Akibat Percaya pada Dinasti ‘Halu’, Ingin Sejahtera Namun Tertipu

Oleh: Herlina
(Penulis di Komunitas Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Akal merupakan hal spesial yang dimiliki manusia. Dengan akal itu, seharusnya manusia bisa memutuskan tentang perkara mana yang benar dan salah. Rasionalitas akal yang tak digunakan sebagaimana mestinya telah menimbulkan banyak penyesatan. Tanpa pijakan yang tepat dalam berpikir dan berbuat, orang akan mudah tergelincir pada jebakan duniawi. Namun sayangnya kebanyakan orang tak menyadari hal itu.

Belakangan ini masyarakat heboh dengan adanya Keraton Agung Sejagat di Purworejo dan Sunda Empire di Bandung. Pimpinan kelompok tersebut telah diamankan petugas karena terbukti melakukan penipuan. Beberapa korban yang menjadi pengikutnya mengaku pernah diiming-imingi gaji dan jabatan setelah membayar uang sekitar puluhan juta rupiah. 

Prof. Dr. Sunyoto menilai bahwa masyarakat yang tidak melek literasi sejarah cenderung mudah dimanipulasi. Ikatan emosional masyarakat dari segi adat dimanfaatkan oleh oknum yang mengaku ‘raja’.  Karenanya, Sunyoto mengkritisi perlunya negara memberikan edukasi masyarakat. Ia juga menghimbau masyarakat dapat melakukan pencegahan sendiri agar kasus serupa tak terulang (kompas.com, 17/1).

Munculnya kelompok-kelompok seperti itu bukan kali pertama terjadi. Beberapa waktu lalu juga ada Kerajaan Ubur-Ubur dan Kerajaan Lia Eden. Kemunculan Ratu Agung Sejagat dan Sunda Empire ini menandakan masyarakat sudah tak percaya lagi dengan sistem kehidupan sekuler-kapitalis saat ini. Hal ini karena sistem kehidupan sekuler-kapitalis telah banyak menyengsarakan masyarakat.

Ketika pemerintah gagal memberikan kesejahteraan masyarakat maka tak heran jika masyarakat mencari jalan keluarnya sendiri. Dengan bergabung ke dalam dinasti ‘halu’ ini, masyarakat berpikir masalah akan selesai. Ditambah lagi dengan kurangnya pengawasan pemerintah, maka keberadaan kelompok semacam itu tetap bebas berkeliaran.

Dalam sistem kehidupan sekuler-kapitalis, pemerintah dan rakyat dipandang sebagai kelas yang berbeda. Penguasaan pemerintah hanya berperan sebagai regulator. Ada sejumlah bayaran yang harus diserahkan kepada pemerintah terlebih dahulu bila ingin menikmati fasilitas negara seutuhnya. Fasilitas negara itu bisa saja berupa keamanan daerah setempat. Ini adalah rahasia umum pada sistem kehidupan sekuler kapitalis.

Maka tak heran pula bila masyarakat selalu dihimbau agar bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Termasuk kebutuhan mereka akan keamanan dari segala bentuk penipuan. Pemerintah selalu bertindak hanya pada saat terakhir. Dimana kriminalitas di tengah masyarakat terjadi lebih dulu sebelum adanya pencegahan oleh pemerintah. Belum lagi ketika solusi yang diberikan tidak menyelesaikan akar masalah sebenarnya.

Kesejahteraan tak akan dapat diraih selama yang diterapkan masih sistem kehidupan sekuler kapitalis. Ilusi kesejahteraan dengan pencapaian secara praktis hanyalah omong kosong belaka. Oleh karena itu, ummat perlu disadarkan bahwa kesejahteraan haruslah dimulai dengan penerapan sistem yang benar tentang kehidupan. Tentunya hal ini membutuhkan waktu yang lama.

Sebagai ideologi yang sahih, Islam memiliki sistem pengaturan hidup yang sempurna. Tidak hanya pengaturan dalam ranah individu tetapi juga mengatur hubungan masyarakat hingga negara. Islam melarang segala bentuk penipuan yang merugikan masyarakat. Seseorang muslim haruslah memiliki pola pikir dan pola jiwa Islam. Pola pikir dan pola jiwa Islam inilah yang membentuk seseorang berkepribadian Islam yang kokoh, sehingga tak akan berani bermaksiat.

Islam memandang masyarakat seperti satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kepribadian Islam yang kokoh memancarkan kesadaran antar masyarakat tentang akan pentingnya kontrol sosial yang kuat. Kontrol sosial ini menjauhkan individu dalam masyarakat dari sikap individualis, dan tercegah dari berbagai macam penyimpangan.

Di samping itu Islam juga memandang bahwa negara mesti menjamin stabilitas keamanan di seluruh wilayahnya. Negara berhak menjatuhkan sanksi yang tepat berdasarkan syara’ kepada pelaku yang terbukti meresahkan masyarakat. Hal ini bertujuan agar masyarakat maupun pelaku memiliki rasa takut dan jera.

Di samping itu negara juga mesti membina masyarakatnya melalui syiar-syiar dakwah. Tujuannya adalah memberikan suasana Islami, sehingga diharapkan masyarakatnya berkepribadian Islam. Dengan demikian individu dalam masyarakat cenderung mudah diseru untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar karena menyandarkan setiap perbuatannya pada hukum syara’.

Islam menilai bahwa kesejahteraan tercapai ketika semua kebutuhan primer masyarakat tercukupi. Oleh karena itu negara yang menerapkan ideologi Islam harus mampu menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Ini dilakukan agar masyarakat tak kehilangan kepercayaan terhadap negara itu sendiri.

Kita menengok kembali bahwa ideologi Islam yang pernah diterapkan pada masa kepemimpinan Rasulullah dan para sahabat telah terbukti membawa kesejahteraan hakiki. Dengan penerapan ideologi Islam, rakyat tak memiliki celah untuk berpaling darinya dalam merasakan kesejahteraan. Hal ini karena ideologi Islam terpancar dari aturan yang digariskan oleh syariat. Syariat inilah yang akhirnya dapat menjadi kunci pencapaian kesejahteraan hakiki.  

Post a Comment

Previous Post Next Post