Optimisme, Kemenangan Islam Pasti Datang



Oleh : Nur Fitriyah Asri
Penulis Ideologis Bela Islam
Akademi Menulis Kreatif

Bukan rezim zalim namanya, jika tidak membenci Islam. Belum puas mencabut Badan Hukum Perkumpulan (BHP) ormas pejuang syariah dan khilafah, berlanjut memfitnah dengan tudingan keji yaitu radikalisme, khilafah bertentangan dengan Pancasila, dan NKRI. Tudingan itu untuk menciptakan slamophobia (ketakutan kepada Islam), dan mempersekusi serta mengkriminalisasi pejuang dan ulama-ulamanya. Berlindung di balik kekuasaan, menggodok undang-undang untuk membungkam dan menjerat individu yang mendakwahkan khilafah dengan ancaman penjara. Sungguh mereka lupa akan firman Allah:

{هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ}

“Dialah (Allah Swt) yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya (agama itu) atas semua agama (lainnya), walupun orang-orang musyrik tidak menyukainya." (QS at Taubah: 33, dan QS ash- Shaff: 9).

Islam akan kembali memimpin dunia, khilafah ala minhajjin nubuwwah kembali tegak. Musuh-musuh Islam kafir imperialisme dan antek-anteknya tidak akan tenang, tidak akan bisa memejamkan matanya walaupun sekejap. Mereka akan selalu berupaya menghadang tegaknya khilafah. Sesungguhnya kafir penjajah dan rezim tiran sudah diambang kehancurannya. Sebagaimana disebutkan Current World Views filosof Perancis, Michel Onfray dalam tulisannya berjudul "Kerusakan" menjelaskan bahwa semakin dekatnya kehancuran peradaban Barat. Sesungguhnya tengah sempoyongan menunggu kejatuhannya yang menggelegar.Tidak ada lagi kemungkinan yang bisa dilakukan terhadap peradaban yang akan mati. Meskipun peradaban Barat telah mendominasi dunia, akan ada peradaban lain yang akan hadir menggantikannya. Ini hanya masalah waktu saja. Kapal itu akan tenggelam. Penulis lalu menutup tulisannya dengan kalimat ringkas. "Kematian Barat bukan sekedar berita yang akan terjadi. Ini sungguh gambaran yang sedang berlangsung sekarang...."

Lihatlah fakta di negeri ini, dengan mengadopsi demokrasi yang merupakan anak emas ideologi kapitalis, telah menunjukkan kegagalannya. Menurut Ahmad Syafi'i Maarif, "Demokrasi itu cacat dan banyak bopengnya. Merupakan sistem politik  yang sarat dengan praktek uang (money politic) Bahkan jauh panggang dari api soal pemerataan kesejahteraan rakyat. Justru sangat mengecewakan karena bergelut dan berputar dalam lingkaran setan yang melelahkan (dilansir oleh Rapublika, 16/4/2019).

Dengan diterapkannya  demokrasi sekularisme, terbukti negara terjerat hutang rentenir yang menggunung mencapai level berbahaya. Dengan total utang sebesar 383, miliar dolar atau setara dengan Rp 5.366 triliun. Ditambah utang hasil pertemuan BRI OBOR Beijing, 25-28 April 2019, sebanyak 28 proyek dengan nilai mencapai 1.296 triliun. Jadi total ULN (Utang Luar Negeri) Indonesia mencapai sekitar Rp 6.662 triliun. Ironisnya, menggunakan bunga atau riba yang justru dilarang oleh Islam. Untuk membayar bunganya saja klepek-klepek. Dampaknya rakyat yang menanggungnya, subsidi dicabut, yang berimbas pada kenaikan BBM , TDL, BPJS dan semua kebutuhan pokok. Pajak pun dipalak, benar-benar menzalimi rakyatnya. Dengan adanya utang menjadikan negara tidak berdaulat dan merdeka. Tidak ada makan siang gratis. Sebagai imbalannya adalah sumber daya alam atas nama tipu daya privatisasi dirampok oleh asing dan aseng. Indonesia adalah negara pembebek yang dikendalikan oleh Amerika Serikat dan Cina. Apa yang terjadi jika tidak mampu membayar utang? Sebagaimana yang telah dialami oleh negara Sri Langka, harus menyerahkan aset negaranya untuk dikuasai Cina.

