Gempa Sesar Lembang, Peringatan Allah Agar Kembali Kepada-Nya

Oleh : Reni Rosmawati
Member Akademi Menulis Kreatif



"Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi." (HR. Muslim). 


Di tengah suka cita rakyat Indonesia menyambut ulang tahun NKRI ke 74, warga kota Bandung dan sekitarnya justru saat ini tengah dicekam ketakutan dan kepanikan yang cukup mendalam. Bukan tanpa sebab, tetapi memang saat ini kota Bandung dan sekitarnya tengah menghadapi ancaman potensi gempa Sesar Lembang yang disinyalir memiliki kekuatan bermagnitudo 6,5 hingga 7. 

Sebagaimana dilansir dari Ayobandung (07/08/2019), kota Bandung dan sekitarnya tengah menghadapi ancaman potensi gempa Sesar Lembang yang diperkirakan memiliki kekuatan 6,5 hingga 7 magnitudo. Simpulan tersebut didapat dari serangkaian peneliti geologi dan kegempaan yang menyatakan sesar aktif membentang sepanjang 29 kilometer dari ujung barat hingga ujung timur kota Bandung. Saat ini akan memasuki periode ulang tahun gempa meskipun waktu persisnya tidak dapat diketahui. 

Peneliti gempa dari LIPI, Mudrik Rahmawan Daryono, menjelaskan hingga saat ini, tercatat ada dua sejarah kejadian gempa besar di Sesar Lembang. Kedua gempa tersebut terjadi pada abad ke-60 SM dan abad ke-15. Meski demikian, dari penelitian tersebut belum dapat diketahui Interval pasti kejadian gempa Sesar Lembang. Yang jelas kemunculan gempa tersebut hingga saat ini patut diwaspadai. Saat ini, warga kota Bandung masih menunggu sosialisasi yang komprehensif dari pemerintah kota maupun provinsi Jawa Barat mengenai mitigasi dan antisipasi potensi bencana gempa tersebut. 

Sejauh ini belum ada tanda-tanda khusus yang disiapkan oleh pemerintah sebagai penanda kawasan mana saja yang dilewati patahan Lembang dan kemana harus bergerak apabila terjadi gempa. Mengingat minimnya sosialisasi yang komprehensif pada warga kota Bandung dan sekitarnya, terutama yang tinggal di dekat jalur patahan Lembang. Membuat informasi soal potensi bencana tersebut menjadi simpang siur. Akibatnya, rasa was-was dan resah menjadi tidak terhindarkan. 

Dikutip dari laman yang sama, peneliti bencana ITB, Harkunti Rahayu, mengatakan, guna membangun kesiapan gempa, diperlukan perumusan Strategi Mitigasi yang melibatkan seluruh unsur termasuk pihak pengembangan hunian.   

"Kita mempunyai 3 patahan besar, Lembang, Balibis dan Cimandiri. Sudah ada perda yang dibuat bahwa bangunan harus tahan terhadap gempa.  Tapi kan daya dukung di masyarakat sendiri berat. Untuk punya rumah tahan gempa juga mungkin tak terpikirkan." Ujarnya

Harkunti menilai, masyarakat kota Bandung dan sekitarnya saat ini  belum cukup memiliki persiapan yang memadai untuk dapat mengurangi resiko bencana apabila gempa tersebut terjadi. 

Menyaksikan fakta di atas, minimnya peran pemerintah dalam memberikan  sosialisasi yang komprehensif pada warga kota Bandung dan sekitarnya, terutama yang tinggal dikawasan patahan Lembang sehingga menimbulkan was-was, membuktikan bahwa pemerintah  kurang tanggap  mengatasinya masalah-masalah yang  akan ditimbulkan  oleh gempa sesar Lembang. Seharusnya pemerintah mempersiapkan sedari dini apa saja yang mestinya dilakukan guna meminimalisir dampak dari gempa Sesar Lembang. Mengingat gempa yang terjadi sebelum-sebelumnya telah memakan tak sedikit korban jiwa, kerugian materi pun tak dapat terhitungkan, bahkan kehidupan  masyarakat yang menjadi korban juga terlihat memprihatinkan. 

Secara ilmiah, Indonesia adalah wilayah rawan gempa yakni keberadaan Indonesia berada di wilayah cincin api Pasifik yang membuat negara ini menjadi ladang gempa. Selain itu posisi Indonesia juga berada di bawah tumpukan lempeng 3 benua. Yaitu, Pasifik di arah Timur, Indo-australia di arah selatan dan Eurasia di Utara. Bukan hanya itu, sabuk alpide yang melewati Indonesia juga menyumbang gempa. Maka tidak heran jika Indonesia menjadi salah satu negeri di dunia ini yang rawan gempa.  

Setiap musibah yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah SWT (qadha), namun tak bisa dipungkiri jika ulah tangan manusia ikut andil juga atas terjadinya musibah (QS. Ar-ruum : 41).

