Ganasnya Kapitalisme, Membuat Banjir Ibu Kota

Oleh: Muna Juliana Nabilah
Alumni MA Plus Darul Hufadz

Pada awal tahun 2020 ini, Indonesia telah berduka. Hingar bingar malam perayaan tahun baru 2020 diakhiri dengan terjadinya bencana banjir di wilayah Jabodetabek. Termasuk di Jawa Barat dan di Banten. Menurut BNPB, banjir di Jawa Barat ada 97 titik, di Jakarta ada 63 titik dan di Banten ada 9 titik. Tentunya dengan luasnya wilayah yang terdampak banjir, ini merupakan bencana nasional. Belum lagi beberapa hari yang lalu Bogor terjadi longsor.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Jakarta Utara, Suroto menyatakan bahwa proyek LRT dan jalan tol ibukota yang melewati Kelapa Gading telah mempersempit dan menutup tali air sehingga air tidak bisa mengalir dengan baik ke saluran air yang lebih besar. Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Teguh Hendrawan menyatakan bahwa para pelaku proyek insfrastruktur tersebut kurang memperhatikan drainase air. Patut kiranya kita menilik visi ekonomi yang dicanangkan presiden Jokowi. Pembangunan insfrastruktur akan terus dilanjutkan dan aktivitas investasi akan terus ditingkatkan, lebih - lebih investasi asing. 

Untuk proyek tol yang sudah terwujud sepanjang 1245 km. Target 2019 dan 2020 sudah bisa dioperasikan. Tidak banyak rakyat yang menggunakannya. Menilik dari upaya peningkatan investasi yang dilakukan dengan 2 langkah yakni proyek insfrastruktur yang masif dan penyederhanaan birokrasi pembangunan dalam investasi.  Tujuannya adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan insfrastruktur berupa pembangunan MRT, LRT, dan ruas jalan tol begitu masif dilakukan. Menurut Jokowi nantinya insfrastruktur akan terhubung dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi rakyat. Baik UMKM maupun pertanian rakyat. Terbersit satu pertanyaan, apakah pembangunan insfrastruktur untuk kepentingan rakyat?. Dalam hal ini aktivitas industri akan ditingkatkan dengan jalan investasi. Sedangkan industri membutuhkan ketersediaan bahan baku. Dari sini bisa dimengerti kepentingan proyek insfrastruktur yang dihubungkan dengan sumber - sumber kegiatan ekonomi masyarakat. Lagi - lagi yang akan mampu bermain adalah para investor besar dan korporasi.

Tidaklah mengherankan bila kebijakan ekonomi lebih berpihak kepada para pelaku investasi. Bahkan sektor - sektor yang menguasai hajat hidup bangsa pun dijual atas nama investasi. Demikianlah konsepsi ekonomi Kapitalisme. Meningkatkan pertumbuhan menjadi tujuan dari pembangunan ekonomi. Pemerataan ekonomi tidak menjadi perhatiannya. Aplikasinya di lapangan, rakyat diberikan kebebasan untuk bisa survive dalam medan persaingan ekonomi yang kejam. Yang bermodal besar dipandang sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi bangsa.

Demikianlah kebijakan yang beraroma kapitalisme. Dampak proyek tol yang membabi buta tentunya merugikan. Secara fisik lahan untuk tol adalah bekas pepohonan dan persawahan. Di samping itu tersedia sumber mata air yang mencukupi. Tatkala diubah menjadi tol, serapan air oleh pepohonan menjadi hilang. Akibatnya curah hujan yang tinggi bisa menimbulkan longsor dan banjir. Apalagi di Jakarta selain mendapat kiriman air dari Bogor khususnya kawasan Puncak, dari Bekasi dan saat yang bersamaan terjadi pasang air laut.

Dalam sejarah Islam yaitu keKhilafahan Islam berpindah ibukota beberapa kali. Madinah, Kufah, Baghdad, Damaskus, dan Konstantinopel pernah menjadi ibukota sebuah keKhilafahan agung yang wilayahnya hampir 2/3 dunia. Dan semua itu tanpa utang. Negara dalam mengelola SDA tidak mengundang investor dari pemodal dan korporasi. SDA itu sepenuhnya dikelola oleh negara dan untuk sebesar - besar kemakmuran rakyat. SDA tidak untuk diprivatisasi dalam bentuk investasi. Tenaga ahli dan korporasi diposisikan negara dengan akad kerja. Dengan begitu, sepenuhnya hasil dari pengelolaan SDA dikelola negara untuk pembangunan.  

Itulah beberapa cara Islam dalam hal menanggulangi banjir ibukota dan pembangunan insfrastruktur yang ramah lingkungan. Tentunya kembali lagi kepada political will dari penguasa negeri ini untuk mengambil solusi Islam dalam setiap permasalahan, seraya meninggalkan solusi-solusi Kapitalisme sekuler yang justru hanya menimbulkan bencana dan kerusakan. 
Wallahu’alam Bi Shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post