Ittiba pada Nabi Bukti Cinta Hakiki

Oleh : Heni Yuliana, S.Pd

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. ( Al anbiya: 107)

Nabi, manusia suci. Terjaga dari kemaksiatan. Ada hikmah di setiap jengkal kehidupannya.  Perkataan, perbuatan dan diamnya jadi ketetapan untuk umatnya. Maka meneladaninya juga adalah suatu keharusan.

Sehingga suatu kelancangan apabila ada lisan yang berucap bahwa kita tidak boleh meneladani salah satu hal saja dari syariat yang dibawanya. Apalagi sampai meengharamkannya.

Dan pernyataan ini telah terlontar dari Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD. Dia menegaskan bahwa meniru sistem pemerintahan Nabi Muhammad saw. adalah haram (NU Online, 25/01/2020).

Menjauhkan Umat dari Syariat

Umat hari ini terjangkit virus yang rusak lagi merusak. Yaitu sekularisme. Menganggap manusia tahu apa yang baik untuk dirinya. Sehingga meminggirkan ajaran agamanya. Musuh-musuh Islam tahu betul bahwa dengan menjauhkan umat dari syariat adalah cara agar mereka dengan leluasa menjarah kekayaan muslim.

Dan jurus yang efektif adalah mengunakan tokoh-tokoh umat sebagai perpanjangan lisan mereka. Meraka membawa umat ke arah kebimbangan dengan sengaja menghembuskan keragu-raguan di tengah umat pada ajarannya sendiri. Umat seakan asing dengan syariat. Tak jarang kita menyaksikan umat yang menjauhi hukum Islam. 

Ini menjuahkan umat dari syariat yang dibawa berabad lamanya. Dan jelas yang dimaksud dengan sistem ala nabi itu adalah sistem kekhilafahan. Yang telah diwariskan nabi pada penggantinya dalam sistem pemerintahan yaitu khalifah.

Khilafah sebagai ajaran agung dicaci maki. Dikatakan tak pantas berada di negeri ini. Dikriminalisasi bak komunis. Sehingga makin mengokohkan ide-ide kufur yang berupa ide memisahkan agama dari kehiduapan. 

Imam al-Mawardi asy-Syafii mengatakan, Imamah itu menduduki posisi Khilafah Nubuwwah dalam memelihara agama (Islam) dan pengaturan urusan dunia dengan agama (Islam).

Imam an-Nawawi asy-Syafii juga berpendapat:

اَلْفَصْلُ الثَّانِي فِيْ وُجُوْبِ اْلإِمَامَةِ وَ بَيَانِ طُرُقِهَا: لاَ بُدَّ لِلْأُمَّةِ مِنْ إِمَامٍ يُقِيْمُ الدِّيْنَ وَ يَنْصُرُ السُّنَّةَ وَ يَنْتَصِفُ لِلْمَظْلُوْمِيْنَ وَ يَسْتَوْفِي اْلحُقُوْقَ وَ يَضَعُهَا مَوَاضِعَهَا. قُلْتُ تَوْلِي اْلإِمَامَةِ فَرْضُ كِفَايَةٍ …

Pasal kedua tentang kewajiban adanya Imamah dan penjelasan mengenai metode (untuk mewujudkan)-nya: Umat Islam harus memiliki seorang imam yang bertugas menegakkan agama, menolong Sunnah, membela orang yang dizalimi serta menunaikan hak dan menempatkan hak itu pada tempatnya. Saya mennyatakan bahwa menegakkan Imamah (Khilafah) itu adalah fardhu kifayah.

Mencontoh Nabi

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kusempurnakan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagi kalian.” (QS. Al-Maaidah [5]: 3)

Inilah ayat pamungkas yang diturunkan baginda Rasulullah saw ketika haji wada'. Al-Jazaairy dalam kitab tafirnya Aysaar At-Tafaasiir mengatakan bahwa ini adalah berita dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman bahwa Allah Ta’ala telah menganugerahkan tiga kenikmatan kepada mereka. Dua di antaranya adalah. 

Pertama, berupa disempurnakannya agama Islam yang meliputi aqidah, ibadah, hukum, dan adab. Kedua, keridhoan Allah Ta’ala atas Islam sebagai agama bagi mereka dimana Allah Ta’ala mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya yang mengandung aqidah dan syari’ah, menjauhkan mereka dari agama-agama batil seperti Yahudi, Nasrani dan Majusi, serta mencukupkan bagi mereka atas nikmat itu dengan diridhoi-Nya agama ini bagi mereka, yakni Al-Islam yang berdasarkan pada penyerahan diri kepada Allah Ta’ala secara dhohir dan bathin.

Sehingga sudah sepatutnya kita sebagai umatnya nabi. Mengikuti semua yang telah diturunkan Allah melalui pembawa risalah yaitu Nabi Muhammad dalam setiap aspek kehidupan. 

Mengikutinya berarti bukti kecintaan yang sebenarnya pada Allah SWT dan Rasulullah. Dan berjuang menegakan kembali syariah dan khilafah adalah bukti kecintaan hakiki pada Nabi.

Post a Comment

Previous Post Next Post