Kalimat Tauhid Persatukan Umat Muslim

Penulis : Ruri

Nabi Rasulullah SAW bersabda : "Tamu Allah ada tiga : Mujahid, haji dan peserta umroh" (HR an-Nasa'i).
Maksud dari sabda tersebut adalah bahwa gelar yang disematkan untuk tamu-tamu Allah SWT yang dipersembahkan untuk kaum Muslim di seluruh penjuru dunia yang sedang melaksanakan ibadah haji. Gelar tersebut merupakan suatu kebanggaan buat kaum Muslim yang saat ini sedang berbondong-bondong berkumpul di tanah suci, menggemakan kalimat tauhid dalam menyambut hari raya Idul Adha.

Adapun hikmah penting dalam melaksanakan ibadah haji yaitu : 
pertama : haji adalah ibadah yang menunjukkan ketaatan dan pengorbanan. "Sungguh seorang hamba yang telah Aku sehatkan badannya, Aku lapangkan penghidupannya, lalu berlalu masa lima tahun, sementara dia tidak mendatangi-Ku (menunaikan ibadah haji), dia orang yang benar-benar terhalang" (HR al- Baihaqi).

Kedua : ibadah haji adalah simbol tauhid, di dalamnya ada penegasan pengesaan Allah SWT dan penafian sekutu bagi-Nya. Selama ibadah haji para jamaah senantiasa mengumandangkan kalimat talbiyah yang berisi seruan tauhid. "Aku menjawab panggilan-Mu, Ya Allah. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Sungguh segala pujian, kenikamatan dan kekuasaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.

Ketiga : berhaji juga menapaktilas jejak bersejarah dan spiritual mulai dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as hingga Rasulullah SAW. 

Keempat : ibadah haji juga mengajari kaum Muslim untuk mengendalikan amarah dan permusuhan, sebaliknya mengembangkan sikap ramah serta tolong-menolong kepada sesama. Allah SWT berfirman : "(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Siapa saja yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh berbuat rafats, fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Apa saja yang kalian kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekal-lah, sungguh bekal terbaik adalah taqwa. Bertaqwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal" ( TQS al-Baqarah[2]:197).

Kelima : ibadah haji adalah tempat sekaligus momen meleburnya jutaan Muslim dari segenap penjuru dunia. Tak pandang suku bangsa, bahasa, warna kulit dan strata. Mereka berkumpul di Padang Arafah, di Mina, lalu melaksanakan thawaf dan sa'i, dan sebagainya secara bersama-sama. Inilah sebagian kegemilangan ajaran Islam yang mampu mengikat manusia dalam satu buhul (ikatan), yakni Akidah Islam.

Tetapi kenyataan nya ibadah haji tidak memberikan dampak persatuan yang hakiki dan berkelanjutan, nikmat persatuan itu hilang usai ibadah haji dan umat  tetap dalam keadaan porak-poranda. 
Kegiatan ibadah haji ternyata belum mampu mengantarkan mereka menuju persatuan yang hakiki, persatuan umat saat berhaji baru sebatas menciptakan ikatan spiritual tanpa sistem (rabithah ar-ruhiyah bi la nizham). Umat berkumpul di suatu tempat dan satu waktu kemudian bubar, begitu saja tidak ada ikatan di antara mereka, seperti halnya ibadah salat berjamaah atau salat Jum'at.

Semestinya kegiatan ibadah haji menjadi konferensi Akbar untuk membangun kesadaran umat, bahwa mereka kini telah tercerai-berai. Tidak lagi menjadi umat yang satu, banyak permaslahan umat yang harus diselesaikan secara bersama.

Saat ini kaum Muslim lebih mementingkan ego masing-masing, mereka tidak peduli pada kondisi saudarnya, malah memberikan dukungannya terhadap pemerintahan komunis yang melakukan kezaliman terhadap kaum Muslim. Jelas, bahwa kaum Muslim harus membangun kembali persatuan hakiki di antara mereka, Allah SWT berfirman:"Kaum Mukmin itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) kedua saudara kalian itu dan takutlah terhadap Allah supaya kalian mendapat rahmat"(TQS al-Hujurat[49]:10).

Sayangnya, saat ini kaum Muslim berada di titik terlemah, karena terpecah-belah. Tidak sanggup membela diri dan memberikan perlindungan kepada sesama Muslim, mereka malah membiarkan saudara seiman sekarat di tengah penderitaan, dilanda peperangan seperti di negeri Syam yang diperkirakan ada 370 ribu korban warga tewas, dan berbagai pertikaian terjadi yang menzalimi kaum Muslim.

Maka itu, marilah kita rekatkan kembali ikatan ukhuwah Islamiyah kita. Satukan hati kita. Campakkan ego kebangsaan dan kelompok yang telah membuat kita tercerai-berai, yang telah membuat musuh terus-menerus menguasai kita. Mari kita jadikan kalimat tauhid sebagai pemersatu kita. Sungguh kita adalah umat yang satu. Bertuhankan satu, Allah SWT. Berhukum satu, Al-Qur'an. Dengan persatuan di bawah kalimat tauhid itulah Allah SWT akan menolong dan memuliakan kita.

Wallahu alam Bi ash shawab
Previous Post Next Post