Musibah dan Meraup Keuntungan

Oleh : Ai Hamzah

Seorang teman bercerita mengenai kejadian yang belum lama ini menimpa dirinya dan keluarganya, yaitu mengalami kecelakaan tunggal dijalan tol Jawa Tengah. Menurut istilah konon katanya kejadian itu dinamakan aqua planning. Mendengar dari ceritanya kejadian itu sangatlah mengerikan. Dan pada saat itu ternyata bukan hanya mobilnya saja yang mengalami kecelakaan yang sama, tetapi ada mobil lain pula mengalami kejadian yang sama.

Kondisi mobil yang terbalik membuatnya harus diderek ketempat yang lebih aman, atau pos polisi terdekat. Akibat kecelakaan itu juga ada beberapa fasilitas tol (mata kucing) yang terkena bantingan mobil sehingga rusak. Dengan kendaraan seperti itu sehingga memerlukan mobil derek untuk memindahkannya. Meskipun dalam kondisi terkena musibah mobil derek yang membawa mobilnya itu dikenakan biaya derek sebesar sekian rupiah dan penggantian mata kucing sekian rupiah. Tak ketinggalan aparatpun ikut-ikutan meminta jatahnya. 

Teman yang lainnya menuturkan tentang bantuan untuk korban bencana. Ketika bantuan-bantuan banyak mengalir untuk korban bencana dan ditampung diposko-posko ternyata dalam kondisi seperti itu masih ada oknum atau pemalak-pemalak sehingga bantuan yang sampai kepada korban hanya sekian persen. Bantuan yang sampai malah diambil atau dipilih terlebih dahulu oleh oknum/pemalak diposko. Padahal korban bencana sangat kekurangan dan memerlukan bantuan itu. Dan kejadian ini membuat bantuan tidak disampaikan secara maksimal kepada korban bencana. 

Musibah adalah bencana atau kejadian yang menimpa dan menyedihkan, dan ini diluar kekuasaan manusia. Sehingga dalam ranah ini manusia hanya wajib meyakini bahwa ini adalah ketetapan Allah, qodho Allah yang menimpa dirinya. Sehingga dalam hal ini manusia berikhtiar untuk bersabar dan bersyukur dalam melewati musibah.

Dan Allah Azza wa Jalla berfirman :

مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ

“Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri”. [an Nisaa/4 : 79].

Dalam hal ini Rosulullah SAW bersabda:

 عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Dari Abu Sa’id al-Khudri dan dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda

“Tidaklah seorang muslim ditimpa sesuatu seperti kelelahan, penyakit (yang tetap), kekhawatiran (terhadap sesuatu yang kemungkinan akan menyakitinya), kesedihan, gangguan, dan duka-cita karena suatu kejadian, sampai duri yang menusuknya, kecuali Allâh akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sebab itu”. [HR al-Bukhâri, no. 5642; Muslim, no. 2572].

Sehingga sudah seharusnya sebagai seorang muslim memberikan bantuan dan pertolongan ketika saudaranya tertimpa musibah. Bukan menjadikannya bertambah sulit dengan musibah yang menimpanya. Tetapi sudah selayaknya berempati dan mengulurkan tangan untuk meringankan dan membantunya ketika mengalami musibah. Dengan niat tulus ikhlas karena Allah dan mengerahkan kemampuan yang ada ikut membantu korban, sehingga korban bisa melewatinya dengan mudah. Memberikan apa yang diperlukannya akan sangat membantu korban menghadapi musibah. Karena musibah bukan untuk meraup keuntungan.

Wallahu A'laam.

Post a Comment

Previous Post Next Post