Deislamisasi Pelajaran Agama, Atas Nama Melawan Radikalisme ?

 Oleh : Nurul Miftahul Jannah

Bisa saja mereka menghapus materi jihad, zina, bahkan Khilafah dari buku agama, tapi mereka tidak bisa menghapus itu semua dari Al-Qur'an, hadist dan kitab kuning di pesantren.

kalaulah bisa menghapus semuanya, seperti komunis di Rusia, tapi mereka gagal menghapus dari hati umat"

Seperti itulah sepenggal kalimat yang diucapkan KH. Hafidz Abdurahman. 

Beberapa waktu lalu, pemerintah  berniat untuk menghapus materi perang pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Itu dilakukan karena agar Islam tidak lagi dianggap sebagai agama yang radikal. 

Sebagai mana dikutip dari republika.co.id,  Direktur Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK) Madrasah Kementrian Agama, Ahmad Umar, di Jakarta, Jum'at, (13/9) menyatakan tidak ada lagi materi tentang perang dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di madrasah. Hal itu diimplementasikan pada tahun ajaran baru 2020. Sebagai gantinya, akan dimasukkan materi mengenai masa-masa kejayaan Islam. Meliputi kejayaan Islam di dunia dan Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, banyak pihak yang menyayangkan keputusan dihapusnya materi perang dalam pelajaran SKI. Apalagi alasan yang diberikan sama sekali tidak masuk akal.

Seharusnya sejarah tidak boleh dibelokan, tidak boleh dihapus. Islam dengan perang adalah hal yang saling berhubungan. Bahkan Allah sendiri yang mewajibkan untuk kita berperang. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 216   : 

"Diwajibkan atas kamu berperang padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui". 

Allah juga mempertegas dalam QS. Al- baqarah ayat 193 : "Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang zalim".

Dalil di atas menjelaskan bahwa materi perang adalah bagian dari isi Al-Qur'an yang tidak bisa dihilangkan. Jadi, jangan karena alasan toleransi kepada agama lain maka kita bisa seenaknya menghapus apa yang sudah terkandung dalam Al-Qur'an. Siapa yang melakukan penolakan terhadap ayat-ayat perang yang ada dalam Al-Qur'an menunjukkan penolakan kepada Al-Qur'an semuanya. 

Dengan dihapusnya materi perang di madrasah, membuktikan bahwa rezim  sekarang anti terhadap umat islam dan ajaran islam. Mereka melakukan segala cara agar orang- orang islam phobia terhadap agamanya sendiri. Banyak tipu muslihat yang dilakukan musuh-musuh Allah agar orang-orang Islam terus berada di dalam tidur nyenyaknya. Agar mereka tidak menyadari betapa tidak adilnya penguasa saat ini. Mereka memisahkan agama dari kehidupan.

Tentu bukan hanya pemimpin yang disalahkan, akan tetapi sistemnya juga. Sederhananya, lahirnya pemimpin yang rusak karena dibentuk oleh sistem yang rusak pula. Sistem Kapitalisme bukanlah solusi dari segala macam permasalahan. Sistem pemisahan agama dari kehidupan yang diadopsi dari orang-orang kafir, tidak mampu mensejahterakan umat. Bahkan sistem ini selalu menyudutkan orang-orang islam agar  terus terpuruk dan tidak mampu bangkit lagi.

Sadarlah, solusi dari setiap problem umat islam adalah dengan kembali ke sistem yang mengangkat harkat dan martabat manusia yaitu kembali pada sistem islam di bawah naungan Khilafah. Karena khilafah adalah sebagai junnah bagi umat islam.
Wallahua'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post