Kisah yang Terlupakan



Oleh: Sumiati
(Praktisi Pendidikan dan Member AMK )

Beberapa waktu  terakhir ini, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan hadirnya Film "The Santri" . Jika tak melihat cuplikan filmnya, judulnya cukup menarik. Menarik karena kehidupan santri di Indonesia menjadi hal yang spesial di negeri ini. Dengan kondisi remaja saat ini, yang masih sulit untuk diarahkan pada kehidupan Islam.  Maka kehadiran film" The Santri" diharapkan dapat memberikan motivasi kepada remaja saat ini agar mau masuk pesantren dan dekat dengan nilai-nilai Islam. 

Jauh panggang daripada api, harapan tinggal harapan. Keinginan orang tua mengirim putra-putri ke pondok pesantren agar ananda pulang membawa akhlak mulia dan ilmu Islam yang mumpuni tak kan nampak di film ini. Munculnya film "The Santri" ini, apakah dapat memberikan gambaran kehidupan santri yang sebenarnya kepada remaja saat ini? Faktanya, tidak. Pada trailernya, film "The Santri" justru menampilkan kehidupan santri yang jauh dari dugaan kita selama ini. Santri yang dalam pandangan kita di pesantren hidup sederhana, giat belajar, jauh dari berkhalwat, jauh dari ikhtilat, ataupun pacaran. Tak kan nampak di film ini. 

Salah satu pemeran utama film "The Santri" adalah seorang putri dari dai kondang, hafiz Alquran 30 juz. Dengan latar belakang keluarga dan kedekatan dengan lingkungan pesantren secara langsung, ternyata tidak memberikan pengaruh secara nyata pada dirinya. Akibat perannya dalam film ini, membuat ananda banyak mendapatkan 
komentar negatif dari para warganet. Berbagai celaan dan pernyataan nyinyir warganet, yang menyayangkan tampilnya ananda sebagai pemeran utama film ini. Sosok ananda yang seorang hafizah, membuat sebagian warganet ada pula yang bersimpati dan memberikan nasihat serta mendoakan, agar sang putri dai kondang menyadari kesalahannya dan kembali ke jalan Allah subhanahu wa taala. 

Dahulu, ada sebuah kisah serupa namun tak sama, yang menimpa seorang hafiz Alquran. Dia adalah seorang lelaki gagah yang turut mengayunkan pedangnya menebas satu demi satu tubuh pasukan Romawi saat perang berkecamuk. Dia termasuk tabiin (270 H) yang hafal Alquran. Namanya adalah sebaik-baik nama, ‘Abdah bin ‘Abdurrahiim. Keimanannya tak diragukan. Adakah bandingannya di dunia ini seorang mujahid yang hafal Alquran, terkenal akan keilmuannya, kezuhudannya, ibadahnya, puasa Daudnya serta ketaqwaan dan keimanannya?

Namun tak dinyana, terjadi musibah di akhir hayatnya. Dia mati dengan tidak membawa iman Islamnya. Murtad sebagai Nasrani. Padahal dahulunya ia hafal semua isi Alquran, namun semua hilang tak tersisa kecuali dua ayat saja. Ayat apakah itu? Apa yang melatarbelakangi dia keluar dari Dinullah. Inilah kisahnya yang diabadikan dalam kitab Al Bidayah wa An Nihayah. 

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitabnya Al-Bidayah wa An-Nihayah (11/74):

وفيها  (278 هـ)  توفي عبدة بن عبد الرحيم قبحه الله

ذكر ابن الجوزي أن هذا الشقي كان من المجاهدين كثيرا في بلاد الروم، فلما كان في بعض الغزوات والمسلون محاصروا بلدة من بلاد الروم إذ نظر إلى امرأة من نساء الروم في ذلك الحصن فهويها فراسلها ما السبيل إلى الوصول إليك ؟ فقالت أن تتنصر وتصعد إلي، فأجابها إلى ذلك، فلما راع المسلمين إلا وهو عندها، فاغتم المسلمون بسبب ذلك غما شديدا، وشق عليهم مشقة عظيمة، فلما كان بعد مدة مروا عليه وهو مع تلك المرأة في ذلك الحصن فقالوا: يا فلان ما فعل قرآنك ؟ ما فعل علمك ؟ ما فعل صيامك ؟ ما فعل جهادك ؟ ما فعلت صلاتك ؟ فقال: اعلموا أني أنسيت القرآن كله إلا قوله (ربما يود الذين كفروا لو كانوا مسلمين. ذرهم يأكلوا ويتمتعوا ويلهيهم الامل فسوف يعلمون)  الحجر: ٢،٣ 

