Salah Kaprah Menyandingkan Islam Dan Demokrasi

Oleh : Hamsina Halisi Alfatih

Suatu kekeliruan dalam berfikir jika ada yang begitu hebat mampu “ Mengawinkan “ islam dengan demokrasi. Padahal sesuatu yang haq jika disandingkan dengan kebathilan maka itu adalah sebuah kemustahilan.

Dilansir dari laman Radarbangsa.com Penceramah muda, KH. Ahmad Muwafiq atau akrab disapa Gus Muwafiq menyebut Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai partai masa depan.

Hal ini disampaikan sang orator muda Nahdlatul Ulama saat memberikan materi dalam acara Sekolah Legislator PKB yang diikuti 58 wakil rakyat DPR RI terpilih di kawasan Bogor, Jawa Barat, Sabtu 27 Juli 2019.

“PKB adalah partai masa depan, bukan partai masa lalu. Mengapa? Karena hanya PKB yang punya visi dan kemampuan mengawinkan Islam dan Demokrasi,” kata Gus Muwafiq.

Menyikapi pernyataan Gus Muwafiq, hal ini justru menjadi sebuah utopis belaka untuk menyatukan antara islam dan demokrasi. Kita tentu tahu bahwa, islam adalah sebuah ideologi dan juga agama yang dibawa oleh Rasulullah. Sementara demokrasi adalah sebuah sistem yang beraqidahkan sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang di bawa oleh orang-orang kafir barat.

Jika Gus Muwafiq beranggapan bahwa, apabila islam disandingkan dengan demokrasi bisa menjadikan pembenaran atas demokrasi maka ini adalah sebuah kekeliruan yang besar. Sebab demokrasi sendiri menghendaki ketiadaan Sang Pencipta sebagai Al Mudabbir.

Gagal Paham Memahami Islam Dan Demokrasi
Islam merupakan agama yang sempurna sebagimana dikatakan agama rahmatan lil’alamin. Pada praktiknya, islam mengatur 3 hubungan dasar pada manusia dalam kehidupan yaitu hubungan manusia dengan Sang Pencipta, hubungan manusia dengan dengan manusia lainnya dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Selain itu, islam juga memiliki seperangkat peraturan mulai dari perekonomian, perpolitikan, pemerintahan, sosial maupun segala bentuk lini kehidupan lainnya dan hal ini sudah ada sejak zaman Rasulullah saw.

Islam mulai mengatur manusia dalam bentuk pemerintahan, sejak Rasul ï·º hijrah ke Madinah pada tahun 622 M sampai dengan runtuhnya Khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924 M oleh agen Inggris Kemal At Taturk yang mendirikan partai Politik Nasionalis Turki Muda pada saat itu.
Sementara itu, kata  demokrasi pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani kuno di negara­kota Athena. Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan negara yang umum dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 508/507 SM. Cleisthenes disebut sebagai “Bapak Demokrasi Athena.”

Dalam praktiknya, demokrasi menempatkan kedaulatan ditangan rakyat artinya rakyatlah yang memegang kekuasaan untuk membuat aturan. Sistem ini pun menghendaki adanya 4 kebebasan pada manusia diantaranya kebebasan beragama, berpendapat, berekspresi dan hak milik. Sehingga sistem ini menafikan Allah sebagian satu-satunya pembuat hukum, dan hal ini terlihat pada aturan manusia melalui Undang-Undang 1945 dan Pancasila.

Berikut beberapa perbandingan antara Islam dan demokrasi :
Pertama, dari segi aqidah islam sangat menjunjung tinggi kalimat tauhid ( Laa Illah Ilallah Muhammad darasulullah), sementara demokrasi mengadopsi sekulerisme sebagai aqidahnya.
Kedua, dari sumber aturan islam menjadikan Al quran dan As sunnah sebagai aturan hukum serta aturan hidup manusia. Sementara demokrasi menjadikan akal manusia sebagai pembuatan hukum maupun aturan yang mengatur kehidupan manusia. 
Ketiga, dalam ikatan perbuatan islam disandarkan pada hukum syara. Sementara demokrasi menghendaki adanya 4 kebebasan yaitu beragama, berpendapat, berekspresi dan hak milik.

Keempat, dalam standar prilaku ketegasan islam dalam menentukan halal dan haram bersumber langsung dari Wahyu Allah. Sementara demokrasi harus melalui musyawarah untuk mendapatkan kemaslahatan dalam menentukan halal dan harom.

Itulah sedikit perbandingan antara islam dan demokrasi, mengacu dari perbedaan kedua sistem tersebut jelas bagaimana mungkin islam disandingkan dengan demokrasi yang jelas-jelas sangat bertolak belakang.

Karena itu ketika ingin menyandingkan islam dengan demokrasi sama halnya ingin memadukan antara Al Haq dan Al Bathil. Sebab islam adalah jalan kebenaran sementara demokrasi adalah jalan yang membawa kesesatan. Sebagaimana 
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
 ÙˆَÙ„َا تَÙ„ۡبِسُواْ ٱلۡØ­َÙ‚َّ بِٱلۡبَÙ€ٰØ·ِÙ„ِ ÙˆَتَÙƒۡتُÙ…ُواْ ٱلۡØ­َÙ‚َّ ÙˆَØ£َنتُÙ…ۡ تَعۡÙ„َÙ…ُونَ
Artinya: “Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya”. (Q.S. Al-Baqarah 
Sehubungan dengan ayat tersebut, Imam Qatadah dan Mujahid mengartikan ayat ini dengan, “Janganlah kalian campur-adukkan antara agama Yahudi dan Nasrani dengan Islam”. Termasuk dalam kategori penjelasan ayat ini, larangan mencampur-adukkan antara perkara halal dan haram.
Islam Adalah Agama Serta Sistem Terbaik
Selama 13 abad lamanya islam hampir menguasai hingga 2/3 dunia. Dalam kegemilangan nya, islam hadir sebagai sistem paripurna dengan segala bentuk aturannya yang mampu menyatukan negara-negara islam di dunia pada waktu itu. Wajar bila para sejarawan barat menyebut kegemilangan islam ini sebagai “ The Golden age “.

Islam mampu membangun individu-individu serta masyarakat dalam satu perasaan, pemikiran dan peraturan. Yang mana hal ini tak akan mungkin kita dapati pada sistem manapun kecuali islam. Selain itu islam mampu memecah kebuntuan atas problematika di dalam masyarakat maupun negara baik dari sisi ekonomi, politik, pemerintah, sosial pendidikan dan sebagainya baik dalam  maupun luar negeri.

Maka sepatunya kita menjadikan islam sebagai satu-satunya pandangan hidup kita,  bukan malah membelok mengadopsi sistem hasil dari peradaban kafir barat bahkan hingga menyandingkan kedua. Karena dengan menyandingkan keduanya adalah bentuk kemustahilan yang akan akan berbenturan pada pemikiran serta pandangan masyarakat.

Oleh karena itu, cukuplah islam sebagai sistem yang sempurna dan menyeluruh bagi seluruh kehidupan manusia. Dan seyogyanya sebagai umat muslim, kita wajib menerapkannya secara menyeluruh dan membuang segala bentuk produk hasil dari peradaban barat. Maka dalam menerapkannya negaralah yang memegang kendali penuh agar terwujudnya kejayaan islam sebagaimana pernah islam menguasai dunia.
Wallahi A’lam Bishshowab
Previous Post Next Post