Rektor Asing Didik Generasi Muslim ?

Oleh : Ulfah Sari Sakti,S.Pi 
(Jurnalis Muslimah Kendari)
Menuntut ilmu dalam Islam merupakan suatu kewajiban.  Sebagaimana firman Allah swt dalam QS Al Mujadilah : 11, “Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.  Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”.

Karena itu sudah selayaknya seorang muslim menuntut ilmu formal setinggi-tingginya hingga jenjang perguruan tinggi (PT).  Disinilah pentingnya PT untuk tidak hanya membina tsaqofah (ilmu pengetahuan), tetapi juga nafsiyah (pola sikap) mahasiswanya.  Pembinaan kedua aspek ini sedikit banyak akan dipengaruhi oleh kebijakan PT yang dikeluarkan oleh Rektor.  Lantas bagaimana jika Rektor dari PT tidak seakidah dengan mayoritas mahasiswanya?, apakah sang Rektor paham dengan kebutuhan mahasiswa akan kedua aspek tersebut?.  Seperti langkah Menristekdikti, Mohammad Nasir memperkenalkan Jang Youn Cho sebagai rektor asing pertama yang masuk Indonesia dan akan memimpin Universitas Siber Asia.  Yang mana Universitas Siber Asia akan diselenggarakan oleh Universitas Nasional Jakarta bekerjasama dengan Hangkuk University of Foreign Studies Korea Selatan. 

“Rektor tadi punya pengalaman memimpin perguruan tinggi.  Satu pernah memimpin perguruan tinggi di Hankuk University di Korea Selatan dan pernah di Amerika dan sekarag dia menjadi rektor di Universitas Siber Asia.  Harapan saya karena ini Asia, mahasiswanya tidak saja dari Indonesia dan ini ada permintaan mahasiswa bisa dari Asia Tenggara, Asia Barat maupun Afrika.  Mudah-mudahan bisa jalan,” kata Nasir.  (Kompas.Com/26/8/2019).

Kebijakan Menristekdikti ini menuai pro dan kontra, salah satunya datang dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudin yang tak sepakat dengan kebijakan Menristekdikti tersebut.  “Pertama, ini kan suatu eksperimen yang besar ya.  Jadi kalau tidak berhasil akan menimbulkan gonjang ganjing,” kata Hetifah.

Menurutnya  meningkatkan ranking perguruan tinggi tinggi tidak semata-mata dengan mengganti rektor.  Ada masalah pengelolaan perguruan tinggi harus dibenahi bersama.  Salah satunya, rektor lebih banyak mencerminkan citra akademis, kurang memiliki kemampuan manajerial yang baik.  (Kompas.Com/1/8/2019)    
Sistem Kapitalis Memperparah Pendidikan 
Perekrutan rektor asing semakin memperkeruh permasalahan di lingkungan perguruan tinggi (PT).  Bagaimana tidak, permasalahan biaya kuliah yang semakin mahal saja hingga saat ini belum menemukan solusi jitu, lantas pemerintah akan menguji coba perekrutan rektor asing untuk peningkatan mutu PT?.  Terkhusus biaya kuliah yang semakin mahal, dapat kita tengok biaya masuk fakultas favorit (farmasi) pada salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kendari Sulawesi Tenggara.    
Agar resmi terdaftar sebagai mahasiswa, seseorang diwajibkan membayar uang pangkal sebesar Rp 15 juta dan SPP sebesar Rp 5,5 juta plus buku paket dengan harga bervariasi misalnya per paketnya senilai Rp 7 juta.  Biaya ini belum termasuk biaya bahan praktikum yang harus di beli secara individu maupun per kelompok.
Sehubungan perekrutan rektor asing, Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menilai tidak menjamin dapat meningkatkan rangking ketika tidak ada konsep yang jelas dari pemerintah.  Ia berpendapat seharusnya konsep dalam memoderniasi kampus datang dari pemerintah, bukan pihak asing.  Kompas.com/31/7/2019).  
Penerapam Syariat Islam, Lahirkan Generasi Muslim Tangguh.

Tidak dipungkiri bahwa dari sistem yang baik, akan lahir generasi yang tangguh, begitu pula jika kita menginginkan lahirnya generasi muslim yang tangguh, tentunya harus terbentuk sistem Islam (syariat Islam) secara menyeluruh (kaffah).  Lihat saja bukti sejarah kegemilangan pendidikan pada zaman kepemimpinan Islam.  

Bidang Pendidikan.  Terdapat beberapa lembaga pendidikan yang pernah menjadi simbol kegemilangan peradaban Islam diantaranya Nizhamiyah (1067-1401 M) di Baghdad, Al- Azhar (975 M- sekarang) di Mesir, Al Qarawiyyin (859 M-sekarang) di Fez Maroko dan Sankore (989 M-sekarang) di Timbuktu Mali Afrika.  Lembaga-lembaga pendidikan ini berhasil melahirkan ilmuwan muslim yang sangat disegani seperti Al-Gazali, Ibnu Ruysd, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al Farabi, Al Khawarizmi dan Al Firdausi.  Bahkan pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Sylvester II turut menjadi saksi keunggulan Universitas Al Qarawiyyin, yang mana sebelum menjadi Paus, beliau sempat menimba ilmu di sana.

Bidang Teknologi.  Kaum muslimin telah menemukan teknolgi pertanian dan irigasi khususnya berhubungan dengan produksi gandum pada Abad ke 8 dan 9 M.  Pada Abad ini pula terdapat arsitektur Mesjid Agung Cordoba, Blue Mosque di Konstatinopel  dan menara Spiral di Samara yang dibangun  oleh Khalifah Al-Mutawakkil, Istana Al-Hamra di Sevillle serta Andalusia pada tahun 913 M, sebuah istana terindah yang dibangun diatas bukit yang menghadap ke Kota Granada. 
Kembali pada persoalan perekrutan rektor asing, kalau pun negara tetap melakukan perekrutan, apakah tidak sebaiknya rektor berasal dari negara muslim saja, sehingga kelak tsaqofah dan saksiyah para mahasiswa dan civitas akademik tetap berasaskan Islam, bukan yang lain.  Selain itu, ingatlah bahaya kaum bermata sipit, sebagaimana yang diperingatkan dalam Sabda Rasulullah saw.  “Kiamat tidak akan terjadi,” kata Nabi dalam satu haditsnya,” sampai kalian memerangi sekelompok orang yang sendalnya terbuat dari rambut, dan memerangi bangsa Turk, yang mana mereka bermata sipit, berwajah kemerah-merahan, berhidung pesek, wajah mereka berbentuk perisai yang bundar” (HR Bukhari dan Muslim).   
Lantas masihkah negara ngotot dengan kebijakannya untuk tetap merekrut rektor asing lebih banyak lagi tanpa mewaspadai dampak kedepannya bagi generasi muslim?.  Semoga saja para pemimpin negara ini mendapat hidayah dari Allah swt, sehingga kebijakan yang dibuat senantiasa untuk mengharap ridha Allah swt.  Wallahu’alam bishowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post