Anak laki-laki itu Membuat Sang Kakek Pulang

Oleh : Hawilawati
--
Masih peristiwa unik di pinggir jalan. Suatu malam sang ibu bersama anak laki-laki dan adiknya melihat seorang kakek menjual mainan  kincir angin dari plastik dan  boneka sekam yang diikat tali digantung  tersusun rapi di keranjang depan sepedanya, yups jumlahnya tak banyak hanya beberapa saja, ada sekitar 20 buah (dengan beberapa model mainan).

Tiba-tiba anak laki-laki itu menghentikan sepeda kakek  si penjual mainan tersebut.

Sang ibu sempat bingung, hmm kok sudah kelas tujuh masih mau beli mainan anak-anak balita, lagi pula adiknya juga sudah  tidak balita lagi, sudah bukan masanya lagi punya mainan itu. Jadi ia mau beli mainan tersebut untuk siapa ya. 

Namun anak laki-laki itu lanjut bertanya-tanya kepada si kakek penjual mainan :

"ini harganya berapa ya kek?"

 "Ini harganya murah nak, ada yang 2000 dan ada yang 5000". Jawab  kakek sambil menunjuk mainan dengan harganya masing-masing.

"Owh iya ya , kenapa kakek jual mainan di malam hari, apalagi ini sudah jam 9 malam, apakah masih ada anak-anak yang main di jam malam seperti ini kek?" Tanyanya penasaran.

"Iya memang anak-anak jarang kakek temui bermain dimalam hari nak, tapi yang beli mainan kakek ini biasanya orangtua untuk anak-anaknya. Kakek juga sudah lama jual mainan di malam hari nak, karena siangnya mainan ini dibuat dulu sama istri kakek. Jadi nunggu mainannya jadi dulu, baru kakek jual. Kasihan istri kakek kalau buatnya malam hari, trus dijualnya siang, dia bisa nggak tidur semalaman". Jelas kakek

"Masya Allah jadi mainan semua ini, istri kakek yang membuatnya sendiri?" tanya anak laki-laki tersebut.

"Iya nak,  istri kakek membuat sendiri sudah biasa, tapi dibuat sesuai kemampuannya saja, nggak banyak karena istri kakek juga sudah tua seperti kakek. Dan mau bagaimana lagi, kalau nggak usaha nggak bisa makan, nggak apa-apalah untung sedikit yang penting cukup buat makan dan sisanya bisa buat modal dibuat mainan lagi". Jelas kakek sambil merapikan mainannya.

Keibaan semakin muncul, sang ibu akhirnya turut bertanya-tanya juga dan  sudah menyiapkan uang 20.000, kali ini sang ibu mau membeli beberapa mainan  saja.

Namun sebelum sang ibu memberikan uangnya kepada kakek penjual mainan, anak laki-laki itu berkata kepada ibunya "ibu, nggak usah pakai uang ibu, ini pakai saja uangku bu" geraknya begitu cepat. Seketika sang anak memberikan uang yang digulung-gulung kepada kakek tersebut.

Sang kakekpun sekilas membuka uang tersebut, "ya Allah nak mengapa uangnya besar banget. Ini kakek belum punya uang kembaliannya, dari tadi keliling yang beli baru sedikit".

"Nggak apa-apa koq kek, gak usah dikembalikan itu semua uangnya buat kakek saja". Ujar anak laki-laki tersebut.

Sang kakek terkejut, gemetar tangannya, sambil mengatakan  "uang ini bagi kakek sangat  banyak nak, kalau begitu ambil semua mainan ini. Kakek tersebut hampir  mencabut semua mainannya yang disusun di keranjang depan sepedanya untuk diberikan kepada anak laki-laki tersebut.

"Nggak usah kek, nggak usah dicabut semua, ya sudah saya ambil beberapa saja".

akhirnya sang anak dibantu adiknya  mengambil beberapa mainan yang ada, tanpa dibungkus kantong kresek. Karena kakek nggak memiliki kantong  kresek.

