Salam Pancasila, Gagasan yang Merusak

Oleh : Neneng Sriwidianti
Pengisi Majelis Taklim dan Member AMK

Belum tuntas ujarannya tentang agama musuh terbesar Pancasila, lagi-lagi Yudian Wahyudi melontarkan pernyataan untuk mengganti "assalamualaikum" dengan salam Pancasila. Apakah sebenarnya yang dia inginkan? Sebagai kepala BPIP apakah tidak ada maksud tertentu dengan perbuatannya? Mustahil!

Beredar kabar 
yang menyebut bahwa Ketua Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi mengusulkan untuk mengganti Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh dengan salam Pancasila. Terkait hal itu, Direktur Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP, Aries Heru Utomo menjelaskan pemberitaannya berasal dari wawancara 'Blak-blakan kepala BPIP : Jihad Pertahankan NKRI' di salah satu media nasional, Warta ekonomi.co.id (12/2/2020).

Lagi-lagi ini dibantah BPIP dengan mengatakan tak pernah ingin mengganti Assalamualaikum dengan salam Pancasila. Hal ini dijelaskan oleh Direktorat Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP dalam siaran persnya, Sabtu ( 22/2/2020). BPIP memahami isu ini berangkat dari petikan wawancara program blak-blakan detikcom dengan Kepala BPIP Yudian Wahyudi, videonya ditayangkan tanggal 12 Februari 2020, menit ke 29.08 hingga 32.56. "Iya, salam Pancasila. Salam itu kan maksudnya mohon ijin atau permohonan kepada seseorang sekaligus mendoakan agar kita selamat. Itulah makna salam. Nah bahasa arabnya Assalamualaikum Wr. Wb," ujar Yudian.

Kapitalisme adalah sebuah Ideologi.  Kapitalisme tegak atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan (sekularisme). Mereka berpendapat bahwa manusia berhak membuat peraturan hidupnya. Mereka pertahankan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan individu. Tabiatnya ketika aturan itu diserahkan kepada manusia seperti saat ini maka akan terjadi segala kegaduhan,  penyelewengan, kerusakan di tengah-tengah masyarakat. 

Contohnya salam Pancasila. Ini adalah bukti nyata bahwa rezim hari ini adalah tim sukses proyek global moderasi Islam. Menurut pandangan mereka semua agama adalah benar, sehingga rezim menganggap umat Islam menjadi sumber masalah keragaman, maka cara yang ditempuh rezim adalah menghilangkan peran agama (Islam) dalam mengatur kehidupan. Secara tidak langsung, sedikit demi sedikit, rezim hari ini berusaha memojokkan umat agar meninggalkan ajaran agamanya. Sebuah rencana yang jahat dan sistemis. Justru cara yang mereka lakukan menyulut sikap penolakan publik, karena memunculkan dugaan kuat bahwa rezim hari ini sedang mengidap islamofobia akut.

Berbeda dengan kapitalisme. Islam adalah satu-satunya ideologi yang benar yang ada di muka bumi. Islam menerangkan bahwa di balik alam semesta, manusia, dan hidup terdapat Al-Khaliq yang menciptakan segala sesuatu, yaitu Allah Swt.. Allah Swt. satu-satunya yang berhak membuat aturan karena Allah Swt. yang Mahamengetahui  tentang kondisi manusia sebagai hamba-Nya.

"Dan milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah, sungguh, Allah Mahaluas, Mahamengetahui". (QS. al-Baqarah [2] : 115) 

"Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan dia Mahahalus, Mahamengetahui." (QS al-Mulk [67] : 14) 

Manusia ketika hidup di dunia ini wajib mengikatkan diri terhadap hukum Allah Swt. secara keseluruhan mulai dari ibadah sampai pemerintahan termasuk di dalamnya tata cara  bagaimana ketika dua orang bertemu, mereka punya kewajiban untuk saling menyapa satu dengan yang lainnya. Islam mengajarkan bentuk sapaan itu dengan ucapan salam yang khas bagi kaum muslimin. Salam itu bukan hanya berfungsi sebagai alat sapaan melainkan sebuah syariat, doa, sekaligus penghormatan yang dalam bahasa Al-Qur'an disebut tahiyyah.

"Dan  apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu."(QS. an-Nisa [4] : 4)

Bukti bahwa salam merupakan bagian dari syariat, Rasulullah saw. mengajarkan ucapan salam itu secara pasti, yaitu "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh." Salam dianjurkan untuk diamalkan, dihidupkan, disebarkan, dan dibiasakan oleh umatnya. Anjuran ini bahkan dijelaskan secara rinci kepada siapa, kapan, bagaimana, dan siapa yang seharusnya memulai memberi salam serta keuntungan yang bakal didapat dari mengucapkan salam.

Sebagai sebuah syariat, orang yang mengamalkan anjurannya mendapat pahala dan digolongkan sebagai amal ibadah. Karena sebagai sebuah syariat pula, seyogianya ucapan salam itu tidak perlu diubah, baik dengan pengurangan maupun penambahan dari yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. menjadi yang terbaik bagi umatnya dan menjadi hukum syarak bagi kita.

Salam juga adalah doa. Ucapan salam yang dianjurkan Rasulullah saw. itu memiliki arti "Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dianugerahkan Allah Swt. kepada kalian." Ada tiga permintaan yang langsung dialamatkan kepada Allah Swt. untuk setiap orang yang disapa, keselamatan, kasih sayang (rahmat), dan keberkahan Allah Swt.. Berkah, dalam kacamata para ulama, terutama Imam Nawawi, Imam Ghazali, dan Imam Qurthubi adalah tumbuh dan berkembangnya kebaikan.

Salam juga artinya penghormatan. Penghormatan dalam bentuk jaminan bahwa ia akan menjunjung tinggi nilai-nilai keselamatan dan kedamaian dengan saudaranya sesuai dengan makna salam sebagaimana yang diungkapkan oleh Sayyid Qutb dalam Fi Zhilalal Qur'an.

Demikianlah, Islam mengajarkan kepada kita tentang makna salam. Jadi kalau hari ini ada orang yang mengaku muslim tapi ingin mengubah syariat Islam, maka pemikiran orang tadi bisa dikatakan rusak. Umat seharusnya menyadari, hal ini adalah bagian dari upaya sistematis menjauhkan muslim dari keterikatan agamanya dan mengganti identitas Islam dengan identitas liberal. Saatnya  kita mengganti hukum yang diterapkan hari ini dengan hukum yang diturunkan Allah Swt. yang sudah terbukti kegemilangannya, ketika Islam diterapkan dalam sistem khilafah selama 14 abad. 
Wallaahu a'lam bishshawaab

Post a Comment

Previous Post Next Post