Menikmati Islam Dalam Secangkir Kopi

By : Nurbaeti

Hal yang dibutuhkan ketika pekerjaan bertumpuk adalah begadang tanpa kehilangan semangat. Dan kopi adalah mitra paling asyik dalam menemani-malam malam sambil menyelesaikan tugas. Aroma dan tegukannya mengalirkan rasa luar biasa. Dia teman yang tak pernah sibuk dengan hasil kerjaan kita, baik atau buruk dia tetap diam. 

Ngomong-ngomong tentang kopi, ternyata Indonesia menduduki urutan ke empat negara penghasil kopi terbaik di dunia. Bahkan mungkin bisa saja menjadi yang terbaik di dunia, mengingat potensi alamnya yang sangat mendukung. Lihatlah berbagai jenis kopi yang dihasilkan negeri ini  berhasil dikenal di negeri-negeri lain.

Sebut saja Kopi Gayo, Kopi yang di produksi di daerah aceh tengah tepatnya di  datran tinggi gayo, ia mempunyai rasa paling khas dan disukai dibandingkan kopi arabika yang di tanam di tempat lain. Kopi arabika gayo sekarang sudah di ekspor ke berbagai negara seperti Kawasan asia, Amerika dan Eropa. Ia menjadi  salah satu komoditi yang menjajikan sebagai salah satu pemasukan negara.

Ada lagi Kopi Toraja, kopi yang hasilkan dari daerah Sulawesi Selatan di pegunungan toraja. Katanya sensasi pahit diawal  terkejut saat pertama mencobanya dan  menghilang sesaat yang tidak menyisakan bekas rasa pahit di lidah.
Kopi Kintamani, kopi jawa, kopi flores, adalah kopi asal Indonesia yang  telah berhasil menambah daftar kopi terbaik, yang dihasilkan di negeri ini. Menyaingi manfaat kopi yang ternyata bermanfaat cukup banyak bagi kesehatan, jika diminum dengan takaran yang tepat.

 Sebut saja diantaranya menurunkan berat badan, mencegah diabetes, mengurangi stres dan defresi. Meningkatkan metabolisme dalam tubuh, meningkatkan daya ingat. Untuk kaum wanita, kopi juga bisa dipaksa sebagai masker yang berfungsi untuk merawat kecantikan tubuh. 

Kopi pertama kali dikenal di Abysinia, Ethiopia. Muslim Yaman membawanya ke negerinya sekitar tahun 1500an. Kopi menjadi mitra yang dicari kaum Muslim untuk menambah kekuatan fisik ketika beribadah malam. Menjadi teman yang menguatkan fisik dalam mendekat pada Ilahi. 


Ketika Islam mulai disebarkan ke luar Jazirah Arab, di wilayah Turki, negara-negara Balkan, Spanyol, dan Afrika Utara, kopi dapat ditemukan bersama dengan masuknya pengaruh Islam. Kopi bahkan populer disebut sebagai “minuman Islam”. Dari penyebaran inilah  penduduk Eropa dan dunia mulai mengenal kopi. Kopi tidak hanya dinikmati sebagai logistik dalam ibadah malam. Namun pada akhirnya bercampur dengan aktivitas hiburan dan kesenangan dunia.

Pada sekitar abad ke-15 M. praktek penggerebekan oleh sekelompok orang Islam juga melanda kedai kopi yang saat itu mulai tumbuh subur dan menjadi tempat nongkrong berbagai kalangan di Turki. Alasannya, mereka tidak rela kopi yang selama ini dikenal sebagai logistik ibadah, kini bercampur baur dengan segala aktivitas hiburan dan kesenangan duniawi.

Dalam perkembangannya kopi menjadi minuman populer, hingga di kemudian hari banyak kedai-kedai yang menjadikan kopi sebagai minuman  andalannya. Kopi memang bisa ;adi wasilah pelepas gundah yang  ramah. Berbagai kepelikan mudah cair dalam obrolan santai sambil menyeruput kopi. Mulai harga bahan pokok yang beraninya naik tapi takut turun. Sampai menyerempet ngomongin pejabat yang ngaku cinta negeri tapi faktanya tak ubahnya seperti tikus yang sibuk menggerogoti negeri.
Kedai kopi menjadi wilayah netral yang bisa bahas apa saja. Jauh lebih aman bicara tentang politik di kedai kopi daripada di mesjid. Takut dianggap radikal dan calon teroris.  Eh tapi, di masa lalu banyak  penguasa yang khawatir dan sempat melarang kedai-kedai kopi, lantaran kerap menjadi tempat berkumpul warga untuk bergosip politik.

Seseru perjalanan  Kopi dari tempat asal hingga menyebar ke seluruh dunia. Rasanya ingin ikut dalam penyebaran Islam ke  seluruh dunia. Menikmati setiap petualangannya seperti petualangan Ibnu Batutah. Jalinan kisah yang terekam pasti sangat indah.  Sekaligus ingin melihat bagaimana pelan-pelan Islam dihancurkan,  hingga tak ada lagi institusi sebagai perisai umat. Alhasil  umat terpuruk semakin dalam. Meninggalkan aturan yang diwajibkan Allah demi menaati aturan buatan manusia. 

Hidup bukan secangkir kopi yang kita bisa memilih untuk meracik sendiri rasanya. Pahit atau manis. Tapi biarlah kita menikmati hidup seperti menikmati  kopi. Dimana rasa pahit dan manis menyatu memberi rasa luar biasa bagi penikmatnya. Atau cukup bersyukur dengan menikmati aromanya, karena dengan begitu perjalanan hidup akan berasa nikmatnya. Penikmat ketundukan total pada seluruh Aturan Allah yang tertuang dalam Alquran dan Al Hadits. Allahu'alam.

#Diambil dari berbagai sumber.

Post a Comment

Previous Post Next Post