Ironi Pemahaman Yang Tertukar

Oleh: Siti Aminah, S.Pd 
(Pemerhati Masalah Sosial Andoolo, Sulawesi Tenggara)

Perguruan tinggi adalah sebuah tempat seseorang untuk belajar dan menimba ilmu. Tetapi fakta yang terjadi didunia pendidikan saat ini, bukannya mahasiswa terdidik dengan ilmu-ilmu yang baik malah ada sebagian yang terjerumus dalam prilaku amoral. 

Ketika ada mahasiswa yang mempelajari ilmu-ilmu islam,  selagi masih berpedoman pada Qur'an dan sunah, inilah yang harus diapresiasi oleh pihak perguruan tinggi. 

Tetapi sangat disayangkan ada kalangan pendidik, bahkan ada sebagai dari pihak pemerintahan yang menyarankan kepada mahasiswa untuk mengkaji ilmu yang bertentangan dengan pancasila. Misalnya, paham komunisme dan LGBT. Paham yang semacam ini jelas-jelas melanggar fitrah manusia dan perbuatan amoral.

Sebagaimana yang dilansir oleh   tirto.id - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mempersilakan para mahasiswa dan civitas akademika yang ingin melakukan kajian mengenai paham Marxisme di lingkungan kampus.  
Sangat jelas paham markisme dan LGBT bertentangan. Untuk apa lagi dikaji atau dipelajari di perguruan tinggi. 

Tetapi mereka berbeda pandangannya ketika ada mahasiswa yang mau mempelajari agamanya, menjalankan keyakinanannya sebagaimana yang terkandung dalam pancasila ayat satu. Hal yang seperti ini mereka mengekangnya. Misalnya, ide Khilafah yang nyata-nyata ada dalam hadits nabi mereka kriminalisasi. Dianggap radikal lah, intoleran lah.

Sebagaimana yang dilansir  oleh REPUBLIKA.CO.ID Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan mendata nomor telepon dan media sosial dosen, pegawai, dan mahasiswa pada awal tahun kalender akademik 2019/2020. Hal ini dilakukan untuk menjaga perguruan tinggi dari radikalisme dan intoleransi. 

Rezim ini seakan takut dengan ide-ide islam. Padahal Islam adalah agama mereka juga. Mereka mau mengambil islam hanya dalam tatanan ibadah saja. Dan mengambil Islam jika ada maanfaat di dalamnya. Tetapi, jika terkait masalah Islam itu adalah sistem  kehidupan atau sebuah ideologi mereka menolaknya mentah-mentah. Mestinya hal yang semacan ini lah yang perlu dikaji oleh para mahasiswa, mempelajari dan diberikan apresiasi. 

Hal ini muncul dipengaruhi oleh sistem yang diterapkan dalam kehidupan kita. 
Sistem atau rezim saat ini tidak datang dari islam. Melainkan sistem sekuler yang mencampakan agama sebagai aturan kehidupan. Sehingga menghasilkan orang-orang yang memiliki perilaku atau perkataan tidak terdidik. 

Perbuatan yang menghancurkan generasi dipelihara. Sementara ide Islam seperti Khilafah yang jelas akan memulikan manusia dari perbuatan amoral malah dikriminalisasi.
Tentu bukanlah sistem sekuler yang bisa memanusiakan manusia. Malah rezim atau sistem ini lah yang akan menghancurkan manusia. 

Hanyalah Islam yang bisa mewujudkan perguruan tinggi dan orang-orang yang ada didalamnya berprilaku, berbuat dan bersikap layaknya manusia. Karena islam datang bukanlah hanya sebagai agama yang mengatur ibadah saja. Tetapi islam datang sebagai sistem kehidupan, sebagai sebuah ideologi. Mengatur sistem ekonomi, pilitik, sosial, pendidikan, pemerintahan dan semua aspek kehidupan. 

Jadi, ketika ada yang bertentangan dengan ideologi islam maka tidak perlu lagi dikaji atau dipelajari. Karena sudah nyata bertentangan. Seperti pemahaman islam yang bisa merusak aqidah atau keyakinan umat maka harus dicegah sebelum menyebar keseluruh umat. 

Semua ini akan terwujud jika Islam dijadikan sebagai sistem Hidup. Dan akan terpancar seluruh aturan islam jika ada sebuah institusi yaitu sistem pemerintah islam. Wallahua’lam bishawwab.
Previous Post Next Post