Saya Tinggal Menunggu Malaikat Maut

By : Hawilawati

Ia tersenyum dari jauh, tatapan matanya seakan penuh pesan, seperti banyak hal yang akan  disampaikan.

Akupun menghampirinya, dan memberi salam sambil bersalaman, diikuti dengan si bungsu yang mencium tangannya. 

Seketika ia menawarkan ragam  kue tradisional yang  berjajar rapi dimeja berukuran 1,5 m x 90 cm.

"Silakan di coba mbak, kue bugisnya masih hangat. Kue cincin dan bacangnya juga enak. Ini juga ada rangginang dan rempeyek kacangnya". Ujarnya kepadaku

"Ade pulang sekolah ya? Kelas berapa? habis borong apa sama bunda?" tanyanya akrab layaknya seorang nenek kepada cucunya.

Akupun membeli beberapa kue bugis ketan item yang memang masih hangat. Akupun  menikmati kue tersebut sambil numpang duduk di lapaknya berjualan. Tanpa direncanakan kami saling berkenalan. 

Kali ini Aku yang  mencoba mengakrabkan diri dengan melontarkan beberapa pertanyaan kepadanya "ibu sudah berapa lama berjualan disini? Tanyaku singkat

"Baru beberapa tahun mbak, ibu sebenarnya berjualan hanya untuk mencari kesibukan. Buat ibu sendiri makan gak banyak, ya jualan ini hanya  untuk kebutuhan sendiri saja".

Akupun bertanya-tanya dalam hati, hemm buat mencari kesibukan saja, buat makan sediri saja.hmm

"Maaf ibu hidup sendiri maksudnya apa Bu?" Tanyaku penasaran.

"Iya dirumah saya tinggal sendiri, suami saya sudah meninggal beberapa tahun lalu. Ya walau saya memiliki rumah besar namun kalau sendiri di rumah saja kan kesepian mbak, jadilah ibu berjualan disini".

"Ibu juga gak mau merepotkan anak-anak untuk kebutuhan hidup ibu. Listrik memang ditanggung oleh anak laki-laki ibu, tapi ibu juga punya kebutuhan, karenanya  ibu berjualan disini untuk makan sendiri saja. Namun berjualan disini juga gak setiap hari, setiap rabu ibu kadang libur untuk mengikuti kajian di masjid pasar ini di lantai atas. Jelasnya kepadaku sambil sesekali membereskan kue di meja lapaknya.

"Ibu memiliki berapa anak? dan apakah tidak ada anak ibu yang mau tinggal bersama ibu?". Tanyaku singkat.

"Ya itulah mbak, ini mungkin kesalahan ibu mendidik anak-anak, ibu memiliki 3 anak yaitu 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, semua sibuk, gak ada yang mau tinggal bersama ibu, mereka semua sudah memiliki rumah masing-masing. Bahkan sudah dua lebaran tak ada satu orang anak atau cucu yang berkumpul di rumah ibu, karena sibuk semua". Tetiba wanita separuh baya itu meneteskan air matanya. 

Mendengar kisahnya, begitu menyayat hatiku. Aku saja kangen sekali dengan ibu yang sudah 5 tahun tiada. Ini begitu pilu  seorang ibu yang sangat rindu dengan anak-anaknya, namun mengapa mereka tak kunjung datang jua.

"Ya Allah mbak, ibu senang lihat mbak dan anak yang Sholih ini (anak bungsuku) cium tangan ibu, dan mbak mau mendengarkan cerita ibu".

"Suami ibu dulu kontraktor, namun sakit dan akhirnya meninggal. Anak-anak ibu jauh, telponpun jarang, beberapa hari lalu ibu sakit, jangankan berjualan di pasar, mau bangun saja gak bisa, akhirnya ada tetangga ibu yang baik yang mengirimkan makanan, Alhamdulilah".

"Ah mbak kalau diingat hidup ibu, ibu yang salah didik anak-anak kali ya, sehingga membuat anak-anak gak dekat dengan ibu, anak perempuan ibu juga keras karakternya. Jadi ibu gak ingin berseteru dengan anak. Ah sudahlah jalanin hidup tanpa menyusahkan anak, walau ibu terkadang kesal dengan anak-anak, namun ibu gak ingin dendam kepada mereka, bisa jadi ini kesalahan ibu yang kurang mendidik mereka dengan ilmu agama". 

