KEMANA CINTA YANG DULU PERNAH BERTAHTA

Oleh :  Inas Rosyidah

Kita di sini bisa tertidur lelap
Di belahan bumi lain banyak saudara seiman hidupnya diliputi gelap
Hidup mereka penuh kejutan yang membuat terkesiap
Penderitaan tak membuat hidup mereka pengap
Matipun mereka sudah siap
Hanya Allah tempat mereka berharap

Coba lihat negeri ini
Negeri yang gemah ripah loh jinawi
Mulai padi sampai terasi
Dari susu sampai roti
Kayu gaharu hingga kayu jati
Apa yang tak tersedia di nusantara bestari

Di sini kita bisa hidup penuh kenikmatan 
Meskipun ada banyak kedzoliman
Walau kadang merasakan kepedihan 
Seringkali merasakan ketidak adilan 
Namun kita masih menjalani hidup dengan kewajaran

Lihat saudara seaqidah di luar sana
Jangankan mendapatkan kenikmatan dunia
Moncong senjata selalu berhadapan di depan mata
Malam hari langit memerah bukan karena sedang ada pesta pora
Bom telah membuat rumah mereka porak poranda 
Asap membumbung membakar tubuh para syuhada

Dimana kita yang mengaku muslim pula
Tak tergetar hati saat membaca berita tentang mereka
Tak turut bersimpati saat mereka berdarah-darah dianiaya
Tak merasa bersedih saat berondongan senjata membuat mereka tiada
Kita seakan lupa
Bahwa merekapun adalah bagian dari kita

Kenikmatan duniawi
Telah membuat kita seringkali mati hati
Pada saudara seiman nyaris tak peduli
Penderitaan mereka tak membuat kita bersimpati
Kematian mereka tak lagi menumbuhkan empati
Kadang malah ikut mencurigai
Tak jarang malah turut mencaci
Menganggap itu masalah mereka sendiri

Kita disini bisa makan roti sesuka hati
Masih bisa berdendang menikmati hari
Jauh berbeda dengan mereka punya kondisi
Kematian sanak keluarga adalah sarapan setiap hari 
Suara berondongan senjata menjadi konser bunyi pengiris hati
Jeritan bayi kelaparan tak pernah putus berhenti
Sungguh terasa tak manusiawi

Rasulullah mengajarkan 
Setiap muslim adalah saudara seiman 
Bagaikan satu tubuh tak terpisahkan 
Jika satu sakit maka bagian lain ikut merasakan 
Jika satu bagian dipatahkan yang lain akan bereaksi spontan 
Itulah manisnya iman 

Maka patut dipertanyakan 
Kemana perginya iman
Jika nasib saudara seiman tak dipedulikan
Tak ada upaya untuk ikut meringankan
Berlepas diri dengan alasan tak punya kekuatan 
Merasa mereka bukan saudara SE-NEGERA yang harus diperjuangkan

Islam tak mengajarkan 
Sekat negara sebagai batasan kepedulian 
Pembiaran dilakukan merasa bukan urusan 
Masalah negeri sendiri masih banyak belum terselesaikan 
Tak mau tahu di negeri lain banyak kepedihan menimpa saudara seiman 
Inilah efek nasionalisme yang berlebihan 

Sekat negara 
Membuat muslim buta mata buta rasa 
Penderitaan saudara seiman merasa cukup hanya dibantu dana 
Tak lupa menyertakan obat dan iringan doa 
Seakan semua siksaan perkosaan dan pembunuhan yang mendera 
Cukup disolusi dengan itu semua 
Kemana hilangnya rasa cinta itu bertahta

Di Uighur Myanmar Suriah dan Palestina mereka saudara seiman
Mereka tak hanya butuh obat dana dan doa sebagai dukungan
Itu semua hanya bisa menyembuhkan namun tak menyelesaikan 
Seperti sapi sakit disembuhkan digemukkan
Untuk kemudian diserahkan ke tempat penjagalan
Habis dibantai karena tak punya perlindungan

Muslim butuh persatuan
Rasa ASHOBIYAH jangan membutakan 
Ukhuwah Islamiyah tak cuma slogan
Umat Islam di dunia banyak ternistakan
Karena umat tak punya perlindungan 
Tak ada tameng sebagai penjagaan
Umat butuh kekuatan 
Kirim militer tiap negeri muslim tuk bebaskan penderitaan 
MUSLIM TAKKAN LAGI DIHINAKAN

UMAT ISLAM adalah satu
Jangan mau diadu
Jika umat bersatu
Kekuatannya akan padu
Takkan ada yang berani mengganggu
Persatuan umat dalam bingkai yang satu
Hanya bisa terwujud jika Alquran dan As Sunnah sebagai pemandu
Rahmatan lil 'alamin adalah yang dituju
###

Post a Comment

Previous Post Next Post