Akibat penerapan demokrasi dengan UU liberalnya, telah menyebabkan kerusakan di semua lini kehidupan. Seperti, maraknya seks bebas, prostitusi, narkoba, LGBT, korupsi, perjudian dan lain sebagainya. Kemaksiyatan inilah yang mengundang dan mendatangkan azab dari Allah.Tidak henti-hentinya Allah memperingatkan dan menegur melalui bencana gempa bumi yang dasyat memorak-porandakan sebagian wilayah negeri ini, gunung meletus, banjir, kebakaran hutan dengan asap pekat yang menyiksa, dan lainnya. Anehnya penguasa enggan untuk introspeksi diri, jika semua itu disebabkan karena ingkar dan maksiyat terhadap hukum-hukum Allah. Bahkan berani menolak dan memusuhi khilafah ajaran Islam. Sesungguhnya bencana dari Allah itu sebagai peringatan agar manusia kembali kepada syariah-Nya.
Allah Swt berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (TQS an-Nur, ayat 41). 
Sayang seribu sayang,  rezim diktator dan kroni-kroninya lebih memilih menjadi musuh Allah dan Rasulullah Saw.

Merawat Keyakinan dengan Perjuangan dan Optimisme.

Sudah menjadi sunnatullah dalam perjalanan perjuangan Islam, makin dihadang makin bergelombang.  Umat Islam harus belajar dari optimisme Rasulullah Saw pada saat perang Uhud. Fakta sejarah, bahwa Rasulullah Saw nyaris mengalami kekalahan. Tapi tidak menyurutkan beliau untuk tetap memberikan semangat kepada kaum muslim. Dengan kemampuan mengatur teknik dan strategi menakut-nakuti musuh pada waktu itu, mampu membangkitkan semangat bertempur kaum muslim.

Setidaknya ada lima hal yang dapat diambil hikmahnya dalam peristiwa perang Uhud, yakni:

1. Kemenangan Islam tidak tergantung dari jumlah.

2. Penting untuk membersihkan barisan kaum muslim dari kaum munafik dan yang berakidah lemah.

3. Sunah kehidupan (sebab akibat) tidak bisa tergantikan.

4. Pentingnya disiplin dan memegang teguh perintah pemimpin, bagaimanapun kondisi dan situasinya.

5. Pentingnya konsisten dengan niat sejak awal untuk memperjuangkan tegaknya Islam dan melenyapkan kebatilan.

Kezaliman dan  kemaksiyatan yang kian merajalela tidak mungkin bisa dihentikan kecuali dengan penerapan syariah secara kafah (menyeluruh) dalam bingkai khilafah. Tegaknya khilafah membutuhkan pejuang-pejuang yang ikhlas dan bersungguh-sungguh. Senantiasa optimis akan menang karena  janji Allah Swt dan bisyarah Rasulullah Saw, bahwa khilafah akan tegak kembali di muka bumi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi riil rezim semakin represif terhadap dakwah. Namun tidak akan bisa menghadang lajunya dakwah yang makin membesar. Apalagi Allah yang mewajibkan dakwah. Umat pun sudah cerdas siapa sesungguhnya yang memperjuangkan Islam dan siapa yang memusuhinya.

Dakwah akan terus berjalan. Ibarat air, dakwah akan mencari celah yang bisa membuatnya terus berjalan. Jika dibendung, mungkin tampak berhenti, tetapi sejatinya sedang mengumpulkan kekuatan untuk menjebol bendungan yang menghambatnya hingga menemukan momentumnya (KH. Rochmat S.Labib).

Ingatlah, bahwa perjuangan menegakkan Islam secara kafah harus mengikuti thariqah atau metode yang dicontohkan Rasulullah agar sampai tujuan.Terikat penuh dengan syariah-Nya. Dengan memantaskan diri semoga pertolongan Allah segera turun. Karena kemenangan Islam dan tegaknya khilafah bukan semata karena kekuatan kita, namun merupakan pertolongan Allah.

Allah Swt berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

‘Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (TQS. Muhammad: 7)

Wallahu a'lam bisshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post