Gempa sebagai qadha (ketetapan) Allah SWT. Sebagai qadha manusia tidak dapat memilih dan mengontrol terjadinya gempa, karena ini domain berada diluar kuasa manusia. Dalam pandangan Islam gempa bumi kebanyakan dikaitkan dengan perbuatan manusia, peringatan atau ujian bagiingkar kepada Allah, kemudian Allah azab mereka berupa guncangan gempa bumi yang dahsyat. Sehingga menjadikan mereka mayat yang bergelimpangan di rumah mereka masing-masing. Tidak ada yang bisa lari dari kemarahan Allah SWT. 

Maraknya bencana gempa yang bertubi-tubi, datang silih berganti melanda negeri ini hingga memakan jutaan korban jiwa, mungkin saja sebagai teguran dari Allah SWT karena kita abai terhadap syari'at-Nya. Dalam Al-Qur'an sudah jelas disebutkan bahwa jika suatu bangsa ingkar kepada Allah dan tidak mau berhukum dengan apa telah di syari'atkan-Nya, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu saja. 

"Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kamu perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami). Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (TQS. Al-isra :16)

Ayat diatas menjadi indikasi bahwa ketika manusia tidak mau berhukum dengan apa yang  Allah turunkan yakni Al-Qur'an dan hadits, tetapi malah mengambil hukum lain buatan manusia, maka berarti manusia telah menghalalkan adzab Allah turun. Jika melihat fakta saat ini, dimana beragam kemaksiatan merajarela setiap harinya, mulai dari maraknya LGBT, perzinahan, penipuan, perampokan, pembunuhan, dsb. Semua itu tiada lain adalah akibat dari manusia menerapkan hukum bathil sekuler-liberalisme dan mengesampingkan hukum Allah SWT. Sistem Sekuler-Kapitalisme telah nyata menyeret manusia kedalam lembah kehancuran. Sistem Thagut ini telah sukses menghipnotis manusia, menjadikan segala yang dipandangnya baik padahal menurut Allah itu salah. Sistem ini juga telah berhasil membuat manusia ingkar dan angkuh. Mereka lebih mendewakan kesenangan ketimbang ketaatan. Munculnya berbagai kerusakan dimuka bumi ini adalah diakibatkan oleh ulah tangan-tangan manusia sendiri. 

Tidak demikian dengan Islam, sebagai agama sempurna yang diturunkan Allah SWT kepada rasulullah SAW. Islam mempunyai seperangkat aturan bagi manusia yang akan menyelamatkan manusia dunia dan akhirat. Islam telah terbukti menjadi satu-satunya sistem yang mampu mensejahterkan manusia, menciptakan ketentraman, memberikan perlindungan  serta membawa manusia kedalam  puncak kegemilangan. Sejarah telah membuktikannya, bahkan selama hampir 14 abad lamanya Islam telah berhasil memimpin dunia. 

Selain mampu menciptakan kedamaian, Islam juga  mampu menyelesaikan semua masalah  kehidupan yang mendera manusia. Hal ini karena Islam selalu memandang segala sesuatu senantiasa  dikaitkan dengan hukum syara. Begitu pun dengan setiap musibah atau bencana yang menimpa manusia semua dipandang Sebagai ketetapan dari Allah SWT. Terlepas apakah bencana itu sebagai teguran atau ujian bagi manusia atas dosa dan kesalahan yang di lakukannya. Berkaca dari Rasulullah SAW dan Khalifah Umar bin Khattab, pada saat terjadi gempa di Madinah dulu, hal pertama yang mereka lakukan adalah mengingat Allah, bertaubat dan introspeksi atas dosa dan maksiat yang dilakukan. Hal ini juga menjadi penjaga kesadaran kita agar senantiasa taat kepada syari'at-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Baik dalam skala individu, masyarakat maupun negara. Karena gempa bisa datang kapan saja dan memusnahkan siapa saja tanpa melihat apakah diantara mereka ada ahli ibadah atau ahli maksiat. 

Penanggulangan bencana gempa dalam Islam, ditegakkan di atas akidah Islam dan dijalankan pengaturannya berdasarkan syari'at Islam serta ditujukan untuk kemaslahatan umat. Negara dan pemimpin Islam akan merumuskan kebijakan penanggulangan bencana gempa yang meliputi, Penanganan sebelum terjadi gempa seperti meneliti standar bangunan dan zonasi rawan gempa guna meminimalisir dampak terjadi gempa. Penanganan saat terjadi gempa; negara akan melakukan tanggap darurat guna mengurangi jumlah korban dan kerugian materil. Penanganan pasca gempa; negara akan melakukan pemulihan mental dan fisik serta memberikan pelayanan terbaik kepada korban gempa. 

Dari sini, maka jelaslah hanya Islamlah yang mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan termasuk masalah gempa, sehingga meminimalisir dampaknya. Maka, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengembalikan semua permasalahan kepada Islam dan syariahnya. Niscaya akan ditemukan sejuta jawaban yang akan menentramkan jiwa serta menjadi solusi bagi setiap problematika manusia. karena Islam diturunkan oleh sang Maha sempurna Allah SWT, maka mustahil ditemukan keraguan di dalamnya. 

"Wallahu a'lam bi ash-shawwab"
Previous Post Next Post