Sikap Guru Terhadap Siswa dalam Prespektif Islam



Oleh: Nur Ilmi Hidayah
Praktisi Pendidikan, Member Akademi Menulis Kreatif

Pepatah mengatakan, "Guru digugu dan diteladani." Ini mendedikasikan bahwa guru menjadi tauladan dan contoh terutama bagi siswanya. Guru juga mendapat gelar sebagai orang tua di lingkungan sekolah. Sejarah juga mengangkat guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Peran guru yang vital dalam membentuk kepribadian putra  putri bangsa menjadi salah satu dari sekian banyak alasan mengapa guru sangat penting.

Peran guru selain mengajar adalah mendidik. Sebagai seorang tauladan, guru seharusnya memberi contoh yang baik untuk ditiru siswanya. Perilaku positif yang ditularkan guru kepada siswanya sangat mempengaruhi aspek afektif dan psikomotor siswanya. Profesional dan menjaga sikapnya di depan siswanya.

Kenyataan di lapangan, tidak semua guru patut dijadikan tauladan. Beberapa dari mereka justru melakukan perilaku yang tidak pantas untuk ditiru dan berisiko merusak moral anak bangsa. Parahnya lagi, terjadi diskriminasi antara guru dengan guru, guru dengan siswa yang sifatnya sangat subyektif. Misalnya, guru tidak ditegur ketika makan di dalam kelas. Sedangkan siswa, mungkin hanya mengunyah permen langsung dikeluarkan dari kelas jika ketahuan oleh guru yang sedang mengajar.

Pernah suatu kejadian, seorang tenaga kependidikan (staf perpustakaan) menegur seorang guru pria yang ketika bercengkrama dengan siswanya sangat tidak memiliki wibawa. Terkadang guru tersebut, makan dan minum sambil berdiri bersama dengan siswa-siswanya. Berangkat dari situlah, salah seorang tenaga pendidik  memberikan masukan pada guru tersebut di saat sedang berdua duduk di ruang bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Tapi, guru tersebut tidak menerima masukan dari rekan sejawatnya. Bahkan marah dan memukul file box yang ada di atas meja kerja guru BK sampai rusak.

Ada pula kejadian antara guru dan siswa. Di mana seorang guru sedang menjelaskan materi pelajaran, ia berdiri di dekat meja siswa selama proses pembelajaran sedang berlangsung. Mungkin karena lelah, ia kemudian membelakangi mejanya sendiri lalu duduk di atas meja dengan raut muka santainya. Jelas, siswanya tentu tidak punya kuasa atau berwenang untuk menegurnya.

Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang sudah banyak orang yang berpendidikan tinggi tetapi mudah berbuat kasar. Baik pada sesama yang berpendidikan maupun yang berbeda tingkatan pendidikannya. Bukan hanya ditingkat anak, bahkan hal demikian sudah merambah ke sekolah-sekolah.

Sudah seburuk itukah mutu pendidikan dan masa depan anak negeri ini? Mari kita merenung sejenak, merumuskan bagaimana cara mengajar lebih baik lagi tanpa berlaku kasar. Sifat anak-anak kebanyakan meniru perilaku orang dewasa, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Jadi, alangkah lebih bijak agar anak-anak juga mencontoh kebaikan yang guru lakukan.

Mengajar adalah profesi yang mulia, tidak dapat disamakan dengan profesi lain, dalam hal keutamaan dan kedudukannya. Semakin bermanfaat materi ilmunya, maka semakin tinggi derajat dan kemuliaan pemilik ilmu tersebut.

Tugas seorang guru tidak sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya saja, tetapi seorang guru juga di tuntut untuk bersikap sabar, amanah, tulus serta mampu mengayomi siswanya. Hal ini memang berat dan sulit, tetapi akan mudah mana kala Allah memudahkan, sehingga seorang guru harus senantiasa betaqarrub kepada Allah supaya diberi kemudahan dalam mengemban tugasnya.