"Maaf ya nak,  kakek nggak punya kantong kresek, biasanya orang kalau beli paling hanya satu atau dua, paling banyak tiga, jadi langsung di bawa gak perlu dikantongin lagi.ujar kakek 

"Nggak apa-apa kok kek, ini kami ambil beberapa saja nggak perlu dikantongin juga, insya Allah masih mudah dibawa". Jelas anak laki-laki menenangkan si kakek yang merasa nggak enak, karena nggak punya kantong kresek. 

Saat itu juga sang  Kakek mendoakan untuk mereka "Semoga dilapangkan rezkinya, semua jadi orang sukses ya nak,  sekolahnya jadi anak pintar, anak sholeh". Cukup lama sang kakek mendoakannya.

Anak laki-laki dan adiknya serta sang ibupun turut mengamini serentetan doa kakek yang di tujukan kepada keluarga ini.

"Alhamdulillah terima kasih ya nak, ya bu, ini rezeki sudah jauh dari cukup, jadi kakek mau pulang saja". Kakekpun berbalik arah ingin pulang, tak melanjutkan keliling jual mainan di malam hari karena ia telah lebih dari cukup rizki yang diberikan Allah.

--- 

Sesampai dirumah, 
sang ibu bertanya kepada anak laki-lakinya tersebut , "berapa uang yang kamu berikan ke kakek tadi nak?"

Adik perempuannya  nyambung saja "tadi aku lihat sepertinya kakak kasih ke kakek tersebut uangnya warna merah Bu, itu kan uang 100.000, betulkan kak?"

Anak laki-laki itu  akhirnya berkata kepada ibunya:  "ibu ingatkah, ibu pernah mengajarkan kepada kita jika ingin memberi sesuatu itu harus ikhlas. Nah apa yang aku berikan ke kakek tersebut, insya Allah aku ikhlas Bu.

Sang ibu tersenyum lalu bertanya kembali "iya jadi uang yang kamu kasih tadi jumlahnya berapa nak?"

"Hmm, berapa ya"sambil pura-pura mikir.

Dan sang adik merayu kakaknya, "ayo dong kak kasih tau kita, nggak usah pake rahasia segala".

Akhirnya sang anak mengatakan dengan nada santai " Tadi kakek itu aku kasih semua uang yang ada di saku celanaku Bu, ya kayanya sekitar 200.000"

"Masya Allah uang segitu banyaknya kamu dapat dari mana nak?" 

"Hmm, itu uang tabunganku Bu, biasanya jika ayah  kasih uang saku nggak semua aku jajanin, apalagi ibu sering mengingatkan, jika ingin jajan harus yang thoyyib gak boleh sembarangan, sementara di sekolahku nggak ada tukang jajan, ya sudah jadinya sebagian aku tabung". 
Ibunya berfikir kembali, ya Allah anak ini begitu hemat padahal ayahnya hanya mengalokasi uang jajan 200 rb/bulan ya sekitar jatah jajannya tujuh ribu perhari.

"Tapi maaf ya bu, aku punya tabungan suka boros suka nawar dagangan orang".

"Masya Allah itu namanya bukan boros nak, itu adalah tabunganmu di akhirat nanti,  Insya Allah ..Allah akan melapangkan rizkimu  ..." 

Anak laki-laki itupun lanjut berbicara" 
Ibu bukankah jika kita ingin bersedekah, harus kasih yang terbaik bu, bukankah ibu pernah mengajarkan kita seperti itu.  Dan sekarang aku sedang belajar bersedekah nggak boleh perhitungan. Dan aku tau bersedekah tak harus banyak, namun pada hari ini itulah Rizki kakek tersebut yang Allah titipkan dariku.

Jleb, seketika perasaan sang  ibu tertohok dengan kata-kata terakhir anaknya "Harus yang terbaik, nggak boleh perhitungan" Ya Allah.. rasanya adem banget dengar anak laki-lakinya itu menjelaskan alasan perbuatannya.

Masya Allah hari ini sang ibu banyak belajar dari anaknya, ia belajar memberikan yang terbaik apa yang ia miliki. 

Ya ada masanya anak belajar dari orangtuanya. namun akan  ada masanya pula anak-anak menjadi guru bagi orangtuanya. Karenanya jangan pernah menyepelekan posisi mereka sebagai anak, dan jangan pernah malu diri kita belajar terhadap kebaikan mereka.

Post a Comment

Previous Post Next Post