HENTIKAN KEBOHONGAN

Oleh : Fatmawati 
Pensiunan guru dan pegiat dakwah


Sekarang adalah era informasi. Termasuk informasi via media sosial. Setiap orang bisa menjadi sumber sekaligus penyebar informasi. Tentu akan sangat bermanfaat jika informasi yang beredar itu tentang kebaikan dan merupakan informasi yang benar.

Sayangnya banyak informasi yang sering bertolak belakang satu sama lain.

Banyak informasi yang tidak jelas, konten maupun sumbernya dan cendrung berlebihan. Fakta yang diputarbalikkan, direkayasa tanpa fakta nyata.

Orang jujur dicap pendusta. Pendusta dinilai jujur. Pengkhianat dipercaya dan diberi amanah. Orang yang amanah dicap pengkhianat dan tidak diberi amanah. Amanah yang ada pada dirinya pun dicabut. Mungkin era inilah yang diperingatkan oleh Rasul saw.:

"Akan datang pada manusia tahun-tahun penuh tipuan. Di dalamnya pembohong dipercaya. Orang jujur justru dinilai pembohong. Pengkhianat diberi amanah. Orang amanah dinilai pengkhianat. Disitu ruwaibidhah berbicara." Ditanyakan, "Apakah ruwaibidhah itu?" Beliau  bersabda, "Orang bodoh yang berbicara tentang urusan publik." (HR Ahmad, Ibnu Majah, al-Hakim dan ath-Thabarani).

Informasi bohong atau hoax yang berseliweran salah satunya adalah akibat ulah para buzzer (pendengung/penggonggong) durjana. Mereka membuat dan atau menyebarkan informasi bohong juga direproduksi dan dipermak sedemikian rupa. Akibatnya satu kebohongan bisa beranak pinak menjadi sekian banyak kebohongan.

Ahli komunikasi dari Universitas Indonesia (UI), Profesor Muhammad Alwi Dahlan, menjelaskan bahwa hoax merupakan kabar bohong yang sudah direncanakan oleh penyebarnya. "Hoax merupakan manipulasi berita yang sengaja dilakukan dan bertujuan untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah." ujar Alwi.

Pada hoax ada penyelewengan fakta sehingga menjadi menarik perhatian masyarakat. Alwi juga menjelaskan bahwa hoax sengaja disebarkan untuk mengarahkan orang kearah yang tidak benar.(Antaranews.com, 11 Januari 2017).

Rasul saw. bersabda: "Tinggalkanlah kebohongan karena sungguh kebohongan itu bersama kekejian dan kedua (pelaku)-nya di neraka (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan ath-Thabarani).

Semua bentuk kebohongan dilarang untuk dilakukan oleh siapapun, kepada siapapun dan dengan maksud apapun. Termasuk berbohong untuk mendukung rezim penguasa. Rasul saw. bersabda:

Sungguh akan ada sesudahku para pemimpin. Siapa saja yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu kezaliman mereka maka ia bukan golonganku dan aku pun bukan golongannya; ia pun tidakakan masuk menemaniku di telaga. Sebaliknya, siapa yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu kezaliman mereka maka ia termasuk golonganku dan aku termasuk golongannya; ia pun akan masuk ke telaga bersamaku (HR an-Nasai, al-Baihaqi dan al-Hakim).

Membenarkan kebohongan penguasa adalah haram. Pelakunya tidak bisa masuk surga dan tidak diakui sebagai golongan Nabi saw. Apalagi berbohong untuk mendukung kebohongan penguasa atau membantu kezaliman penguasa. Tentu lebih besar dosanya. 

Kebohongan membuat hoax dan menyebarkan kebohongan merupakan dosa besar yang termasuk tindakan jarimah (kriminal) dalam pandangan Islam. 

Jika kebohongan atau hoax itu menyebabkan dharar atau kerugian maka sanksi hukumnya tentu sebanding dengan besarnya dharar atau kerugian yang ditimbulkannya.

 Islam memerintahkan untuk menjauhi kebohongan atau hoax dan tidak pula menyebarkannya. Untuk itu Islam mensyariatkan tabayyun. Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang pada kalian orang fasik yang membawa suatu berita, klarifikasilah, agar kalian tidak menimpakan bencana atas suatu kaum karena suatu kebodohan sehingga kalian menyesali apa yang telah kalian lakukan (TQS al-Hujurat [49]:6).

Karena itu dalam berbicara dan bermedia sosial, hendaknya seorang Muslim tidak gampang menge-share apa saja yang diterima. Rasul saw. mengingatkan :

Cukuplah orang dinilai pendusta jika dia biasa menceritakan semua yang dia dengar (HR Muslim)

Wallah a'lam bi asj-shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post