Remaja vs V-day, Tolak dan Perjuangkan Islam

Oleh: Hamsina Halisi Alfatih

Ketika ditanya, apa yang paling dinanti kalangan remaja atau muda mudi ketika memasuki bulan Februari? Tentu mereka pasti akan menjawab Valentine day. 14 Februari kalender masehi menetapkan sebagai Valentine day atau hari kasih sayang.

Tepat di tanggal 14 Febuari tersebut bahkan hampir seluruh dunia merayakannya, termaksud Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah muslim. meskipun sejarah Valentine day memiliki versi sejarah yang berbeda-beda , namun untuk mengungkap fakta dibaliknya disini kita akan menguak dampak apa yang ditimbulkan dibalik perayaan hari kasih sayang tersebut.

Berbicara masalah V-day hal ini bahkan dikatakan sebagai hari zina sedunia. Mengapa demikian? kita sering melihat sebagian kalangan muda mudi ketika menyambut V-day itu sendiri mereka saling berbagi hadiah berupa coklat maupun bunga kepada pasangannya. Tak hanya sampai disitu saja, bahkan hal ini pun diselingi dengan aktivitas maksiat atau seks bebas.

Tanpa adanya seks, perayaan valentine day bukanlah apa-apa. Karna bagi mereka itulah wujud penyaluran cinta dan kasih sayang yang harus dibuktikan. 

Data survei Kristen Mark yang menyebutkan bahwa 85 persen responden menganggap seks sebagai perkara penting pada perayaan di Hari Valentine. Data Durex pun demikian menyebutkan bahwa penjualan kondom tertinggi jatuh pada hari cinta dan intimasi tersebut, di mana kenaikan penjualan pada hari tersebut mencapai 25 persen. (Tribunnews.com, 14/02/17)

Hasil Survei mencengangkan yang dilakukan oleh Tim Riset Kaltim Post di Kota Samarinda, dari 35 koresponden yang ditanyakan ada sebanyak 6 koresponden yang menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa  melakukan hubungan intim saat valentine. Bahkan salah satu responden yang berusia 18 tahun mengaku bahwa berhubungan badan di hari valentine merupakan sebuah kewajiban bersama pasangannya.(kompasiana.com, 15/02/18)

Survei lain yang dilakukan oleh Women's Crisis Center (WCC) yang mengungkapkan bahwa hubungan seksual pra-nikah meningkat pada saat valentine. Di mana pada saat valentine banyak pasangan yang berdua-duaan di tempat yang sepi lalu laki-laki memulai modus dengan mempertanyakan cinta pasangannya dan meminta perempuan untuk melakukan hubungan seksual sebagai bukti rasa cinta mereka. (Kompasiana.com, 15/02/18)

Melihat fakta yang cukup mencengangkan diatas, tentu hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengapa hal ini setiap tahunnya terjadi? Seolah-olah Valentine day telah dianggap sebagai bentuk legalnya perzinahan. Bahkan banyak pusat perbelanjaan yang justru memudahakn aktivitas maksiat tersebut, dengan menyelipkan kondom dibalik penjualan coklat.

Aktivitas seks bebas di moment V-day jelas merupakan ide barat untuk menjerumuskan dan merusak umat islam, yang menjadi sasaran utamanya adalah remaja. Walhasil tak heran bila banyak remaja saat ini yang hilang kehormatannya bahkan hamil diluar nikah.

V-day jelas sangat bertentangan dengan ajaran islam. Sebab perayaan tersebut merupakan tradisi atau budaya orang-orang kafir. Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad)

Selain itu, seks bebas sangat diharamkan dalam islam jika hubungan antara sepasang laki-laki dan perempuan tidak terikat dalam pernikahan. Maka, hukuman bagi pelaku maksiat (seks bebas) dengan di cambuk 100 kali bahkan sampai dirajam.

Islam telah mengajarkan agar kita tidak menjadi pembebek ide-ide liberal yang ditawarkan oleh barat. Terutama remaja yang menjadi tombak majunya suatu peradaban, bangsa dan agama. Maka sebagai remaja cerdas seyogyanya lebih memilih dan memilah apa-apa saja yang tak berasal dari islam.

Dan sebagai remaja cerdas, sudah seharusnya tercerdaskan dengan islam.  Mengimbangi terbentuknya kepribadian islam antara nafsiyah dan aqliyahnya dengan islam.

Manusia yang berpikir, maka ia akan mencoba menganalisis tentang dirinya sendiri. Siapa dirinya, dari mana dia berasal, dan akan ke mana setelah kehidupan di dunia ini. Jawabannya bisa salah, bisa pula benar tergantung dari cara pandang dan juga tuntunan hidupnya.

Bila pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kehidupannya (uqdatul kubra) bisa terjawab, maka dia akan berjalan dengan sebuah landasan, sekaligus tuntunan dan tujuan hidupnya. Memiliki prinsip hidup, bahkan punya aturan sesuai landasan yang ia pahami dan jadikan patokan. Bahkan, bisa ngajak orang lain untuk mengikuti landasan yang telah dipahaminya.

Jika dirinya telah memahami ketika pertanyaan mendasar tersebut, maka jawaban tentang uqdatul kubra ini adalah, “Di balik alam dan kehidupan ini ada Sang Pencipta, yang mengadakan seluruh alam, termasuk dirinya, memberi tugas/amanah kehidupan bagi manusia dan kelak ada kehidupan lain setelah dunia ini, yang akan menghisab seluruh perbuatannya di dunia”, maka mereka akan hidup, berekenomi, berbudaya, berpolitik dan berinteraksi dengan orang lain, berdasarkan aturan Penciptanya. Standar baik-buruk berdasarkan aturan Sang Pencipta, dan sekaligus menjadi standar amal yang harus di pertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta.

Karenanya, cukuplah menjadikan islam sebagai standar aturan yang mengatur seluruh lini kehidupan kita. Menjalankan seluruh syariat Allah dengan tidak membebek terhadap apa-apa yang tak berasal dari ajaran islam. Sudah saatnya remaja yang menjadi tombak tegakknya peradaban islam, ikut serta dalam memperjuangkan islam. Agar khilafah yang kita rindukan mampu menjaga eksistensi kehidupan remaja dari segala bentuk kemaksiatan.

Wallahu A'lam Bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post