Uighur, Tiada Pembela Selama Tiada Khilafah

Oleh : Merli Ummu Khila 
Kontributor Media, Pegiat Dakwah 

Bertahun-tahun menanti bantuan, menghiba belas kasihan dari saudara seiman di berbagai belahan dunia. Namun jalan terang menuju kebebasan belum juga tampak. Sejumput asa dari berbagai dukungan moril, berupa aksi protes umat Islam terhadap rezim China yang sewenang-wenang memberi sedikit harapan. Begitulah nasib jutaan muslim Uighur yang mengalami penindasan dari rezim China di kamp-kamp redukasi yang diperlakukan tidak manusiawi bertahun-tahun lamanya. 
Muslim Uighur di Xinjiang kini sepenuhnya diawasi oleh pemerintah China. 

Seperti dilansir oleh DetikNews.com (5/7/2019),
Ketegangan-ketegangan etnis sebenarnya sudah terjadi selama beberapa dekade, bahkan bisa jadi berabad-abad. Selama lebih dari 200 tahun, Uighur dan China terkungkung dalam kekacauan politik, di mana suku Uighur berjuang untuk mempertahankan kawasan saat kekuasaan China meluas ke sebelah barat.

Uighur pernah mendeklarasikan sebagai Republik Turkistan Timur pada tahun 1933, dan kembali melakukannya di tahun 1944. Tetapi wilayah itu berada di bawah kendali komunis di tahun 1949, ketika Republik Rakyat China berdiri dan kawasan Uighur berubah nama menjadi Daerah Otonomi Uighur Xinjiang.

Selama Revolusi Kebudayaan pimpinan Mao Zedong tahun 1960-an dan 1970-an, agama dilarang dan karenanya masjid-masjid dan Alquran dihancurkan.

Inilah fakta nasib kaum muslim minoritas di berbagai belahan dunia.   Misalnya penderitaan rakyat Palestina atas kekejian zionis Isreal. Nasib muslim Rohingya yang dibantai dan diusir dari tanah airnya di Thailand. Demikianlah nasib muslim lainnya di Serbia, Bosnia, Afghanistan, Irak dan di lainnya. 

Penderitaan mereka tidak kunjung berakhir. Respon dunia pun tak menyelesaikan masalah. PBB seolah hanya berbasa-basi. OKI pun hanya mampu mengecam tak berani lebih. Umat berteriak ketika media ramai memberitakan. Setelah itu senyap tanpa kelanjutan. Umat tak berdaya tanpa andil penguasa. 

Bahkan penguasa negeri ini pun sama lembeknya dengan negara muslim lainnya. Respon terhadap Uighur ibarat between rock and a hard place" alias dilematis. Merespon keras tentu saja akan menyulitkan keadaan mengingat hegemoni China sudah mengakar. Pemerintah tak berkutik dibawah intervensi negeri tirai bambu tersebut. 

Lalu, apakah kita tega menyaksikan penderitaan saudara kita berkepanjangan?. Jutaan nyawa melayang seolah tak berharga. Kafir membantai muslim tanpa peradilan di depan mata milyaran saudaranya. 

Membela mereka adalah sebuah kewajiban. Bukankah Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis:
Anas ra. berkata, bahwa Nabi Saw. bersabda, “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)

Apa bukti cinta kita atas penderitaan mereka yang tertindas?. Tentu saja dengan membela mereka. Dengan bersatu padu menjadi sebuah barisan dalam satu kepemimpinan. Karena saat ini muslim sudah bercerai berai ibarat buih. Menjadi santapan kafir pembenci Islam. Tiada kekuatan yang membuat musuh segan. 

Dibutuhkan sebuah kepemimpinan Islam.  Yang mampu menyatukan seluruh kaum muslim di seluruh dunia. Pemimpin yang tidak tunduk pada Barat. Pemimpin yang menjalankan sebuah pemerintahan yang bersistemkan Islam. Karena sejak runtuhnya Daulah pada kekhalifahan Turki Usmani, sejak itu pula Barat mulai menjajah negeri-negeri muslim. 

Tiada kemuliaan tanpa Islam karena Islam menjaga satu nyawa umat muslim sama seperti menjaga seluruh manusia di dunia. Maka tidak akan mulia umat tanpa ditegakkan syariah Allah berupa aturan. Jika hukum qishash tidak diterapkan maka tidak ada efek jera bagi orang yang membunuh muslim tanpa hak. 

Namun syariah tidak bisa ditegakkan tanpa ada sebuah negara yaitu Daulah Khilafah Rasyidah. Sebuah negara yang menganut sebuah sistem yang dibuat oleh Allah Swt bahkan dicontohkan lansung oleh Rasulullah dan berlansung selama beradab-abad. 

Kita hanya berkewajiban kembali pada kehidupan Islam. Dan mengulang masa kejayaan dimana setiap muslim mendapatkan haknya  berupa kesejahteraan dan keamanan dalam menjalani kehidupan. Tidak akan ada lagi penindasan dan penjajahan terhadap umat Islam seperti yang terjadi saat ini 
Wallahu'alam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post