Virus Islamophobia Alat Barat Membungkam Islam

Oleh: Asih Sri Wahyuni
Ibu rumah tangga dan pegiat dakwah

Di tengah penolakan atas gagasan dan realitas praktek islamophobia, kasus-kasus yang menunjukkan adanya fakta penyakit sosial ini makin bermunculan, tak hanya terjadi di level individu atau kelompok melainkan sudah sampai pada level negara. (Muslimah News)

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) akan mendata nomor telepon dan media  sosial dosen, pegawai, dan mahasiswa pada awal tahun kalender akademik 2019/ 2020. Hal ini dilakukan untuk menjaga perguruan tinggi dari radikalisme dan intoleransi.(Republika.CO.ID Jakarta)

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir, menyatakan Kemenristek Dikti  tidak akan  memantau medsos satu persatu  setiap hari, namun ia ingin melakukan pendataan sehingga apabila  nantinya terjadi masalah bisa dicek melalui medsos dan nomor teleponnya.

Ia menjelaskan, apabila di kampus  tidak terjadi masalah apapun terkait radikalisme atau intoleransi, maka tidak akan dilakukan  pelacakan. Sebaliknya, apabila terjadi masalah terkait radikalisme atau intoleransi di kampus maka data medsos dan nomor telepon tadi akan  dilakukan pelacakan.

Menristekdikti mempersilakan  kepada para mahasiswa dan civitas akademika yang ingin melakukan kajian mengenai paham Marxisme di lingkungan kampus. Selain paham Marxisme, dirinya pun mempersilakan apabila mahasiswa ingin melakukan kajian terkait Lesbian, Gay, Transgender, Biseksual (LGBT). Akan tetapi, seperti mengenai dampak kesehatan yang diterima ketika seseorang melakukan hubungan sesama jenis.

Realitas di atas jelas menampakkan bahwa para penguasa saat ini sudah terpapar virus Islamophobia,  sehingga menampakkan gejala ketakutan akan bangkitnya kekuatan Islam, terutama Islam politik. Yang sudah menjalar di tengah masyarakat terutama di level rezim sekuler yang berkuasa. Terbukti pelecehan bahkan tekanan terhadap Islam pun kerap terjadi. Baik atas simbol-simbol, ajaran-ajaran Islam, maupun para ulama-ulama dan kelompok dakwah yang konsisten menyuarakan Islam kaffah.

Ide khilafah, jihad, cadar, jenggot, baju cingkrang, istilah hijrah, bahkan bendera tauhid di stigma sebagai sesuatu yang harus diwaspadai. Aktivis-aktivis keagamaan, seperti rohis, pengajian dengan metode halaqah dan usrah terus diwanti-wanti dan diawasi. Seperti yang dinyatakan oleh Menristekdikti yang mendata nomor telepon dan medsos mahasiswa dan dosen  diawasi.

Isu radikalisasi dan intoleransi  Islam pun masuk  dalam kurikulum pengajaran di sekolah dasar dan menengah yang akan menghilangkan ajaran agama.

Bahkan ASN sudah masuk dalam level terancam jika mereka terpapar paham-paham  intoleransi dan radikal. Beberapa sudah menjadi korban. Dosen bercadar yang mengundurkan diri hanya untuk mempertahankan keyakinan agamanya, anggota dan simpatisan HTI dan FPI yang mengalami persekusi dan kriminalisasi, serta mereka yang berani vokal mengkritisi kebijakan rezim mengalami berbagai tekanan. Tudingan anti Pancasila atau anti NKRI cukup menjadi jurus ampuh untuk melegitimasi setiap upaya membungkam pergerakan politik yang mengarah pada kebangkitan Islam.

Semua ini membuktikan bahwa rezim sekuler betul-betul merasa terancam dengan adanya pergerakan Islam.

Tak dipungkiri bahwa geliat Islam memang makin menguat sejalan dengan melebarnya kerusakan akibat penerapan sistem sekuler demokrasi kapitalisme neoliberal. Sistem ini terbukti telah gagal membawa manusia ke dalam kemuliaan dan kesejahteraan hakiki. Bahkan sistem ini sukses menumbuh suburkan kerusakan di berbagai aspek kehidupan; aspek politik, ekonomi, moral, sosial budaya bahkan hukum, semua nyaris mengalami Krisis.

Ini makin membuktikan bahwa virus Islamophobia, sesungguhnya hanyalah alat Barat dan para anteknya untuk melawan kebangkitan Islam, agar umat rela menjadi pagar betis rezim sekuler menghadapi harus pergerakan  dakwah yang kian  tidak bisa dihadang.

Mereka pikir, roda sejarah bisa mereka dikte sesuai keinginan. Padahal mereka tidak akan pernah mampu melawan benih-benih kehancuran yang melekat pada ideologinya sendiri dan kini kian dirasakan kerusakannya oleh setiap orang yang berkesadaran. Allah SWT berfirman, yang artinya,

"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukainya. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.

Islam sebagai agama yang sempurna telah dan akan kembali bangkit menjadi ideologi yang unggul karena Islam diturunkan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dalam waktu yang begitu dekat atas izin Allah Islam akan ditegakkan dengan sistem yang shahih yaitu Daulah Khilafah Islamiyyah yang akan mampu mensejahterakan dan memuliakan serta menjaga warganya dari virus-virus liberal demokrasi yang membahayakan umat.

Walahu a'lam bishshwab
Previous Post Next Post