Kapitalisme Gagal, Generasi Brutal Minus Moral

Oleh : Risnawati 
(Penulis Buku Jurus Jitu Marketing Dakwah)

Kasus itu terungkap setelah Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung melakukan pemeriksaan VCT terhadap ratusan pelajar. 

"Temuan ini berdasar hasil pemeriksaan VCT terhadap kelompok remaja LSL yang sudah kami lakukan," kata Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka, Rabu (31/7/2019).

Didik mengatakan, jumlah kasus HIV di kalangan pelajar pelaku LSL di Tulungagung yang sebenarnya bisa lebih banyak karena ini tidak semua pelajar mengikuti konseling dan pemeriksaan secara sukarela (Voluntary Counselling and Testing/VCT) yang tersedia di RSUD dr Iskak maupun klinik yang terdaftar di Dinas Kesehatan. "Yang jelas mereka masuk kelompok risiko tinggi tertular HIV," kata Didik.

Dinas Kesehatan Tulungagung memberikan perhatian pada kasus seks sesama jenis di kalangan remaja usia 12 sampai 20 tahun, mayoritas pelajar SMP dan SMA, menyusul pengungkapan kasus perias pengantin waria yang melakukan kejahatan seksual terhadap 50 anak lebih sejak 2014.

Dinas Kesehatan Tulungagung mengidentifikasi 498 remaja pelaku LSL yang tersebar di tujuh kecamatan. Hasil itu merupakan pendataan selama Januari hingga Juni 2019. 

Dilansir juga dari Tempo.Co, Jakarta - Komunitas Rumah Cemara dan Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) menyesalan cuitan akun twitter Pusat Penerangan TNI (@Puspen_TNI), yang menjelaskan tentang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Cuitan berupa komik itu dinilai memuat informasi yang tidak tepat tentang HIV/AIDS dan penularannya. Puspen TNI dalam komik itu menyebut LGBT menjadi salah satu faktor penyebab Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti HIV/AIDS. 

Rumah Cemara dan ICJR menyebut transmisi virus HIV terjadi melalui pertukaran berbagai jenis cairan tubuh dari orang yang sudah terinfeksi virus HIV. "Bukan berdasarkan ekspresi Gender seseorang. Ekspresi gender LGBT bukan penyebab penularan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS," ucap Manajer Program Rumah Cemara, Ardhany S, dalam keterangan tertulisnya hari ini, Sabtu, 3 Agustus 2019.

Menurut data Kementerian Kesehatan, sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018, kasus HIV/ AIDS telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus infeksi HIV yang dilaporkan sampai Juni 2018 sebanyak 301.959 dan paling banyak ditemukan pada orang dalam kelompok umur 25 sampai 49 tahun dan 20 sampai 24 tahun. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi (55.099) diikuti oleh Jawa Timur (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan Jawa Tengah (24.757). 

Kapitalisme, Solusi Gagal Bagi Generasi
Kapitalisme melahirkan generasi tak beradab, sungguh menyedihkan! Saat ini mata kita selalu disajikan berbagai menu kerusakan generasi. Lihatlah di berbagai media. Penyalahgunaan narkoba, tawuran, konser-konser musik yang menghambur-hamburkan uang dan kerapkali diiringi kebrutalan, minum-minuman keras, kehidupan campur baur, eksploitasi wanita, menjajakan aurat, perilaku seks bebas hingga LGBT, semua tak pernah absen dari pemberitaan media. Bahkan di tengah-tengah pengumuman kelulusan tingkat SMA dan sederajat, sebagian para pelajar meluapkannya dengan tindakan tak bermoral. Aksi corat-coret baju seragam sekolah, kebut-kebutan motor, bahkan sebagian siswi peserta konvoi ada yang beraksi dengan menyobek rok dan baju seragamnya dengan memperlihatkan auratnya dengan penuh kebanggaan. Rusaknya moral kalangan remaja semakin memiriskan hati.

Potret buram generasi seperti ini merupakan buah dari penerapan sistem Kapitalisme yang yang telah mendominasi dunia secara global termasuk pada negeri-negeri muslim. Kapitalisme menancapkan hegemoni dalam seluruh nadi kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan. Pendidikan dalam sistem kapitalisme telah menjadikan Sekulerisme (pemisahan agama dalam kehidupan) sebagai azas bangunan sistem pendidikan. Azas ini telah memposisikan agama sebatas perkara ritual dan moral belaka yang cukup diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan durasi 2 jam dalam seminggu, terlebih lagi jika mata pelajaran agama akan dihilangkan, tak terbayang kondisi generasi selanjutnya. Sehingga wajar bila keimanan dan ketaqwaan yang diharapkan semakin jauh bahkan menghilang. 

Sistem pendidikan ini mengusung HAM yaitu pemahaman kebebasan mutlak bagi manusia dalam memilih agama/keyakinan yang dianut atau tidak memiliki keyakinan sama sekali, mengeluarkan pendapat dengan standar benar-salah/baik-buruk dengan akal manusia, berperilaku secara bebas mengumbar hawa nafsu atas nama ekspresi dan kebebasan memiliki segala sesuatu yang diinginkan dengan menghalalkan segala cara termasuk menzhalimi yang lemah. Semuanya ditanamkan pada seluruh level pendidikan. Kapitalisme juga telah memposisikan pendidikan sebatas menghasilkan produk tenaga kerja dengan nama daya saing untuk mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Wajar bila pendidikan dalam bingkai kapitalisme akan melahirkan produk-produk sumber daya manusia yang mengagungkan kebebasan tanpa batas, individualistis tanpa empati, hedonis tanpa tanggung jawab, berorientasi kepada eksistensi dan kebahagiaan materi semata yang akhirnya akan melahirkan potret buram generasi yang tidak akan pernah berhenti sampai peradaban itu akan hancur dengan sendirinya. 

