Idul Adha, Momen Keberkahan Umat

Oleh : Tatiana Riardiyati Sophia

Tinggal menunggu hari Idul Adha akan kembali dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Hari raya yang jatuh di bulan haram, yang sejatinya adalah hari raya terbesar yang dirayakan umat Muslim dibanding hari raya Idul Fitri. Idul Adha bukan sekedar peringatan ataupun momen berkurban tetapi lebih dari itu adalah hari persatuan umat Islam di seluruh dunia. Ditandai dengan berkumpulnya umat Islam dari berbagai negara untuk melaksanakan ibadah haji di Haramain, Mekah dan Madinah.

Di sisi lain umat Islam di seluruh dunia masih dalam kondisi terdzolimi dan terpecah belah. Kondisi memilukan masih menghampiri saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Yaman, Rohingya dan Uighur. Di wilayah lain umat Islam dalam kondisi miskin dan terpinggirkan disebabkan keserakahan para kapitalis dalam sistem sekuler.

Yang tak kalah membuat hati miris yaitu makin berkembangnya isu radikalisme yang terus menerus disuarakan oleh mereka yang membenci Islam dan ajarannya. Setelah tak berhasil menghancurkan umat Islam dengan isu terorisme, maka isu radikalisme lah yang mereka gaungkan agar umat Islam membenci ajaran agamanya sendiri. Mereka berusaha memonsterisasi ajaran Islam seperti : jilbab, poligami, sampai kepada Liwa Rayah, bahkan mereka mempersoalkan syari'ah dan khilafah. Di lain sisi mereka membiarkan tumbuh subur LGBT, perzinahan, miras, riba dan maksiat-maksiat lainnya. Tapi Allah SWT Maha Kuasa, semakin berusaha kafir dan munafik menghancurkan Islam, justru semakin banyak umat yang makin memahami Islam dan kemudian berhijrah, bahkan semakin banyak yang menjadi mualaf.

Pada momen haji 14 abad lampau ketika Rasulullah Saw. melaksanakan haji Wada', Beliau berpesan kepada umat Islam :
1. Umat Islam harus menjaga darah, harta dan kehormatan saudaranya sesama Muslim.
Namun faktanya saat ini kita menyaksikan umat Islam saling membenci, mencaci maki dan saling membunuh.
2. Memberikan amanah kepada ahlinya. 
Sayangnya saat ini kita lihat kekuasaan berada di tangan pemimpin bodoh yang tidak becus mengurusi umat. Mereka hanya memikirkan bagi-bagi kekuasaan, menjual aset negara kepada asing dan aseng dan memperkaya diri. Hubud dunya, menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan dan harta.
3. Meninggalkan sistem jahiliah yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Justru saat ini kita masih terbelit riba, baik oleh negara maupun individu rakyatnya. Akibat sistem ini individu dan negara terbelit utang yang menyengsarakan seluruh rakyat.
4. Tidak merasa unggul dari bangsa dan umat lain karena Allah SWT menilai manusia dari ketakwaannya.
Faktanya umat Islam masih dijajah,  ditindas dan dipersekusi oleh sesama Muslim. 
5. Memelihara tali persaudaraan sesama Muslim. 
Faktanya saat ini umat Islam terpecah-belah.
6. Saling memberi nasihat, terutama kepada penguasa agar tak terus menerus mendzalimi rakyat dan melanggar aturan Allah SWT.
Faktanya saat ini penguasa dzalim terhadap kelompok dakwah yang ingin menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.
7. Umat Islam wajib berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah agar tidak tersesat dalam mengarungi kehidupan.
Faktanya Al-Qur'an dan Sunnah hanyalah dijadikan bacaan belaka, bukan untuk diamalkan. Bahkan para ulama suu', mereka mengutip dan menafsirkan sendiri ayat-ayat dalam Al-Qur'an sekehendak mereka sesuai kepentingan masing-masing.

Fakta-fakta yang diuraikan diatas menunjukkan bahwa kita sudah sangat jauh meninggalkan wasiat Rasulullah Saw. Kita yang mengaku umat Nabi Saw. hari ini melenceng dari apa yang diperintahkan oleh Beliau. Oleh karena itu tugas kitalah sebagai umat Islam untuk bergerak mendakwahkan Islam yang kaffah. Ajaran Islam yang sempurna bukanlah biang masalah di negeri-negeri kaum Muslim, tapi justru menjadi solusi hidup yang sangat dibutuhkan umat yang sedang "sakit" parah ini. Penerapan syari'at Islam melalui sistem kekhilafan sejatinya akan mewujudkan Islam yang rahmatan lil'alamin. Wallahu a'lam bi ash shawab.
Previous Post Next Post