 “Pada tahun (278H), telah wafat Abdah bin Abdurrahim –semoga Allah memburukkannya-, telah disebutkan oleh Ibnul Jauzy bahwa orang malang ini dulunya termasuk dari seorang lelaki yang sering berjihad di negeri Roma. Ketika dalam keadaan setelah perang dan kaum muslim saat itu mengepung sebuah daerah dari kekuasan Romawi Lalu seorang mujahid memandang kepada seorang wanita dari bangsa Romawi yang ada di sebuah benteng tersebut, maka (dia) lelaki ini menginginkan wanita tersebut. Lalu ia menyurati wanita tersebut; “Bagaimana agar aku bisa sampai kepadamu?” Wanita ini menjawab: “Kamu masuk ke dalam agama Nasrani lalu kamu naik menemuiku”. Lalu lelaki ini menerima ajakan tersebut, maka ketika kaum muslim memimpin dia malah berada bersama wanita tersebut. Kejadian itu sangat menyakitkan dan memberatkan kaum muslim. Setelah beberapa waktu berlalu, kaum muslim melewati benteng tersebut dan si lelaki ini sedang bersama wanita tersebut di benteng itu. Mereka (kaum muslim) bertanya kepada lelaki tersebut: “Wahai Fulan, Apa yang telah Alquran lakukan terhadapmu?, apa yang telah dikerjakan oleh ilmumu terhadapmu? Apa yang telah dikerjakan puasamu terhadapmu? Apa yang telah dikerjakan oleh jihadmu terhadapmu? Apa yang telah diperbuat shalatmu terhadapmu?” Lelaki ini menjawab: “Ketahuilah kalian semuanya, sesungguhnya aku telah lupa Alquran  kecuali firman-Nya:

Artinya: “Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)”. (QS. Al hijr ayat 2 dan 3).

Na'udzubillaahi min dzaalik. 

Syahwat telah memenuhi relung hati ‘Abdah sampai-sampai ia menjadi lupa akan imannya, tuli peringatan dan buta Alquran. Hatinya terhalang dari hidayah.

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. Al-Baqarah: 7). Astaghfirullahal 'adziim. 

Pesona wanita itu telah mampu mengubur imannya di dasar samudra. Demi tubuh cantik nan fana itu ia rela tinggalkan Islam.

Dua ayat yang Allah swt tinggalkan dalam hatinya, seolah menjadi hujjah, sekaligus peringatan Allah yang terakhir bagi dirinya. Namun dia tetap bergeming. Dia tidak segera menyadari dan memperbaiki kesalahannya. Dia merasa bahagia, hidup berlimpah harta dan keturunan. Bersama kaum Nasrani. Begitulah keadaannya hingga ajal menjemput. Mati dalam keadaan di luar agama Islam. Mati su'ul khotimah. 

Ya Allah, dari kisah ini kami dapati bahwa seorang hafiz nan mujahid saja bisa Kau angkat nikmat imannya, berbalik murtad jika sudah ditetapkan murtad. Apalagi hamba yang banyak cacat ini. Tak punya amal andalan.

Saudara-saudariku, doakan aku dan aku doakan pula kalian. Semoga Allah lindungi kita dari fitnah laki-laki atau wanita (fitnah manusia) dan fitnah dunia serta dihindarkan dari ketetapan yang buruk di akhir hayat.
Semoga para suami, para anak laki-laki, para saudara laki-laki kita, keluarga kita semua, teman-teman lelaki sesama muslim, selalu dalam lindungan Allah, dijauhkan dari syahwat dan maksiat, selamat dunia akhirat. Aamin Yaa Rabbal'aalamiin. 

Rasulullah saw bersabda :
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidak pernah kutinggalkan setelahku fitnah yang lebih dahsyat bahayanya bagi kaum pria daripada fitnah wanita.” (Muttafaqun Alaih).

Semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Kami berharap  agar ananda putri sang dai, segera menyadari kesalahannya. Kembalilah menjadi hafizah yang menjadi teladan setiap remaja. Teladan karena kedekatannya dengan Alquran, tingginya kebaikan akhlaknya, besar rasa takutnya kepada Allah, karena keimanan kepada Allah Swt.  Jangan biarkan dunia memperdayamu, hingga kelak engkau akan menyesal.  Sebagaimana yang dialami oleh Abdah bin Abdurrahim pada kisah di atas. 

Wallaahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post