, mengaum, di depan para betina.

Walau terdengar jahat menyamakan derajat manusia dengan hewan, bahkan bisa jadi lebih rendah dari hewan, sebab seringkali manusia melampiaskan ghorizah nau'nya dengan cara yang menyimpang yang hewanpun tidak pernah melakukannya. Tapi begitulah Allah telah menggambarkan tentang "Sisi hewan" yang ada pada manusia, dalam firmanNya yang artinya:

"Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah". 
(QS. Al A'raf:179)

Penempatan derajat sisi hewan dan sisi manusia tergantung bagaimana upaya manusia untuk senantiasa memenuhi aturan pencipta dan menekan sisi hewannya sedemikian rupa. Bagi mereka yang terus menerus menaklukkan sisi hewannya maka  derajatnya akan terus melesat jauh melampaui derajat hewan. Hingga ia nampak bagai malaikat yang tengah menyamar di bumi. Namun bagi mereka yang melepaskannya tak terkendali tanpa memperhatikan lagi aturan penciptanya maka  akan jatuh pada derajat hewan.  Seolah ia tampak seperti hewan berparas rupawan.

Setidaknya ada beberapa perilaku manusia terkait dengan ghorizah nau' ini yang membuat manusia terjatuh pada derajat hewan bahkan lebih rendah.

Pertama, pacaran. Pacaran adalah hubungan laki-laki dan perempuan tanpa ikatan pernikahan. Status pacaran diperoleh dari ungkapan perasaan  masing-masing pihak atau lebih dikenal dengan sebutan "Jadian". Hal ini marak terjadi di kalangan anak muda. Dalam dunia pergaulan yang serba bebas ini, tak heran jika  banyak kita temui mereka mengumbar kemesraan di berbagai tempat tanpa rasa malu.

Kedua, budaya Friend With Benefit (FWB). FWB adalah budaya di kalangan muda sudah banyak merasa muak dengan relationship yang konvensional. Jalinan yang dibangun meliputi berbagai suka duka, diskusi intelektual atau sekedar main bersama pada akhirnya membawa pada sebuah hubungan yang lebih intim dan berakhir pada hubungan seksual tanpa ada status pacaran atau hubungan terikat lainnya. Mereka berinteraksi saat ingin melampiaskan nafsu saja. Setelah melakukannya mereka bertingkah seperti teman biasa meski telah berkali-kali terlibat hubungan fisik dengan intim. Dan bisa melakukan hubungan seksual lagi kapanpun mereka mau sekalipun sama- sama punya pasangan.

Ketiga, incest. Incest merupakan hubungan seksual yang dilakukan oleh orang-orang yang sedarah. Kakak adik, paman keponakan, anak dengan ibunya, bibi dengan keponakan, atau ayah dengan anaknya.

Keempat, LGBT. Lasbian  (hubungan seksual perempuan dengan perempuan). Gay ( hubungan seksual laki-laki dengan laki-laki). Bi sex (hubungan seksual bisa dengan yang sejenis atau dengan lawan jenis). Trans Gender (orang yang mengubah jenis kelaminnya. Perempuan berubah jadi laki-laki atau sebaliknya, laki-laki berubah jadi perempuan).

Mengapa perilaku-perilaku yang banyak menonjolkan sisi hewan ini harus bermunculan dan terjadi berulang? Hal ini disebabkan karena penerapan sistem liberal sekuler yang mengagungkan kebebasan dan salah satunya adalah kebebasan bertingkah laku memungkinkan orang berpendapat bahwa apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang wajar. Ditambah lagi tak ada sangsi yang tegas atas apa yang mereka lakukan.

Belum lagi propaganda tayangan-tayangan alay yang memancing baper dan pemuasan seksual. Seperti "Film Dilan", "Film Sin" dan tayangan-tayangan lainnya. Lagu-lagu cinta, majalah-majalah dewasa, pornografi yang dengan mudah diakses, seakan menjadi referensi untuk diterapkankan di dunia nyata.

Berbeda dengan aturan Islam yang memanusiakan manusia yang berasal dari Allah Swt. Menjauhkan tabiat manusia dengan hewan.  Aturan ini baku, tak akan berubah karena perkembangan zaman. Oleh karena itu penerapan Islamlah yang mampu mencegah penularan perilaku-perilaku buruk tersebut. Selain nasehat (dakwah) kepada individu juga harus dibarengi dengan penerapan sistem yang bersih dan sistem sangsi yang tegas atas pergaulan bebas.

Pacaran, adalah hal yang mendekatkan diri pada zina, sungguh Allah Swt berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً 

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (QS Al Isra: 32)

Friend With Benefit (FWB), sebenarnya Islam menganjurkan untuk berteman agar mendapat keuntungan. Tapi keuntungan yang dimaksud adalah orang-orang yang sholeh, sebagamana firman Allah Swt : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ 

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar".(QS. At Taubah: 119)

Incest, Islam selalu menjaga kualitas dan kuantitas generasi sebagaimana Firman Allah Swt:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمً

 Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. An Nisa': 23).

LGBT, sungguh Allah melaknat perilaku warisan kaum Luth dalam firmanNya:

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ

 Artinya: Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi (QS. Huud: 82).

Allahu A'lam bhishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post