"Pesan ibu :  jaga, asuh dan didik anak-anak dengan ilmu agama ya mbak, agar kelak tua jangan seperti ibu ini. Ibu telah gagal mendidik anak- anak dan sekarang  merasa hanya hidup seorang diri. Family atau sanak saudarapun disini juga gak ada. 

Karenanya setiap masuk ke rumah, saya hanya tinggal menunggu malaikat maut saja mbak, pasrah. 

Mendengar kisah singkatnya, Akupun memeluknya sambil memberikan doa untuk kebaikannya, ya Allah ibu yang sabar ya. 

---

Sahabat..
Itu hanyalah secuil kisah yang memilukan. Seorang ibu memiliki beberapa anak namun merasa hidup sebatang kara. Rumah besar tiada arti jika anak tidak menjadi penyejuk hati dan pandangan. Kesuksesan dengan berlimpahnya materi yang dimiliki anak-anak, semua nihil jika kesibukan mereka sampai mengabaikan kondisi orangtuanya. Semua 
tiada yang dibanggakan.

Ingat pesan Baginda Rosulullah SAW didiklah anak menjadi qurrota'ayyun yang dapat menyejukan hati dan pandangan, yang selalu  hadir dan  merespon dengan cepat tatkala diri kita mendapatkan kesulitan.

Sadarilah, sejatinya setiap orangtua tidak ingin merepotkan keluarga anak-anaknya, namun fahamilah  bagaimana Islam mensyariatkan anak-anak harus tetap berulwalidain  (berbuat baik kepada kedua orangtua) bahkan sekalipun memiliki Aqidah yang berbeda.

Tatkala seorang ibu menjadi janda maka Islam menyariatkan kewajiban nafkah jatuh  kepada anak laki-lakinya, saudara laki-lakinya, ayahnya, kakeknya dan seterusnya menjadi tanggung jawab kaum laki-lakinya baik jalur keatas maupun kebawah.

Di era mulkan Jabbariyyan ini, begitu banyak fitnah tersebar akibat Syariat Allah diabaikan, bahkan banyak anak yang tidak faham  perannya terhadap orang tua.

Banyak sebab membuat kerusakan hubungan antara orangtua dengan anak, terutama miskinnya ilmu agama. 

Sahabat ...
Bersyukurlah jika diri masih memiliki orangtua, karena kita masih memiliki nikmat besar darinya yaitu doa dan keridhoan. maka jagalah mereka dengan penuh kema'rufan dan kelembutan.

Sahabat ...
Doakan selalu kedua orangtua kita, karena amalan yang tak pernah putus, salah satunya adalah doa anak-anak yang Sholih.

Sahabat...
Ingatlah pesan Baginda Rosulullah SAW, berbuat baik kepada orangtuapun tak berhenti saat mereka masih hidup saja. Tatkala  mereka tiadapun, anak-anak harus tetap berbuat baik kepada mereka, 
Islampun memberikan tuntunannya.

Sebagaimana Hadits Rosulullah SAW :

Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud & Ibnu Majah)

Sahabat...
Jangan, jangan biarkan orangtua kita menghadapi sakaratul mautnya tanpa talqin anak-anak disisinya. Ini adalah detik-detik yang sangat menyakitkan, lantunan dzikir dan surah Yasin menyejukkan pembaringannya.

Jangan, jangan biarkan jasad orangtua tiada kita ketahui karena abainya perhatian anak-anak terhadap kondisi orangtua, apalagi yang hidup di rumah tanpa didampingi seorangpun.

"Kasih sayang terindah orangtua kepada anak-anaknya adalah penanaman pemahaman agama yang mumpuni hingga menjadi qurrota'ayyun"

"Kasih sayang terindah anak kepada orangtuanya adalah pengurusan masa tua dengan penuh kema'rufan dan kelembutan".

Semoga kelak masa tua kita tak menyusahkan anak-anak, dan anak-anak tiada melupakan kasih sayang orangtua hingga pengurusan yang terbaik hingga sakaratul maut menjemputnya. Aamiin ya Robbal'aalamiin

Post a Comment

Previous Post Next Post