Kewajiban Berjilbab Bagi Muslimah Kembali Dipermasalahkan

Oleh: Muzayyanah 
(Indramayu)

Pembicaraan tentang kewajiban berjilbab bagi muslimah kembali menghangat. Masih ada yang keukeuh menyatakan tidak wajibnya seorang muslimah menggunakan jilbab (yang dimaksud adalah kerudung). Padahal dalam Alqur'an perintah mengenakan jilbab maupun kerudung (himar) jelas-jelas disebutkan. 

Wajibnya mengenakan kerudung dan jilbab bagi setiap muslimah sebagai penutup aurat adalah masalah yang sudah dimaklumi oleh kaum muslimin. Maka jika masih ada yang mempertanyakan atau menolaknya, berarti kurang update, ketinggalan zaman. 

Bahkan busana berbentuk jilbab (gamis) dan himar (kerudung), sekarang sudah menjadi trend fashion tersendiri. Namun, harus diperhatikan ketika seorang muslimah mengenakan jilbab dan himarnya, dasarnya harus benar. Yaitu karena mematuhi perintah Allah. Bukan karena trend fashion. 

Perintah mengenakan kerudung ada di QS An Nur ayat 31. Sementara perintah mengulurkan jilbab ada di QS Al Ahzab ayat 59. 

Saat ini kegiatan dakwah sebenarnya sudah sangat mudah dijangkau oleh siapapun.  Pembahasan tentang kewajiban menutup aurat bagi laki-laki maupun perempuan muslim sudah berulang kali. Namun, di masyarakat tetap saja masih ada yang belum menerima dengan berbagai alasan.

Hal seperti ini biasa saja dalam dakwah. Ada yang menerima, ada yang menolaknya. Inilah tantangan dakwah yang harus dijawab dengan menambah kesungguhan dalam upaya dakwah. 

Dakwah memang harus terus berlangsung hingga akhir zaman. Selama kehidupan manusia masih ada, selama itu pula dakwah harus ditegakkan. 

Saya punya kenangan tentang orang-orang yang menentang pemakaian kerudung dan jilbab yang menutup aurat secara sempurna. 

Sekitar tahun 1995, saya sudah memahami kewajiban pemakaian jilbab dan himar bagi muslimah. Ceritanya lagi main ke rumah teman sekost. Saat itu teman saya ini mau melangsungkan akad nikah. Maka saya dan teman-teman sekost ikut menjadi saksi momen bahagia teman saya ini. 

Keluarga besar teman saya ini juga banyak yang hadir dari daerah. Tapi salah satu dari mereka ini, tepatnya adalah paman teman saya ini sangat sinis melihat penampilan saya dan teman-teman yang semuanya berkerudung dan berpakaian menutup aurat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan. 

Pada suatu kesempatan, saya satu ruangan dengan beliau dan ada kerabat yang lain juga. Lalu beliau bicara dengan arah mata sesekali menatap saya. "Ini orang Arab apa orang Indonesia?" kata beliau. Saya tidak merespon karena memang beliau tidak bicara kepada saya.

Lalu beliau ngobrol dengan kerabat lain, seorang gadis kira-kira seumuran saya waktu itu. "Ndok (panggilan sayang untuk anak perempuan Jawa), kamu orang Indonesia kan?" kata beliau. "Iya pak dhe",  jawab si gadis. "Kalau orang Indonesia, pakaiannya biasa saja. Leher, telinga, biar aja kelihatan. La kamu pakai kalung di leher to. Masang anting ya di telinga. La kalo ditutup nanti nggak kelihatan perhiasannya. Nggak usah niru orang Arab",  begitu kira-kira wejangan beliau kepada si gadis yang juga ponakan beliau. 

Menganggap pakaian muslimah yang menutup seluruh aurat sebagai pakaian orang Arab dari dulu juga sudah ada. Tapi seiring maraknya dakwah, anggapan seperti itu sudah jarang terdengar.

Saya tak menanggapi ucapan beliau saat itu. Karena nampak oleh saya beliau tidak sedang ingin menemukan yang benar. Beliau juga tidak bicara langsung kepada saya. Hanya ngomong dengan suara keras seolah agar saya mendengar ucapannya. 

Begitulah, masih ada yang menentang kewajiban berkerudung bagi muslimah. Tapi pengalaman saya itu terjadi tahun 1995 yang saat itu pemakaian kerudung memang masih jarang. Bahkan konon berkerudung sebagai seragam sekolah butuh perjuangan. 

Seiring makin semaraknya dakwah, pemahaman umat Islam terhadap ajaran agamanya termasuk wajibnya kerudung semakin membaik. Hingga saat ini rasanya aneh kalau ada muslimah yang tidak berkerudung. Terlepas dari beraneka bentuk kerudung mereka. Tak dipungkiri ada perkembangan positif pada kesadaran umat untuk terikat dengan syariat agamanya. 

Hal ini tentu membuat gerah musuh-musuh Islam. Sehingga berbagai upaya mereka tempuh, termasuk memanfaatkan orang Islam sendiri untuk mempropagandakan ide-ide mereka. Mereka hendak memadamkan cahaya Allah. Padahal Allah bermaksud  menyempurnakan cahaya-Nya. 

Teruslah berdakwah. Sampaikan kebenaran Islam. Singkap makar-makar jahat penghalang tegaknya agama Allah. Hingga Allah memberikan kemenangan kepada penolong agama-Nya. Wallahu a'lam bish-shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post