Khilafah Melahirkan Generasi Berkualitas dan Bermartabat
Generasi cemerlang terlihat dari karakter cemerlang yang dimiliki. Dimana karakter adalah buah dari sebauh pohon kepribadian untuk seseorang menjalani kehidupan di dunia, pemahamannya tentang kehidupan dunia ditumbuh suburkan oleh lingkungan hasil dari penerapan sistem, Karena itu, Islam memberikan perhatian besar kepada mereka, bahkan sejak dini. Di masa lalu, banyak pemuda hebat, karena generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat. Karena itu, Khilafah memberikan perhatian besar pada generasi ini.

Khilafah Islam telah melahirkan generasi cemerlang. Dalam suasana “krisis” paceklik, Khalifah Umar bin Khaththab (satu di antara empat sahabat utama Rasulullah Saw) justru mengutamakan kemunculan sumber daya manusia yang cemerlang. Beliau menyebutkan Mu’adz bin Jabal, Salim Maula Abu Hudzifah dan Abu Ubaidah. Figur Mu'adz bin Jabal adalah salah satu contoh keberhasilan Khilafah Islam dalam menghasilkan generasi cemerlang. Yaitu menghasilkan individu yang berkapabilitas tinggi dan layak dinobatkan menjadi Hakim Agung Negara padahal usianya masih relatif muda,yaitu 18 tahun. 

Khilafah Islam tidak hanya mencetak generasi cemerlang dari kalangan laki-laki semata, tidak ketinggalan perempuan juga memiliki kesempatan untuk menjadi generasi cemerlang. Aisyah r.a. dikenal sebagai muslimah yang cerdas dan pandai sehingga menjadikannya termasuk al-mukatsirin (orang yang terbanyak meriwayatkan hadis). Disebutkan, muslimah yang wafat pada usia 63 tahun ini telah meriwayatkan sebanyak 2210 hadis: 297 di antaranya tersebut dalam kitab shahihain dan yang mencapai derajat muttafaq `alaih 174 hadis. Selain itu`Aisyah juga menguasai berbagai bidang ilmu: fikih, hadis, tafsir, ilmu syariat, sastra, syair, kisah-kisah, ilmu genetika, dan kedokteran. Bahkan aisyah dengan sigapnya mendukung perjuangan Rasulullah SAW bahkan juga ikut memperjuangkan Islam bersama Rasul yang telah membawa perubahan didunia ini hingga akhirnya Rasul wafat di pangkuan Aisyah. 

Khilafah Islamiyah telah terbukti menghasilkan generasi cemerlang yang siap membangun kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat. Mereka senantiasa maju ke depan untuk memberikan yang terbaik bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kekhasan yang ada pada mereka (pribadi Islam yang menguasai tsaqofah Islam dan sainstek) memiliki daya tarik yang maha dahsyat bagi umat dibelahan bumi manapun. Ini telah terbukti saat Eropa masih dalam era kegelapan dan ketertinggalam, Khilafah Islam telah menghantarkan kemajuan yang luar biasa pada masanya dan menjadi rujukan manusia dari belahan bumi lainnya. 

Sebagaimana  pengakuan dari Robert Briffault dalam Buku “Making of Humanity” sebagai bukti. Ia menyatakan: “Dibawah kekuasaan orang-orang Arab dan Moor (kaum Muslimin) kebangkitan terjadi, dan bukan pada abad ke-15 Renaissance sesungguhnya berlangsung. Spanyol-lah tempat kelahiran Eropa, bukan Italia. Setelah terus menerus mengalami kemunduran, Eropa terperosok ke dalam masa kegelapan, kebodohan dan keterbelakangan. Sedangkan pada saat yang sama, kota-kota Sarasin (kaum Muslimin) seperti Baghdad,Kairo, Cordova dan Toledo menjadi pusat-pusat peradaban dan aktivitas pendidikan. Di sanalah kehidupan baru muncul dan berkembang menuju tahap baru evolusi umat manusia. 
Khilafah Islamiyah model cemerlang mewujudkan pendidikan berkualitas sejak awal Islam telah berusaha mengusap predikat yang hina dari pelipis umat yang mulia ini, dengan cara mengharuskan setiap Muslim menuntut ilmu dan belajar. Dengan demikian Negara Khilafah akan memberikan jaminan penjagaan aqidah dan moral generasi dengan melindungi mereka dari berbagai macam serangan pemikiran dan tsaqofah yang sesat dan merusak. Khilafah akan bertindak tegas terhadap semua pihak yang melakukan pelanggaran hukum dengan sanksi yang setimpal. Alhasil, semuanya ini memang membutuhkan negara dengan sistemnya yang luar biasa. Sejarah keemasan seperti ini hanya pernah terjadi dalam sistem Khilafah, bukan yang lain. Wallahu a’lam.
Previous Post Next Post