Hendaklah seorang guru yang baik itu, meneladani cara mengajar Rasulullah Saw, karena beliau suri tauladan bagi umat manusia. "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu." (Surat al-Baqarah ayat 21)

Cara yang paling efektif saat mengajar adalah memberikan keteladanan yang baik kepada siswa.g Guru yang memberikan tauladan baik tentunya akan dihormati oleh siswanya. Begitu pula dengan Rasulullah Saw, saat ia mendapatkan ilmu, ia tidak hanya semata-mata menyampaikan kepada umatnya saja, tetapi Rasulullah menerapkan dalam kesehariannya. Contohnya Rasulullah menganjurkan umatnya untuk berdisiplin khususnya masalah waktu, maka setiap kali Rasulullah mengajar, ia selalu datang tepat waktu. Dengan memberikan contoh teladan yang baik, siswa menjadi mudah memahami daripada hanya mengajarkan teorinya saja.

Tidak sedikit ilmu agama Islam yang sulit untuk dimengerti. Banyaknya teori-teori Islam yang jika dijabarkan biasa-biasa saja, justru menimbulkan kebingungan hingga maksud dan tujuannya tidak dapat tersampaikan dengan baik. Dalam hal ini, Rasulullah membuat penggambaran agar para umatnya memahami dengan mudah. Belum lagi kemampuan umatnya berbeda-beda sehingga metode penyampaiannyapun berbeda-beda. 

Lewat penggambaran, umatnya mengerti apa yang dijelaskan oleh Rasulullah Saw.

Berikut beberapa karakter yang hendak dimiliki oleh guru yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
1.Ikhlaskan mengajar ilmu
Ini adalah sebuah perkara agung yang dilalaikan banyak kalangan, pengajar dan pendidik. Yaitu membangun dan menanamkan prinsip mengikhlaskan ilmu dan amal hanya untuk Allah Swt.

2. Jujur
Sifat jujur adalah mahkota di atas kepala seorang guru. Jika sifat itu hilang, maka dia akan kehilangan kepercayaan manusia akan ilmu dan pengetahuan yang ia sampaikan. Kejujuran seorang guru akan terlihat pada konsekuensi tanggung jawab yang dipikul di atas pundaknya. Diantaranya adalah mentransfer pengetahuan lengkap beserta dengan hakikat dan pengetahuan-pengetahuan yang dikandungnya kepada generasi penerus. Sehingga berdusta kepada siswa akan menjadi rintangan dalam proses menyampaikan ilmu.

3. Berakhlak mulia dan terpuji
Tidak diragukan lagi bahwa kata yang baik dan tutur bahasa yang bagus mampu memberikan pengaruh pada jiwa, mendamaikan hati, serta menghilangkan dengki dan dendam. Demikian juga raut wajah yang tampak dari seorang guru, ia mampu menciptakan umpan balik pada siswa. Karena wajah yang riang dan berseri merupakan sesuatu yang disenangi dan disukai.

4. Rendah hati
Rendah hati adalah sikap terpuji, bentuk merendahkan diri di hadapan Allah, maka nikmat dan lezatnya. Karena ubudiyah tidak akan terdedikasi dan tidak akan sempurna kecuali dengan sikap merendahkan diri kepada Allah. Adapun sikap merendah kepada makhluk, maka hal itu khusus hanya pada orang-orang mukmin saja. Jika seorang gurug berlaku sebaliknya yaitu takabur maka tidak akan mampu meraih tujuan dari mengajar.

Wahai guru, jadilah engkau tauladan bagi siswa-siswimu. Tularkan ilmumu, bersahabatlah dengan mereka, dan sertailah dengan akhlak yang mulia. Niscaya kenikmatan itu di depan matamu, dan begitu terasa dalam hatimu.

Wallahu a'lam bish shawab. []

Post a Comment

Previous Post Next Post